Analisa unjuk kerja protokol routing Ad Hoc On-Demand Distance Vector-Uppsala University (AODV-UU) pada Mobile Ad Hoc Network (MANET) berbasis linux.

(1)

i

ANALISA UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

AD HOC ON-DEMAND DISTANCE VECTOR

UPPSALA

UNIVERSITY (AODV- UU) PADA MOBILE AD HOC NETWORK

(MANET) BERBASIS LINUX

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh: Deni Kuswantoro

075314032

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

ii

PERFORMANCE ANALYSIS OF ROUTING PROTOCOL

AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR - Uppsala University

(AODV-UU) IN MOBILE AD HOC NETWORK (MANET) LINUX

BASED

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Study Program

By:

Deni Kuswantoro 075314032

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2013


(3)

iii


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

ABSTRAK

Di jaman modern ini, perkembangan dunia Internet semakin berkembang dengan pesat, tidak hanya browsing, chatting, dan lain sebagainya. Kegiatan – kegiatan tersebut terkait suatu aplikasi yang berhubungan dengan proses pengiriman paket data dalam jaringan internet. Proses pencarian rute untuk pengiriman data dari sumber ke tujuan disebut dengan routing. Dalam proses routing, data dikirimkan dari node sumber ke node – node lain hingga mencapai node tujuan

Mobile Ad hoc Network (MANET) atau jaringan ad hoc bisa terbentuk dari sekumpulan node yang menggunakan antarmuka nirkabel (wireless interface) untuk melakukan komunikasi antara satu node dengan node yang lainnya

Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) adalah salah satu protokol routing yang paling banyak diteliti pada lingkungan ad hoc. Ada pun penelitian yang sudah dilakukan yaitu oleh Bjorn Wiberg dan Erik Nordstrom dari Uppsala University, Swedia, pada akhir tahun 2002 telah berhasil mengembangkan protokol routing berbasis AODV dan diberi nama AODV-UU

Pada tugas akhir ini, uji unjuk kerja protokol AODV-UU pada MANET akan dilakukan di lingkungan sesungguhnya dengan menggunakan 3 buah laptop. Dalam proses routing, jaringan tersebut menggunakan metode AODV-UU (Ad-hoc On demand Distance Vector Uppsala University). QoS (Quality of Service) tersebut meliputi throughput, delay dan packet loss dan jitter. Dari aspek – aspek tersebut akan dianalisa kekurangan dan kelebihan dari metode routing AODV-UU.


(8)

viii

ABSTRACT

In modern times, development of the Internet world is growing by leaps and bounds, not just browsing, chatting, and so forth. Activities related to an application related to the process of sending data packets in Internet. The search process for the delivery of data from source to destination is called routing. In the routing process, the data is sent from the source node to node - another node until it reaches the destination node.

Mobile Ad hoc Network (MANET) or ad hoc network can be formed from a set of nodes that use a wireless interface (wireless interface) for communication between a node with other nodes

Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) routing protocol is one of the most widely studied on an ad hoc environment. There is also research that has been done is by Bjorn Wiberg and Erik Nordstrom from Uppsala University, Sweden, in late 2002 has been successfully developed based routing protocol named AODV.

In this thesis, performance test protocol on MANET AODV-UU will be conducted in the real environment by using 3 laptops. In the routing process, the network using AODV-UU (Ad-hoc On demand Distance Vector Uppsala University). QoS (Quality of Service) include throughput, delay, package loss and jitter. The aspects that will be analyzed are the advantages and disadvantages of AODV-UU routing methods.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis skripsi dengan judul “Analisa unjuk kerja protocol routingAD HOC ON-DEMAND DISTANCE VECTOR UPPSALA UNIVERSITY (AODV- UU) pada MOBILE AD HOC NETWORK (MANET) BERBASIS LINUX” ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer di Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas selesainya penyusunan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Damar Widjaja S.T. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan semangat, saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

2. Ibu Ridowati Gunawan S.Kom., M.T. selaku kaprodi Teknik Informatika dan dosen pembimbing akademik.

3. Kepada Orang Tua, Kakak, dan keluarga yang selalu memberi dukungan baik doa maupun materi, hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Teman – teman TI angkatan 2007, 2006 dan 2008 khususnya Wiwit, Kristi, Tendi, Juve, Adit, Dion, dan Aji yang banyak meluangkan waktu untuk memberi semangat dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi informatika.

Yogyakarta, 21 Desember 2013 Penulis


(10)

x

Janganlah engkau melangkah mundur

Sebelum mencoba untuk melangkah maju

TUHAN ADALAH GEMBALAKU TAK KAN KEKURANGAN AKU

(Mazmur 23 ayat 1)

Skripsi ini kupersembahkan pada: Tuhan Yesus Kristus, Kepada Orang Tua, Kakak, keluarga dan teman-teman TI


(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

MOTTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 3

I.3 Tujuan Penelitian ... 3

I.4 Manfaat Penelitian ... 3

I.5 Batasan Masalah ... 3

I.6 Metodologi Penelitian ... 4

I.7 Sistematika Penulisan ... 4


(12)

xii

2.1. Mobile Ad Hoc Network ... 6

2.2. Protocol Routing ... 6

2.2.1. Proaktif routing protocol atau Table driven Routing Protocol ... 7

2.2.2. Reaktif atau On-demand Routing Protocol ... 7

2.3. Ad hoc On-demand Distance Vector ... 8

2.4. Ad Hoc On-Demond Distance vector –UppsalaUniversity ... 10

2.4.1. Konfigurasi AODV-UU ... 11

2.4.2. Interaksi dengan Internet Protokol ... 12

2.4.3. Netfilter Framework ... 12

2.4.4. Penanganan Paket ... 14

2.4.5. Kedatangan Paket ... 14

2.4.6. Pemrosesan Paket ... 14

2.4.7. Pemrosesan Paket Data ... 15

2.4.8. Pemrosesan AODV Control Message ... 15

2.4.9. Pengiriman AODV Control Message ... 15

2.5. IEEE 802.11 Wireless LAN Standard ... 16

2.6. User Datagram Protocol (UDP) ... 17

2.7. Linux ... 18

2.7.1. Sejarah Linux ... 18

2.7.2. Ubuntu ... 20


(13)

xiii

2.7.2.2. Installasi ... 22

2.8. Parameter Kinerja Jaringan ... 22

2.9. Iperf ... 25

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM ... 27

3.1. Perancangan Jaringan ... 27

3.2. Skenario ... 27

3.3. Parameter Kinerja ... 30

3.4. Installasi Software ... 30

3.5. Penentuan Lokasi Pembuatan Jaringan MANET ... 32

3.6. Tahap Pengujian ... 32

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Penghitungan dan Analisis ... 34

