Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

2.2 Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyrakatan. 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan, secara umum pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan: 1 Memantapkan iman ketahanan mental para narapidana; 2 Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan kelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas masyarakat setelah selesai menjalani masa pidanannya. 13 Pada dasarnya dalam membina narapidana ada dua tempat yaitu, pertama di Lembaga Pemasyarakatan dan kedua di luar Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk ditempatkan di salah satu tempat pembinaan narapidana. Kedua-duanya memiliki kebaikan dan kelemahan sendiri-sendiri. Sebab itu setiap 12 PP RI No 31 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1. Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan 13 Wawancara tanggal 12 Januari 2011, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo, Narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pembinaan narapidana harus mengenal dengan baik tempat pembinaan narapidana, sebelum melakukan tindakan pembinaan. 14 Tabel 2.2. Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun 2010 No Bulan Jumlah Warga Binaan 1. Januari 74 2. Februari 86 3. Maret 82 4. April 84 5. Mei 84 6. Juni 61 7. Juli 77 8. Agustus 71 9. September 61 10. Oktober 58 11. November 70 12. Desember 68 Tabel 2.2. Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun 2010. Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat banyaknya jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan yang terkena kasus narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo pada tahun 2010. Pada saat peneliti melakukan penelitian di bulan Januari 2011 jumlah penghuni untuk narapidana kasus narkotika meningkat menjadi 122 orang yang terdiri dari 70 orang yang berstatus menjadi narapidana dan 41 orang yang masih berstatus tahanan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkotika setiap bulannya semakin meningkat. 14 Harsono, C.I., Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan Jakarta, 1995, h. 78. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sedangkan jumlah narapidana penyalahgunaan narkotika berdasarkan kasus dapat dilihat dalam tabel 2.3. dibawah ini: Tabel 2.3. Jumlah Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus Jenis kasus No Bulan Pengedar Pemakai 1. Januari 3 71 2. Februari 3 83 3. Maret 3 79 4. April 3 81 5. Mei 3 81 6. Juni 3 58 7. Juli 2 75 8. Agustus 1 70 9. September 1 60 10. Oktober 1 57 11. November 2 68 12. Desember 2 66 Tabel: 2.3. Jumlah Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus. Sumber: :Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat banyaknya jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan yang terjerat kasus penyalahgunaan narkotika bertindak sebagai pemakai dibanding dengan jumlah narapidana penyalahgunaan narkotika yang bertindak sebagai pengedar. Hal ini dikarenakan begitu mudahnya narkotika saat ini didapat. Khususnya bagi mereka yang memiliki kelebihan dalam hal ekonomi, dan resiko sebagai pengedar lebih besar dari pada menjadi pemakai. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Secara khusus pembinaan narapidana ditujukan agar selama masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya, menurut penjelasan dari narasumber seorang narapidana dapat: 1 Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya. 2 Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal ketrampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional. 15

2.2.1. Pembinaan Tahap Awal Narapidana Penyalahgunaan Narkotika

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Harian Pembinaan Lapas Sidoarjo, bahwa pembinaan tahap awal narapidana penyalahgunaan narkotika meliputi: a NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan narkotika baru wajib ditempatkan pada blok khusus masa pengenalan, pengamatan, dan penelitian lingkungan mapenaling b NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan narkotika baru harus dipisahkan dengan yang lama sebagai upaya untuk menghindari kemungkinan terpengaruhnya NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan narkotika lama oleh sugesti yang ditimbulkan oleh Narapidana Anak Didik Pemasyarakatan baru. c Penempatan narapidanaanak didik pemasyrakatan baru memperhatikan penggolongan berdasarkan : jenis kelamin, umur, residivis, kewarganegaraan, pemakaipengedar, lamanya pidana dan tingkat ketergantungan narkotika. d Berdasarkan pertimbangan kesehatan dan keamanan dapat ditempatkan pada kamar pengasingan. 16 15 Wawancara tanggal 12 Februari 2011, pukul 10.10 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH 16 Wawancara tanggal 12 Februari 2011, pukul 10.15 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Proses pembinaan pada tahap ini dilaksanakan oleh Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP, dalam pengarahan ini dibacakan hak dan kewajibannya selama menjadi narapidana, bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku yang sopan, penempatan kamar dan tindakan lain yang akan menimbulkan gangguan keamanan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hak dan kewajiban tersebut antara lain adalah hak mendapatkan makan, mendapatkan perawatan kesehatan, kesempatan melaksanakan ibadah, mendapatkan remisi, asimilasi, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Mengunjungi Keluarga, dan Pembebasan Bersyarat. Sedangkan kewajibannya antara lain memenuhi peraturan yang ada, tidak membuat keributan atau keonaran, menjaga kebersihan kamar maupun blok, mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan yang diprogramkan oleh lembaga pemasyarakatan. 17

