Gambar 9. Grafik IPA Ikan Kaleng Merek ABC
IV.5. Analisis Loyalitas Merek Brand Loyalty
Loyalitas merek merupakan ukuran keterkaitan seorang konsumen pada sebuah merek. Ukuran tersebut memberikan jawaban tentang mungkin atau
tidaknya seorang pelanggan beralih ke produk lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan, baik yang menyangkut harga maupun atribut yang lain.
Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentanan kelompok konsumen dari serangan pesaing dapat dikurangi. Hal tersebut merupakan suatu indikator
dari ekuitas merek yang berkaitan dengan perolehan laba dari masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan
di masa depan. Pengukuran brand loyalty dalam penelitian ekuitas merek produk ikan
kaleng dilakukan dalam dua tahap yaitu perhitungan brand switching pattern matrix dan perhitungan brand loyalty setiap merek ikan kaleng. Pengukuran
loyalitas merek dilakukan terhadap 200 orang responden di kota Bogor yang tersebar di empat swalayan lampiran 8.
IV.5.1. Suka Berpindah-pindah Switcher
Switcher adalah tingkatan di mana konsumen sensitif terhadap perubahan harga, sehingga peningkatan brand loyalty ditempatkan pada urutan paling bawah.
Konsumen yang termasuk switcher dibagi atas dua macam yaitu konsumen yang peka terhadap harga dan mudah berpindah-pindah merek variety prone.
Konsumen yang termasuk switcher adalah konsumen yang menjawab “sering” dan “selalu” ketika ditanyakan tentang seberapa sering berpindah merek karena
faktor harga. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata responden yang
berpindah 2,96 untuk Botan. Dengan memperhatikan rentang skala, nilai rata-rata konsumen ikan kaleng merek Botan yang switcher masuk dalam katagori cukup
rentang skala 2,60-3,40, yang artinya ada kemungkinan konsumen Botan akan
berpindah merek karena perubahan harga, sedangkan yang benar-benar intensif terhadap faktor harga berjumlah 22 orang 31. Dengan memanfaatkan
informasi dari nilai standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi
memetakan konsumen Botan yang switcher ke posisi buruk hingga sangat baik. Untuk merek ikan kaleng Gaga yang masuk dalam konsumen switcher
terhadap harga berjumlah 56 orang 63,6 dengan rata-rata 3,69 termasuk dalam
katagori baik rentang skala 3,40-4,20 artinya konsumen merek Botan jarang
berpindah merek karena faktor harga. Dengan memanfaatkan informasi dari nilai
standar deviasinya, toleransi satu kali standar deviasi memetakan konsumen Gaga yang switcher ke posisi cukup hingga sangat baik.
Pada merek ikan kaleng ABC, konsumen yang termasuk switcher terhadap
faktor harga sebanyak 14 orang 51,8 dengan rata-rata 3,26 dan termasuk
dalam katagori baik rentang skala 3,40-4,20. Hal tersebut berarti konsumen ikan kaleng merek ABC termasuk cukup sering berpindah merek karena faktor harga.
Dengan memanfaatkan informasi dari nilai standar deviasinya, toleransi satu kali
standar deviasi memetakan konsumen ABC yang switcher ke posisi cukup hingga baik.
IV.5.2. Membeli Karena Kebiasaan Habitual Buyer