4.1.1. Throughput Skenario 1 ... 34

4.1.2. Throughput Skenario 2 ... 35

4.1.3. Delay Skenario 1 ... 36

4.1.4. Delay Skenario 2 ... 37

4.1.5. Paketloss Skenario 1 ... 39

4.1.6. Paketloss Skenario 2 ... 40

4.1.7. Jitter Skenario 1 ... 41


(14)

xiv

4.1.9. Analisa skenario 1 dan 2 ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 49

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerekteristik Protokol Routing dalam MANET[3] ... 7

Gambar 2 Mekanisme Penemuan Route[2] ... 9

Gambar 3 Mekanisme Data (Route Update) dan Route Error [2] ... 10

Gambar 4 Netfilterhooks untuk IP[4]. ... 13

Gambar 5 Penanganan Paket pada AODV-UU[4]. ... 14

Gambar 6 IEEE 802.11 layer model [5]. ... 16

Gambar 7 Format header UDP [5] ... 17

Gambar 8 Skenario 1 ... 28

Gambar 9 Skenario 2 ... 29

Gambar 10 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata throughput pada routing AODV-UU. ... 35

Gambar 11 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata throughput pada routing AODV-UU. ... 36


(15)

xv

Gambar 12 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata delay pada

routing AODV-UU. ... 37 Gambar 13 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata delay pada

routing AODV-UU. ... 38 Gambar 14 Grafik pengaruh besar file dan jumlah koneksi terhadap rata- rata packetloss

pada routing AODV-UU. ... 39 Gambar 15 Grafik pengaruh besar file dan jumlah koneksi terhadap rata- rata packetloss

pada routing AODV-UU. ... 40 Gambar 16 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata jitter pada

routing AODV-UU. ... 42 Gambar 17 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata jitter pada

routing AODV-UU. ... 43

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori jaringan berdasar nilai delay ... 23 Tabel 2 Kategori jaringan berdasar nilai jitter ... 24 Tabel 3 Kategori jaringan berdasar nilai packet loss ... 25 Tabel 4 Hasil pengukuran rata-rata throughput pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop .. 34 Tabel 5 Hasil pengukuran rata-rata throughput pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop .. 35 Tabel 6 Hasil penghitungan rata-rata delay pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop. ... 37 Tabel 7 Hasil penghitungan rata-rata delay pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop. ... 38 Tabel 8 Hasil penghitungan rata-rata packet loss pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop 39


(16)

xvi

Tabel 9 Hasil penghitungan rata-rata packet loss pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop 40

Tabel 10 Hasil penghitungan rata-rata jitter pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop... 41

Tabel 11 Hasil penghitungan rata-rata jitter pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop... 43

Tabel 12 Pengiriman data 1MB dengan jarak 15meter ... 49

Tabel 13 Pengiriman data 10MB dengan jarak 15meter ... 49

Tabel 14 Pengiriman data 20MB dengan jarak 15meter ... 50

Tabel 15 Pengiriman data 1MB dengan jarak 15meter ... 51

Tabel 16 Pengiriman data 10MB dengan jarak 15meter ... 51


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di jaman modern ini, perkembangan dunia Internet semakin berkembang dengan pesat, tidak hanya browsing, chatting, dan lain sebagainya. Kegiatan – kegiatan tersebut terkait suatu aplikasi yang berhubungan dengan proses pengiriman paket data dalam jaringan internet. Proses pencarian rute untuk pengiriman data dari sumber ke tujuan disebut dengan routing. Dalam proses routing, data dikirimkan dari node sumber ke node – node lain hingga mencapai node tujuan [1]. Proses routing memiliki beberapa metode, di antaranya adalah Distance Vector dan Link State. Routing Distance Vector merupakan sebuah protokol yang menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote. Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju akan menjadi route terbaik. Sedangkan routing Link State menggunakan teknik link state, yang berarti tiap router akan mengumpulkan informasi tentang interface, bandwidth, roundtrip dan sebagainya. Kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan di masukkan ke dalam table routing.

Mobile Ad hoc Network (MANET) atau jaringan ad hoc bisa terbentuk dari sekumpulan node yang menggunakan antarmuka nirkabel (wireless interface) untuk melakukan komunikasi antara satu node dengan node yang lainnya [2]. Setiap node bisa menjadi host ataupun router, sehingga node mampu meneruskan paket ke node berikutnya. Selanjutnya, agar node dapat berkomunikasi dengan node di luar jangkauannya memerlukan protokol routing yang memiliki kemampuan untuk melewati banyak titik / node (multihop), sehingga MANET juga diharapkan menjadi jaringan dengan jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan jaringan radio.


(18)

Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) adalah salah satu protokol routing yang paling banyak diteliti pada lingkungan ad hoc [2]. Ada pun penelitian yang sudah dilakukan yaitu oleh Bjorn Wiberg dan Erik Nordstrom dari Uppsala University, Swedia, pada akhir tahun 2002 telah berhasil mengembangkan protokol routing berbasis AODV dan diberi nama AODV-UU. Protokol ini dapat digunakan baik pada simulasi (menggunakan ns-2.1b9a pada Linux Red Hat 7.2) maupun pada lingkungan sesungguhnya (pada percobaannya hanya menggunakan 3 buah laptop). Sampai laporan ini ditulis, versi AODV-UU sudah mencapai versi 0.9. Alex Hamidian diawal tahun 2003 telah mengembangkan protokol AODV+ yang menyediakan koneksi antar jaringan (network interconnection), dan semua komunikasi antara mobile ad hoc network dan Internet harus melalui sebuah gateway. Tetapi AODV+ ini masih sebatas simulasi dan masih terus dikembangkan. Selain itu ada AODV-UCSB yang dikembangkan oleh University of California-Santa Barbara, dan ternyata AODV-UCSB ini menggunakan modul dari AODV-UU. AODV-AODV-UCSB ini memiliki 2 versi untuk sistem operasi yang berbeda, yaitu Linux dan Microsoft (hanya Microsoft Windows XP). Selanjutnya ada Ad hoc On-demand Multipath Distance Vector (AOMDV) yang mengembangkan AODV untuk multipath oleh Samir R. Das dan Mahesh K. Marina dari Departement of Computer Science, State University of New York. Konsep jaringan hybrid adalah gabungan dari jaringan infrastruktur dan ad hoc atau MANET. Disatu sisi ada jaringan dengan infrastruktur dan disisi lain terdapat node yang dapat bergerak bebas (mobile node) dengan fasilitas routing.

