AODV Ad hoc On-Demand Distance Vector

16 karena setiap paket selalu berisi informasi routing di dalam header. Routing protocol DSR juga dapat menghilangkan proses periodic route advertisement dan neighbor detection yang biasa dijalankan oleh routing protocol yang lain [7]. Routing protocol DSR menggunakan pendekatan reactive sehingga menghilangkan kebutuhan untuk membanjiri jaringan dalam melakukan pembaharuan tabel seperti yang terjadi pada pendekatan table driven. Node intermediate juga memanfaatkan route cache secara efisien untuk mengurangi kontrol overhaead. Kerugian dari routing ini adalah mekanisme route maintenance tidak dapat memperbaiki link yang rusak atau down. Informasi route cache yang kadaluwarsa juga bisa mengakibatkan inkonsistensi selama fase rekonstruksi route. Penggunaan routing ini akan sangat optimal pada jumlah node yang kecil atau kurang dari 200 node. Untuk jumlah yang lebih besar akan mengakibatkan collision antar paket dan menyebabkan bertambahnya delay waktu pada saat akan membangun koneksi baru [7].

2.3.2 AODV Ad hoc On-Demand Distance Vector

AODV adalah distance vector routing protocol yang termasuk dalam klasifikasi reaktif routing protocol, yang hanya melakukan request sebuah route saat dibutuhkan. AODV standar dikembangkankan oleh C. E. Perkins, E.M. Belding-Royer, dan S. Das pada RFC 3561 [9]. 17 Ciri utama dari AODV adalah menjaga timer-based state pada setiap node sesuai dengan penggunaan tabel routing. Tabel routing akan kadaluarsa jika jarang digunakan. AODV memiliki route discovery dan route maintenance. Route discovery berupa route request RREQ dan Route Reply RREP. Sedangkan route maintenance berupa data route update dan route error RRER. 1. Route Discovery Penemuan route path discovery atau route discovery diinisiasi dengan menyebarkan route reply RREP, seperti terlihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Mekanisme Penemuan Route [8] Ketika RREP menjelajahi node, secara otomatis melakukan setup path. Jika sebuah node menerima RREP, maka node tersebut akan mengirimkan RREP lagi ke node atau destination sequence number. Pada proses ini, node pertama kali akan mengecek destination sequence number pada tabel routing, apakah lebih besar dari 1 satu pada route request RREQ, jika benar, maka node akan mengirim RREP. Ketika RREP berjalan kembali ke source melalui path yang 18 telah diatur, maka akan melakukan setup route kedepan dan melakukan update timeout. 2. Router Maintenance Jika sebuah link ke hop berikutnya tidak dapat dideteksi dengan metode penemuan route, maka link tersebut akan diasumsikan putus dan route error RERR akan disebarkan ke node tetangganya, seperti terlihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Mekanisme Data Route Update dan Route Error RERR [8]. Dengan demikian sebuah node bisa menghentikan pengiriman data melalui route ini, atau meminta route baru dengan menyebarkan RREQ kembali. AODV memerlukan setiap node untuk menjaga tabel routing yang berisi field: 1. Destination IP Address. Destination IP Address berisi alamat IP dari node tujuan yang digunakan untuk menentukan route. 2. Destination Sequence Number. Destination sequence number bekerjasama untuk menentukan route. 19 3. Next Hop. Next hop adalah „loncatan‟ hop berikutnya, bisa berupa tujuan atau node tengah, field ini dirancang untuk meneruskan paket ke node tujuan. 4. Hop Count. Hop count adalah jumlah hop dari alamat IP sumber sampai ke alamat IP tujuan. 5. Lifetime. Lifetime adalah waktu dalam milidetik yang digunakan untuk node menerima RREP. 6. Routing Flags. Routing flags adalah status sebuah route; up valid, down tidak valid atau sedang diperbaiki.

2.4 Network Simulator NS