INDUSTRI PARIWISATA PARIWISATA DAN KEMISKINAN

18

2.1.8 INDUSTRI PARIWISATA

Industri Pariwisata Pembangunan dibidang kepariwisataan merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan negara, jika bidang atau sektor kepariwisataan akan disejajarkan kedudukannya dengan sektor-sektor lain dalam meningkatkan pendapatan negara, maka kepariwisataan pantas kalau diangkat menjadi sebuah indutri, sehingga disebut industri pariwisata Sujali, 1989:7. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang danatau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. UU No.1O Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata menurut Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 6-8 antara lain: a Restoran, di bidang restoran dapat diarahkan pada kualitas makanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya. b Penginapan, yang terdiri atas hotel, resor, wisma-wisma. c Pelayananan perjalanan, meliputi biro perjalanan, paket perjalanan, perusahaan incentive traveldan reception service. d Transportasi, dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisatawan seperti mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal dan sepeda. e Pengembangan daerah tujuan wisata, dapat berupa kelayakan kawasan wisata. f Fasilitas rekreasi, dapat berupa pemanfaatan taman-taman. g Atraksi wisata, dapat berupa kegiatan seni budaya. Universitas Sumatera Utara 19

2.1.9 PARIWISATA DAN KEMISKINAN

Berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan, sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting. Industri pariwisata dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut: 1. Konsumennya datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untukmemasarkan berbagai komoditi dan pelayanan; 2. Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal; 3. Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yangterjangkau oleh kaum miskin; dan, 4. Tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya cultural capital dan modal alam natural capital yang seringkali merupakan asset yang dimiliki oleh kaum miskin. Basuki Antariksa,2011

2.1.10 DAMPAK NEGATIF KEPARIWISATAAN