Pada tugas akhir ini, uji unjuk kerja protokol AODV-UU pada MANET akan dilakukan di lingkungan sesungguhnya dengan menggunakan 4 buah laptop. Dalam proses routing, jaringan tersebut menggunakan metode AODV-UU (Ad-hoc On demand Distance Vector Uppsala University). QoS (Quality of Service) tersebut meliputi throughput, delay dan packet loss dan jitter. Dari aspek – aspek tersebut akan dianalisa kekurangan dan kelebihan dari metode routing AODV-UU.


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana AODV-UU dirancang dalam lingkungan yang sebenarnya? 2. Bagaimanakah caranya mendapatkan data unjuk kerja protokol routing

AODV-UU pada MANET sesuai dengan Quality of Service (QoS) yang terdiri dari throughput, delay, packet loss, dan jitter yang digunakan ? 3. Bagaimanakah caranya menganalisis data unjuk kerja protokol routing

AODV-UU pada MANET sesuai dengan Quality of Service (QoS) yang terdiri dari throughput, delay, packet loss, dan jitter yang digunakan. 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah memberikan hasil analisis data unjuk kerja protokol routing AODV-UU pada MANET di lingkungan sesungguhnya berbasis Linux.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi perencanaan jaringan ad hoc mobile dan referensi pemanfaatan metode yang tepat bagi penelitian jaringan ad hoc di masa yang akan datang.

1.5. Batasan Masalah

Agar pembahasan pada tugas akhir ini dapat berjalan sesuai apa yang telah dirumuskan, maka diperlukan batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Dalam uji unjuk kerja dengan menggunakan 4 buah laptop. 2. pengujian setiap satu file dilakukan 10 kali pengiriman. 3. Jarak yang digunakan adalah 15 meter.

4. Besar file yang digunakan adalah 1MB, 10MB, dan 20MB. 5. Sistem operasi menggunakan Linux.

6. Parameter Quality of Service (QoS) yang diukur adalah throughput, delay, packet loss dan jitter.


(20)

1.6. Metode Penelitian

Adapun metodologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur

Mengumpulkan berbagai macam referensi dan mempelajari teori yang mendukung topik tugas akhir ini, seperti :

a. Teori Mobile Ad Hoc Network (MANET). b. Teori protokol routing AODV-UU.

c. Teori QoS throughput, delay, paket loss, dan jitter. d. Teori Linux

e. Teori Iperf 2. Perancangan

Pada tahap ini penulis merancang, menentukan protokol routing dan parameter uji unjuk kerja yang akan digunakan.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui karakteristik unjuk kerja protokol routing AODV-UU pada MANET. Parameter kinerja yang dikumpulkan terdiri dari throughput, delay, paket loss, dan jitter.

4. Analisis data

Dalam tahap ini, penulis menganalisa hasil pengukuran yang diperoleh pada hasil pengujian. Analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan dari beberapa kali pengukuran yang menggunakan parameter unjuk kerja yang berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang unjuk kerja protokol routing AODV-UU pada MANET.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.


(21)

Bagian ini menjelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan judul/masalah di tugas akhir.

BAB III PERENCANAAN JARINGAN Bab ini berisi perencanaan jaringan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS JARINGAN

Bab ini berisi pelaksanaan dan hasil analisis data uji unjuk kerja. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran berdasarkan hasil analisis data.


(22)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Mobile Ad Hoc Network

MANET adalah sebuah jaringan wireless yang memiliki sifat dinamis dan juga spontan[2]. Setiap mobile host dalam MANET bebas untuk bergerak ke segala arah. Di dalam jaringan MANET terdapat dua node (mobile host) atau lebih yang dapat berkomunikasi dengan node lainnya namun masih berada dalam jangkauan node tersebut. Selain itu, node juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node yang lainnya.

Jaringan MANET melakukan komunikasi secara peer to peer menggunakan routing dengan cara multihop[2]. Informasi yang akan dikirimkan disimpan terlebih dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui perantara. Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah topologi yang dinamis artinya setiap node dapat bergerak bebas dan tidak dapat diprediksi, scalability artinya MANET bersifat tidak tetap atau jumlah node berbeda di tiap daerah dan juga memiliki tingkat keamanan fisik yang terbatas jika dibandingkan dengan jaringan kabel.

2.2. Protocol Routing

Protocol adalah seperangkat aturan yang mengatur setiap komputer untuk saling bertukar informasi melalui media jaringan, sedangkan routing adalah proses memindahkan informasi dari pengirim ke penerima melalui sebuah jaringan [3]. Pada umumnya protokol untuk jaringan ad hoc dibagi menjadi 2 tipe yaitu proaktif dan reaktif seperti terlihat pada Gambar 1.


(23)

2.2.1. Proaktif routing protocol atau table driven routing protocol

Pada proactive routing protocol(table driven routing protocol), masing-masing node akan memiliki routing table yang lengkap dalam artian sebuah node akan mengetahui semua rute ke node lain yang berada dalam jaringan tersebut[3].Setiap node akan melakukan update routing table yang dimilikinya secara periodik sehingga perubahan topologi jaringan dapat diketahui setiap interval waktu tersebut. Setiap node diharuskan mempunyai satu atau lebih tabel untuk menyimpan informasi routing.

Setiap node merespon perubahan dalam topologi jaringan dengan menjalarkan update informasi tabel routing ke seluruh node di jaringan untuk memastikan konsistensi routing[3]. Perbedaan-perbedaan antar protokol berbasis table driven terletak pada: struktur tabel routing yang digunakan dan metode bagaimana perubahan topologi jaringan disebarkan. Contoh table drivenrouting adalah DSDV (Destination-Sequenced Distance-Vector), CGSR (Clusterhead Gateway Switch Routing), danWRP(Wireless Routing Protocol).