2.2.1.1. Masa Pengenalan, Pengamatan, dan Penelitian Lingkungan MAPENALING

a. Setiap NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan wajib mengikuti mapenaling selama-lamanya 30 tiga puluh hari, kecuali apabila Tim Pengamat Pemasyarakatan menentukan lain. b. Pelaksanaan mapenaling dilakukan dengan menempatkan NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan pada blok khusus mapenaling. Kegiatan mapenaling meliputi : a. Pengenalan NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan dengan petugas-petugas pembina dan wali narapidanaAnak Didik Pemasyarakatan. b. Penjelasan tentang hak dan kewajiban sebagai NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan c. Penjelasan tata tertib dan peraturan dalam Lapas d. Penjelasan tentang bentuk program pembinaan e. Pelaksanaan kegiatan mapenaling dilakukan setiap hari kerja oleh masing masing unit kerja yang secara teknis dikoordinir oleh Kasi Binadik; 17 Wawancara tanggal 15 Februari 2011, pukul 11.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. f. Wali melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perkembangan sikap dan perilaku NarapidanaAnak Didik pemasyarakatan dan melakukan pada kartu pembinaan g. Hasil pengamatan dan penelitian wali NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan diserahkan kepada Kasi Binadik untuk penentuan program pembinaan. 2.2.1.2.Penentuan Diagnosis Ketergantungan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap dr.Tutik selaku dokter khusus yang menangani para korban penggunaan narkotika di Lembaga Pemasayarakatan Klas IIA Sidoarjo ini mengatakan bahwa penentuan Diagnosis Ketergantungan dilakukan dengan cara : a. Dokter lembaga pemasyarakatan melakukan pemeriksaan darah dan urin NarapidanaAnak didik pemasyarakatan untuk mengetahui sejak awal penyakit yang diderita NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan. b. Pemeriksaan fisik atau gejala-gejala klinis maupun pemeriksaan penunjang apabila diperlukan, misalnya pemeriksaan jantung, paru-paru, hepatitis, HIVAIDS, dan penyakit menular lainnya yang disebabkan dari narkotika yang digunakan. c. NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan yang dalam keadaan putus zat dengan komplikasi jantung,paru-paru, hepatitis, HIVAID, dan penyakit lainnya harus dirujuk ke Rumah Sakit. 18

2.2.1.3. Tahap Penyembuhan Rehabilitasi

Setelah penentuan diagnosis ketergantungan dilakukan, Lembaga Pemasyarakatan kemudian melakukan tahap penyembuhan rehabilitasi dengan tahapan sebagai berikut: 18 Wawancara tanggal 14 Februari 2011, pukul 09.40 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : dr. Tutik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan baru pada tahap awal masih diasumsikan dalam kondisi ketergantungan narkotika, harus dihilangkan ketergantungannya terlebih dahulu dengan cara cold turkey yang dilakukan dan ditentukan oleh dokter Lapas; b. NarapidanaAnak Didik pemasyarakatan dalam pemeriksaan kesehatan dan fisik tidak ditemukan penyakit yang berbahaya dan menular dapat ditempatkan pada program selanjutnya. c. Pelaksanaan cold turkey maupun ditoksifikasi dilakukan diruang khusus yang terisolasi dari pengaruh lingkungan lainnya. 19 Berdasarkan hasil wawancara, pengertian dari cold turkey adalah tindakan seseorang tindakan medis yang memberikan penggunaan obat secara bertahap dengan mengurangi kecanduan melalui pengurangan bertahap atau dengan menggunakan penggantian obat. 20

2.2.1.4. Pembinaan kepribadian.

Berdasarkan PP No M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Bab VII tentang pelaksanaan pembinaan, pembinaan kepribadian meliputi:

a. Pembinaan kesadaran beragama