Membeli Karena Kebiasaan Habitual Buyer

Konsumen yang termasuk switcher dibagi atas dua macam yaitu konsumen yang peka terhadap harga dan mudah berpindah-pindah merek variety prone. Konsumen yang termasuk switcher adalah konsumen yang menjawab “sering” dan “selalu” ketika ditanyakan tentang seberapa sering berpindah merek karena faktor harga. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata responden yang berpindah 2,96 untuk Botan. Dengan memperhatikan rentang skala, nilai rata-rata konsumen ikan kaleng merek Botan yang switcher masuk dalam katagori cukup rentang skala 2,60-3,40, yang artinya ada kemungkinan konsumen Botan akan berpindah merek karena perubahan harga, sedangkan yang benar-benar intensif terhadap faktor harga berjumlah 22 orang 31. Dengan memanfaatkan informasi dari nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen Botan yang switcher ke posisi buruk hingga sangat baik. Untuk merek ikan kaleng Gaga yang masuk dalam konsumen switcher terhadap harga berjumlah 56 orang 63,6 dengan rata-rata 3,69 termasuk dalam katagori baik rentang skala 3,40-4,20 artinya konsumen merek Botan jarang berpindah merek karena faktor harga. Dengan memanfaatkan informasi dari nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen Gaga yang switcher ke posisi cukup hingga sangat baik. Pada merek ikan kaleng ABC, konsumen yang termasuk switcher terhadap faktor harga sebanyak 14 orang 51,8 dengan rata-rata 3,26 dan termasuk dalam katagori baik rentang skala 3,40-4,20. Hal tersebut berarti konsumen ikan kaleng merek ABC termasuk cukup sering berpindah merek karena faktor harga. Dengan memanfaatkan informasi dari nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen ABC yang switcher ke posisi cukup hingga baik.

IV.5.2. Membeli Karena Kebiasaan Habitual Buyer

Habitual buyer adalah tingkatan di mana perilaku pembelian konsumen didasarkan pada faktor kebiasaan. Mereka yang membeli suatu merek ikan kaleng hanya karena kebiasaan adalah yang menjawab ”setuju” dan “sangat setuju” dengan pernyataan bahwa mereka membeli karena kebiasaan. Rata-rata konsumen Botan tidak setuju atau ragu-ragu bahwa keputusan pembelian ikan kaleng merek Botan adalah karena kebiasaan, sedangkan yang betul-betul membeli karena kebiasaan berjumlah 49 orang 69,1. Nilai rata-rata konsumen yang masuk klasifikasi habitual buyer tersebut 3,72 jatuh pada katagori baik rentang skala 3,40-4,20 artinya konsumen merek Botan merasa setuju bahwa keputusan pembelian merek Botan dikarenakan faktor kebiasaan. Dengan memanfaatkan informasi nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen habitual buyer dari posisi cukup hingga sangat baik. Dengan demikian, informasi yang tergali memberikan harapan yang baik bagi ikan kaleng Botan. Berdasarkan nilai rata-rata untuk konsumen Gaga sebesar 3,432 termasuk pada katagori baik rentang skala 3,40-4,20 artinya konsumen Gaga merasa yakin untuk menyatakan bahwa keputusan pembelian merek Gaga dikarenakan faktor kebiasaan. Adapun jumlah konsumen Gaga yang masuk dalam klasifikasi habitual buyer sebanyak 55 orang 62,5. Dengan memanfaatkan informasi nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen habitual buyer dari posisi cukup hingga sangat baik. Nilai rata-rata untuk ikan kaleng merek ABC adalah 3,00 dan termasuk dalam katagori cukup rentang skala 2,60-3,40 artinya konsumen ABC merasa ragu-ragu untuk menyatakan bahwa keputusan pembelian merek ABC dikarenakan faktor kebiasaan, sedangkan jumlah konsumen yang habitual buyer sebanyak 9 orang 33,3. Dengan memanfaatkan informasi nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen habitual buyer dari posisi buruk hingga sangat baik.

IV.5.3. Pembeli yang Puas dengan Biaya Peralihan Satisfied Buyer