2.2.2. Reaktif atau On-demand Routing Protocol

Pada pendekatan on-demand, routing hanya dibuat ketika node sumber membutuhkannya [3]. Saat node sumber membutuhkan routing ke node tujuan, node sumber melakukan proses route discovery dalam jaringan. Proses ini akan


(24)

selesai jika rute telah ditemukan atau semua permutasi rute telah diperiksa. Setelah didapat rute, prosedur routing maintenance akan dilakukan hingga node sumber tidak menginginkan lagi atau node tujuan tidak bisa diakses lagi. Contoh on-demand routing adalah AODV (Ad Hoc On-Demand Distance Vector), DSR (Dynamic Source Routing), TORA (Temporary Ordered Routing Algorithm), SSR (Signal Stability Routing),dan ASR (Associativity-Based Routing).

2.3. Ad hoc On-demand Distance Vector

Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) adalah distance vector routing protocol yang termasuk dalam klasifikasi reaktif routing protocol, yang hanya melakukan request sebuah rute saat dibutuhkan [2]. AODV yang standar ini dikembangkankan oleh C. E. Perkins, E.M. Belding-Royer dan S. Das pada RFC 3561.

Ciri utama dari AODV adalah menjaga timer basedstate pada setiap node sesuai dengan penggunaan tabel routing[2]. Tabel routing akan kadaluarsa jika jarang digunakan.

AODV memiliki route discovery dan route maintenance.Route Discovery berupa Route Request (RREQ) dan Route Reply (RREP)[2]. Sedangkan Route Maintenance berupa Data, Route update,dan Route Error (RRER).

AODV memerlukan setiap node untuk menjaga tabel routing yang berisi field[2].

Destination IP Address yang berisi alamat IP dari node tujuan yang digunakan untuk menentukan rute.

Destination Sequence Number yang merupakan destination sequence number bekerjasama untuk menentukan rute.

Next Hop yang merupakan ‘Loncatan’ (hop) berikutnya, bisa berupa tujuan atau node tengah, field ini dirancang untuk meneruskan paket ke node tujuan.

Hop Count yang merupakan Jumlah hop dari alamat IP sumber sampai ke alamat IP tujuan.


(25)

Lifetime yang merupakan waktu dalam milidetik yang digunakan untuk node menerima RREP.

Routing Flags yang merupakan status sebuah rute; up (valid), down (tidak valid) atau sedang diperbaiki.

AODV mengadopsi mekanisme yang sangat berbeda untuk menjaga informasi routing[2]. AODV menggunakan tabel routing dengan satu entry untuk setiap tujuan. Tanpa menggunakan routing sumber, AODV mempercayakan pada tabel routing untuk menyebarkan RouteReply (RREP) kembali ke sumber dan secara sekuensial akan mengarahkan paket data menuju ketujuan. AODV juga menggunakan sequence number untuk menjaga setiap tujuan agar didapat informasi routing yang terbaru dan untuk menghindari routing loops. Semua paket yang diarahkan membawa sequence number ini.

Penemuan jalur (path discovery) atau route discovery dijalankan dengan menyebarkan RouteReply (RREP), seperti terlihat pada Gambar 2[2]. Ketika RREP menjelajahi node, RREP akan secara otomatis melakukan setup path. Jika sebuah node menerima RREP, maka node tersebut akan mengirimkan RREP lagi ke node atau destination sequence number. Pada proses ini, node pertama kali akan mengecek destination sequence number pada tabel routing, apakah lebih besar dari 1 (satu) pada RouteRequest (RREQ). Jika benar, maka node akan mengirim RREP. Ketika RREP berjalan kembali ke source melalui path yang telah disiapkan, RREP akan melakukan setup jalur kedepan dan menglakukan update timeout.


(26)

Jika sebuah link ke hop berikutnya tidak dapat dideteksi dengan metode penemuan rute, maka link tersebut akan diasumsikan putus dan RouteError (RERR) akan disebarkan ke node tetangganya seperti terlihat pada Gambar 3[2]. Dengan demikian sebuah node bisa menghentikan pengiriman data melalui rute ini atau meminta rute baru dengan menyebarkan RREQ kembali.

2.4. Ad Hoc On-Demond Distance vector UppsalaUniversity

Ad Hoc On-Demond Distance vector –UppsalaUniversity (AODV-UU) adalah implementasi protocolrouting AODV pada Linux, yang dikembangkan oleh Universitas Uppsala, Swedia[4]. AODV-UU ditulis dengan bahasa pemrograman C dan telah diterbitkan dibawah GNU General Public License (GPL).

AODV-UU mengimplementasikan hampir semua hal pada AODV[4]. Salah satu tujuan dari AODV-UU adalah untuk memenuhi implementasi dari AODV dan tujuan ini menopang pengembangan perangkat lunak yang berkelanjutan.

Kebutuhan sistem dari AODV-UU lebih sederhana, dengan menggunakan distro linux versi kernel 2.4.x bersama dengan menggunakan kartu jaringan wereless (ini juga memungkinkan digunakan pada jaringan kawat)[4]. Sebagai tambahan, AODV-UU dapat digunakan pada platform ARM, sehingga AODV-UU ini dapat digunakan pada PDA yang popular seperti COMPAQ, iPAQ dan Sharp Zaurus


(27)

2.4.1. Konfigurasi AODV-UU

AODV-UU menyediakan banyak pilihan perintah untuk mengatur operasinya[4]. Pilihan ini disediakan sebagai parameter pada command line untuk AODV routing daemon. Perintah pilihan yang tersedia adalah sebagai berikut:

1. daemon mode (-d, --daemond) yang menjalankannya di background. 2. force gratuitous (-g, --force-gratuitous) yang memaksa gratuitous flag

untuk diterapkan pada semua RREQ.

3. help (-h, --help) yang menampilkan informasi bantuan.

4. interface (-I, --interface) yang menspesifikasikan interface jaringan mana yang digunakan pada AODV-UU. Default-nya adalah interface awal jaringan wereless tersebut.

5. hELLO jittering (-j, --hello-jitter) yang menonaktifkan jitter dari pesan HELLO.

6. logging (-l, --log) yang mengaktifkan logging ke AODV logfile.

7. routingtablelogging (-r N, --log-rt-table N) yang mencatat isi dari tabelrouting ke tabel routing logfile setiap N detik.

8. N HELLOs (-n N, --n-hellos N) yang memerlukan pesan N HELLO untuk diterima dari sebuah node sebelum ditetapkan sebagai node tetangganya. 9. uni-directional hack (-u, --unidir-hack) yang memperbolehkan

pendeteksian dan penghindaran dari link uni-directional. Ini masih fitur percobaan.

10. gateway mode (-w, --gateway-mode) yang memperbolehkan dukungan internetgateway.ini juga masih fitur percobaan.

11. disabling of expanding ring search (-x, --no-expanding-ring) yang menonaktifkan perluasan daerah pencarian untuk RREQ, yang normalnya digunakan untuk membatasi penyebaran RREQ didalam jaringan.

12. no wait-on-reboot (-D, --no-worb) yang menonaktifkan penundaan selama 15 detik wait-on-reboot pada saat startup.

13.version information (-V, --version) yang menampilkan informasi versi dan copyright.


(28)

2.4.2. Interaksi dengan Internet Protocol

Mengingat AODV merupakan protocol yang reaktif, maka penentuan rute dilakukan berdasarkan pada permintaan[4]. Hal ini membutuhkan implementasi protocol routing yang mampu meneruskan permintaan (request) ke tujuan saat rute tujuan tersebut tidak ada. Penghapusan rute pada tabel routing yang telah lewat batas waktunya membutuhkan dukungan dari setiap host untuk pemantauan paketnya.

Implementasi AODV sebelumnya seperti multicast ad-hoc (Mad-hoc) AODV tidak melakukan hal tersebut diatas[4]. Hal ini menghambat pengoperasian pada protocol yang berorientasi koneksi seperti TCP, dimana awal paket sangat vital untuk setup koneksi.Sejak itu, penanganan paket pada linux telah mengalami perkembangan yang sangat cepat. Khususnya software yang disebut Netfilter telah dikembangkan, yang dapat memberikan penanganan paket yang sangat fleksibel. AODV-UU menggunakan Netfilter untuk pemprosesan semua paket dan keperluan modifikasi.

2.4.3. Netfilter Framework

Netfilter adalah sebuah framework kernel linux yang digunakan untuk mengelola paket. Untuk setiap protocol jaringan, beberapa hook diberikan[4]. Hook ini berhubungan dengan tempat-tempat yang telah ditentukan dengan baik didalam stack protocol dan memungkinkan memasukkan kode yang telah disesuaikan untuk pengolahan paket dalam bentuk modul kernel seperti terlihat pada Gambar 4.

Pengiriman paket pada hook ini dapat diterima dan dimodifikasi dengan kode segment yang telah disesuaikan (modul kernel)[4]. Setiap paket yang datang pada hookakan dihantarkan ke dalam sebuah kode segment yang telah dicatat pada hook tersebut. Hal ini memungkinkan paket untuk dirubah, dibuang, atau dirutekan ulang oleh kode segment modifikasi tersebut. Ketika sebuah paket diproses (dan mungkin dirubah), sebuah verdict (keputusan) harus dikembalikan ke Netfilter. Verdict ini menginstruksikan Netfilter untuk melakukan beberapa


(29)

aksi pada paket yang berhubungan, seperti untuk membuang paket atau membiarkan untuk melanjutkan perjalanannya melalui stack protocol.

Netfilter juga menawarkan kemampuan untuk memproses paket dalam user-space[4]. Dengan mengembalikan antrian keputusan khusus (special queue verdict), paket diantrikan pada kernel dan informasi tentang paket dikirim ke user-space melalui netlink socket. Paket yang antri akan tetap diantrikan sampai aplikasi user space (disisi lain dari soket) mengembalikan verdict menandakan aksi yang diinginkan untuk paket-paket ini.

Di dalam AODV-UU, sebuah komponen modul kernel mendengarkan secara konstan kedua paket inbound dan outbound, dengan mendaftarkan dirinya pada netfilter[4]. Hal ini memperbolehkan penentuan rute sesuai permintaan dari operasi AODV menjadi nyata. Pada akhirnya, netfilter memperbolehkan implementasi secara mandiri dari perubahan kernel. Ini adalah keuntungan besar didalam pemeliharaan software.


(30)

2.4.4. Penanganan Paket

Penanganan paket (packet handling) mampu membedakan antara paket data pesan control AODV, dan menanganinya secara terpisah menggunakan modul perangkat lunak yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 5[4].

2.4.5. Kedatangan Paket

Ketika sebuah paket melintasi protocol stack, paket tersebut ditangkap oleh netfilter hook yang telah diatur oleh modul kernel AODV-UU[4]. Paket yang tidak mempunyai IP selalu diterima, karena paket ini tidak memiliki hubungan dengan AODV-UU. Umumnya paket yang dibangkitkan selalu diantrikan, sebab sebuah rute harus ditentukan. Kontrol pesan AODV yang masuk juga selalu diterima, karena paket ini yang akan diproses pada soket UDP yang terpisah.

2.4.6. Pemrosesan Paket

Jika paket yang masuk adalah control pesan AODV, verdict yang diterima dikembalikan ke modul libpq, sehingga paket tersebut akan berakhir di soket UDP control pesan AODV, diterima atau dikirim keluar, tergantung dari kondisi paket tersebut apakah paket incoming atau outgoing[4].


(31)

2.4.7. Pemrosesan Paket Data

Jika tujuan dari paket (ditentukan oleh alamat IP tujuan) adalah host yang sedang dikunjungi, maka paketnya merupakan paket broadcast. Jika mode internet gateway telah diaktifkan dan paket bukan merupakan paket broadcast, maka paket akan diterima[4]. Ini berarti bahwa paket dalam kondisi seperti ini akan ditangani layaknya paket biasa oleh sistem operasi.

Selanjutnya, paket akan diteruskan, dimasukkan dalam antrian atau dibuang.Tabel routing internal dari AODV-UU digunakan untuk mengecek apakah rute yang aktif sekarang masih ada atau tidak[4]. Jika rute masih ada, maka paket diatur dan diteruskan ke hop berikutnya. Dalam hal ini, paket dibangkitkan secara lokal. ID paket yang unik diberikan dan akan digunakan untuk antrian paket yang tidak langsung sampai AODV-UU memutuskan sebuah aksi, dan route discovery dibuat. Jika paket tidak dibangkitkan secara lokal, dan tidak ada rute yang ditemukan, maka paket akan dibuang dan pesan RRER dikirimkan ke sumber.

2.4.8. Pemrosesan AODV Control Message

AODV control message diterima pada soket UDP (port 654) dan selanjutnya diproses[4]. Tipe dari field AODV diperiksa, pesan dikonversi menjadi tipe message corresponding, dan selanjutnya fungsi correcthandler dijalankan.

2.4.9. Pengiriman AODV Control Message

Setiap AODV control message yang dibangkitkan oleh AODV-UU dikirimkan pada soket UDP[4]. Ketika pesan ditangkap oleh netfilter untuk membangkitkan paket secara lokal kembali, NF_IP_LOCAL_OUT, diantrikan oleh kernel AODV dan diterima oleh modul packet_input dari AODV-UU melalui libpq. Modul packet_input akan mengembalikan sebuah message kembali libpq, dan paket selanjutnya akan ditangkap oleh post-routing dari netfilter, NF_IP_POST_ROUTING. Paket tersebut akan kembali diarahkan untuk memastikan penggunaan informasi routing, dan dikirim keluar oleh system.


(32)

2.5. IEEE 802.11 Wireless LAN Standard

Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) merupakan organisasi yang mengatur tentang standar teknologi nirkabel[5]. Standar yang digunakan pada MANET adalah IEEE 802.11, yang mempunyai frekuensi kerja pada 2.4 GHz, dengan data rate maksimum adalah 11 Mbits/s. Ini merupakan standar yang biasa digunakan pada konfigurasi point-to-multi point.

Salah satu kekurangan wireless LAN adalah tidak mempunyai kemampuan untuk sensing ketika sedang mengirim data, sehingga kemungkinan untuk terjadi collision atau tabrakan sangat besar[5].

Pada Gambar 6, menunjukkan bahwa pada IEEE 802.11 terdapat 7 layer[5]. Pada layer 1 terdapat physical, pada layer 2 dibagi menjadi 2 bagian yaitu MAC (Media Access Control) dan LLC (Link Layer Control) . Kedua bagian ini menjalankan fungsi layer 2 yaitu melakukan proses error control dan flow control. Pada layer 3 sampai layer 7 terdapat Upper Layer Protokol.


(33)

2.6. User Datagram Protocol (UDP)

UDP adalah salah satu protokol pada lapisan transport TCP/IP yang mendukung komunikasi unreliable dan connectionless antara host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP[5].

Karakteristik UDP yaitu :

1. Connectionless : pesan UDP akan dikirimkan tanpa proses negosiasi antara dua host yang hendak bertukar informasi.

2. Unreliable : pesan UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut.

3. UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP.

4. UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap keseluruhan pesan UDP.

Gambar 7 Format header UDP[5]

Field pada gambar 7 dapat dijelaskan melalui uraian-uraian sebagai berikut : a. Source Port (16 bit)

Digunakan untuk mengidentifikasi sumber protokol lapisan aplikasi yang mengirim pesan UDP yang bersangkutan.

b. Destination Port (16 bit)

Digunakan untuk mengidentifikasi tujuan protokol lapisan aplikasi yang menjadi tujuan UDP yang bersangkutan.

c. Length (16 bit)

Digunakan untuk mengindikasi panjang pesan UDP (pesan UDP ditambah dengan header UDP) dalam satu byte.


(34)

d. Checksum (16 bit)

Berisi informasi pengecekan intergritas dari pesan UDP yang dikirimkan (header UDP dan pesan UDP).

2.7. Linux

Linux merupakan salah satu sistem operasi yang cukup popular saat ini terutama di kalangan para pecinta computer[6]. Linux bertindak berbilang tugas (multitasking), multi threading, dan operasinya seakan-akan unix. Linux mendukung banyak perangkat keras komputer, dan telah digunakan di berbagai peralatan dari komputer pribadi, superkomputer dan sistem benam (embedded system), seperti telepon seluler (Ponsel) dan perekam video pribadi. Linux bersifat open source karena memiliki lisensi yang bebas sehingga linux bisa di kembangkan sendiri. Hal itu menyebabkan banyaknya distro linux yang tersebar. Kini Linux telah mendapat dukungan dari perusahaan besar seperti IBM dan Hewlett-Packard. Para pengamat teknologi informatika beranggapan kesuksesan ini dikarenakan Linux tidak bergantung kepada vendor (vendor independence), biaya operasional yang rendah, dan kompatibilitas yang tinggi.

2.7.1. Sejarah Linux

Pada tahun 1983 Richard M. Stallman mendirikan proyek GNU dengan tujuan mengadakan sebuah sistem operasi mirip UNIX dan kompatibel dengan POSIX[6]. Dua tahun kemudian ia mendirikan yayasan Free Software Foundation (FSF) dan menciptakan GNU General Public License (GPL) sebagai pondasi hukum guna menjamin penyebaran software secara bebas. Atas dasar pondasi hukum itu, Software GNU telah tersebar luas dan banyak pengembang relawan dapat memberikan kontribusinya. Dalam waktu singkat telah tersedia banyak paket program dan jumlahnya terus meningkat.

Pada awal 1990an pada prinsipnya telah tersedia cukup paket program bebas (GNU Software) yang dapat digunakan sebagai komponen membangun


(35)

sebuah system operasi[6]. Untuk itu ternyata masih tertinggal Kernel (Proyek GNU-Hurd) yang merupakan jantung dari sebuah sistem operasi yang pengembangannya masih terhambat. Microkernel yang dikembangkan untuk itu ternyata mengalami banyak hambatan, terutama dalam hal melibas kecoa (bugs) dan sehubungan dengan arsitekturnya yang moderen tapi dianggap cukup ribet.

Pada dasawarsa tahun 80an Universtas Berkeley juga mengembangkan system operasi bebas dengan distribusi bernama Berkeley Software Distribution (BSD)[6]. Proyek pengembangan BSD ini menggunakan versi Unix edisi 4 dari AT&T sebagai rujukan. Karena sistem operasi BSD saat itu belum 100% halal dan masih mengandung Code asal AT&Ts Unix, maka di tahun 1990an terjadi perselishan hukum antara AT&T dan Universitas Berkeley, yang menurunkan stamina para pengembangnya dan secara drastis menghambat pengembangannya.

Dengan terhambatnya pengembangan BSD[6], maka pada awal tahun 1990an sebenarnya belum tersedia sistem operasi yang 100% bebas. Dan perselisihan hokum dengan AT&T membuat masa depan proyek BSD jadi tak menentu, sementara pengembangannya juga praktis dibekukan. Sementara itu, proyek GNU lainnya tetap berjalan dan jumlah paket software yang dihasilkan terus meningkat.

Kernel Linux pada mulanya ditulis sebagai proyek hobi oleh pelajar universitas Finland Linus Torvalds yang belajar di Universitas Helsinki, untuk membuat kernel Minix yang gratis dan dapat diedit[6]. (Minix adalah projek pelajaran menyerupai UNIX dibuat untuk mudah digunakan dan bukannya untuk digunakan secara komersial.) Versi 0.01 dikeluarkan ke Internet pada September 1991, Versi 0.02 pada 5 Oktober 1991.

Sejarah sistem operasi Linux berkaitan erat dengan proyek GNU, proyek program bebas freeware terkenal diketuai oleh Richard Stallman[6]. Proyek GNU diawali pada tahun 1983 untuk membuat sistem operasi seperti Unix lengkap — kompiler, utility aplikasi, utiliti pembuatan dan seterusnya — diciptakan sepenuhnya dengan perangkat lunak bebas. Pada tahun 1991, pada saat versi pertama kerangka Linux ditulis, proyek GNU telah menghasilkan hampir semua komponen sistem ini kecuali kernel. Torvalds dan pembuat kernel seperti Linux


(36)

menyesuaikan kernel mereka supaya dapat berfungsi dengan komponen GNU, dan seterusnya mengeluarkan Sistem operasi yang cukup berfungsi. Oleh karena itu, Linux melengkapi ruang terakhir dalam rancangan GNU.

Tux, seekor Pinguin, merupakan logo dan maskot bagi Linux[6]. Linux adalah trademark (SN: 1916230) yang dimiliki oleh Linus Torvalds. Linux terdaftar sebagai "Program system operasi komputer bagi penggunaan komputer dan operasi". Trademark ini didaftarkan setelah ada suatu kejadian di mana seorang pemalsu bernama William R Della Croce Jr mulai mengirim surat kepada para distributor Linux dan megklaim trademark Linux adalah hakmiliknya serta meminta royalti sebanyak 10% dari mereka. Para distributor Linux mulai mendorong agar trademark yang asli diberikan kepada Linus Torvalds. Pemberian lisensi trademark Linux sekarang dibawah pengawasan Linux Mark Institute.

2.7.2. Ubuntu

Ubuntu merupakan salah satu distribusi Linux yang berbasiskan Debian dan didistribusikan sebagai Perangkat Lunak Bebas[7]. Nama Ubuntu berasal dari filosofi dari Afrika Selatan yang berarti "Kemanusiaan kepada sesame”. Ubuntu didesain untuk kepentingan penggunaan personal, namun versi server Ubuntu juga tersedia, dan telah dipakai secara luas.

Proyek Ubuntu resmi disponspori oleh Canonical Ltd yang merupakan sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha Afrika Selatan[7]. Mark Shuttleworth. Tujuan dari distribusi Linux Ubuntu adalah membawa semangat yang terkandung di dalam Filosofi Ubuntu ke dalam dunia perangkat lunak. Ubuntu adalah system operasi lengkap berbasis Linux, tersedia secara bebas dan mempunyai dukungan baik yang berasal dari komunitas maupun tenaga ahli profesional.

2.7.2.1. Sejarah dan Pengembangan

Ubuntu adalah salah satu proyek andalan Debian[7]. Sasaran awal Ubuntu adalah menciptakan system operasi desktop Linux yang mudah dipakai. Ubuntu dijadwalkan dirilis setiap 6 bulan sehingga sistem Ubuntu dapat terus diperbarui.


(37)

Ubuntu pertama kali dirilis pada 20 Oktober 2004[7]. Semenjak itu, Canonical telah merilis versi Ubuntu yang baru setiap 6 bulan sekali. Setiap rilis didukung selama 18 bulan untuk pembaruan sistem, keamanan, dan kesalahan (bug). Setiap 2 tahun sekali (versi xx.04 dengan x angka genap) akan mendapatkan Long Term Support(LTS) selama 3 tahun untuk desktop dan 5 tahun untuk edisi server. Namun Ubuntu 12.04 yang akan dirilis April 2012 akan mendapatkan pembaruan sistem selama 5 tahun. Perpanjangan dukungan ini bertujuan untuk mengakomodasi bisnis dan pengguna IT yang bekerja pada siklus panjang dan pertimbangan biaya yang mahal untuk memperbarui sistem.

Paket-paket software Ubuntu berasal dari paket tidak stabil Debian; Ubuntu memakai format paket dan manajemen paket Debian (APT dan Synaptic). Paket Debian dan Ubuntu seringkali tidak cocok[7]. Paket Debian sering kali perlu dibuat ulang dari source agar dapat dipakai di Ubuntu, begitu juga sebaliknya. Ubuntu bekerja sama dengan Debian untuk berusaha agar perubaha-perubahan sistem Ubuntu mengarah kembali ke Debian, namun hal ini hampir tak terlaksana. Penemu Debian, Ian Murdock, pernah berkata bahwa paket Ubuntu berpotensi mengarah terlalu jauh dari Debian. Sebelum setiap rilis Ubuntu, paket-paket diambil dari paket-paket tidak stabil Debian dan digabung dengan modifikasi Ubuntu. Sebulan sebelum perilisan, pengambilan paket dihentikan dan kerja selanjutnya adalah memastikan paket-paket yang sudah diambil bekerja dengan baik.

Ubuntu sekarang dibiayai oleh Canonocal Ltd. Pada 8 Juli 2005 Mark Shuttleworth mendirikan pendirian Ubuntu Foundation dan memberikan pendanaan awal sebesar US$10 juta[7]. Tujuan dari pendirian yayasan ini adalah untuk memastikan pengembangan dan dukungan semua versi Ubuntu dapat terus berjalan.

Pada 31 Oktober 2011, Mark Shuttleworth mengumumkan bahwa Ubuntu 14.04 akan mendukung smartphone, tablet, dan smart TV[7]. Dan desain-desainnya pun sudah mulai dirancang.


(38)

2.7.2.2. Installasi

Ubuntu pada umumnya dapat diinstal dari CD atau dapat diinstal melalui USD[7]. Sistem operasi Ubuntu dapat dijalankan dari Live CD (seringkali dengan kehilangan performa yang signifikan), sehingga pengguna dapat mengecek kecocokan hardware dan dukungan driver sistem operasi. CD juga mempunyai Ubiquity Installer, sehingga penggguna dapat menginstall Ubuntu pada komputer secara permanen. Semua CD Ubuntu dapat diunduh di website Ubuntu. Penginstallan dari CD membutuhkan RAM minimal 256 MB.

Pengguna dapat mengunduh disk image (.iso) dari CD, yang kemudian dapat ditulis (burn) ke media fisik (CD atau DVD), atau dijalankan langsung dari hard drive (memakai UNetbootin atauGRUB)[7]. Ubuntu juga dapat dijalankan di ARM, PowerPC, SPARC, dan IA-64, namun platform-platform tersebut tidak didukung secara resmi.

Canonical menawarkan CD installasi Ubuntu dan Kubuntu dengan distribusi terbaru gratis (namun dihentikan pada April 2011), termasuk membayar biaya pos untuk tujuan banyak negara di seluruh dunia (lewat servis pengantaran ShipIt)[7].

Perangkat migrasi Microsoft Windows, yang bernama Migration Assistant (diperkenalkan pada April 2007), dapat digunakan untul mengambil bookmark, wallpaper, dan dari MS Windows ke installasi Ubuntu yang baru[7].

Ubuntu dan Kubuntu dapat diboot dan dijalankan dari USB Flash drive (selama BIOS mendukung booting dari USB), dengan pilihan untuk menyimpan setting ke flashdrive[7]. Hal ini membuat pengguna dapat menginstall Ubuntu dari flash disk, serta dapat menjalankan Ubuntu tanpa membuat perubahan pada hard drive pengguna. Untuk Ubuntu versi yang baru, program USB creator sudah tersedia untuk menginstall Ubuntu ke USB drive dengan atau tanpa Live CD.

2.8. Parameter Kinerja Jaringan

Kinerja jaringan atau juga disebut quality of service (QoS) merupakan komponen yang penting dalam sebuah sistem komunikasi [8]. Kinerja jaringan dapat menunjukkan konsistensi, tingkat keberhasilan pengiriman data, dan lain-lain. Dengan kata lain kinerja jaringan dapat menunjukkan kualitas pada jaringan


(39)

tersebut. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja jaringan antara lain [8] :

1. Throughput

Throughput diartikan sebagai laju data aktual per satuan waktu[8]. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut sebagai bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat tetap, sementara throughput sifatnya dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Throughput mempunyai satuan Bps (Bits per second). Rumus untuk menghitung throughput adalah :

Throughput =

2. Delay

Delay adalah jeda waktu antara paket pertama dikirim dengan paket tersebut diterima[8].

a. End-to-end delay.

Selisih waktu pengiriman sebuah paket saat dikirimkan dengan saat paket tersebut diterima pada node tujuan.

b. Average delay jaringan.

Rata – rata delay jaringan dari keseluruhan waktu pengiriman.

Berikut ini tabel kategori jaringan berdasar nilai delay versi Tiphon [8]: Tabel 1 Kategori jaringan berdasar nilai delay

Kategori Delay

Sangat Baik 0-150 ms

Baik 150-300 ms

Buruk 300-450 ms

Sangat Buruk >450 ms ukuran data yang diterima


(40)

3. Packet delivery ratio

Packet delivery ratio adalah rasio antara banyaknya paket yang diterima oleh tujuan dengan banyaknya paket yang dikirim oleh sumber[8]. Rumus untuk menghitung packet delivery ratio :

PDR= x100

4. Jitter

Jitter merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di sisi penerima. Untuk mengatasi jitter, paket yang datang, atau melewati sebuah node, akan diantrikan terlebih dahulu dalam jitter buffer selama waktu tertentu hingga nantinya paket dapat diterima pada node tujuan dengan urutan yang benar[8]. Keberadaan jitter buffer akan menambah nilai end-to end delay.

Ada dua jenis jitter yaitu :

a. One way jitter = end to end delaynend to end delay(n-1) b. Inter arrival jitter = tterima– t(terima–1)

Berikut ini tabel kategori jaringan berdasar nilai jitter versi Tiphon [8] : Tabel 2 Kategori jaringan berdasar nilai jitter

Kategori Jitter

Sangat Baik 0 ms Baik 0 s/d 75 ms Buruk 76 s/d 124 ms Sangat Buruk 125 s/d 225 ms

5. Packet loss (Paket hilang)

Packet loss adalah banyaknya jumlah paket yang hilang selama proses pengiriman paket dari node asal ke node tujuan[8].

paket yang diterima paket yang dikirim


(41)

Berikut ini tabel kategori jaringan berdasar nilai packet loss versi Tiphon [8] : Tabel 3 Kategori jaringan berdasar nilai packet loss

Kategori Packet loss Sangat Baik 0 % -2%

Baik 3 % - 14%

Buruk 15 % - 24%

Sangat Buruk >25 %

6. Routing overhead

Routing overhead adalah rasio antara jumlah paket routing dengan paket data yang berhasil diterima[8].

2.9. Iperf

Iperf adalah salah satu tool untuk mengukur troughput bandwidth dalam sebuah link network, agar bisa dilakukan pengukuran diperlukan Iperf yang terinstall point to point, baik disisi server maupun client[9]. Iperf sendiri bisa digunakan untuk mengukur performance link dari sisi TCP maupun UDP. diubuntu bisa menggunakan perintah apt-get install iperf, di Free BSD bisa menggunakan perintah pkg_add iperf. Untuk ujicoba pastikan bahwa komputer tujuan terinstall dengan baik iperf dan client testnya.

Syntax yang biasa digunakan adalah sebagai berikut, Iperf tests: Client/Server: -f -i -l -m -p -u -w --format --interval --len --print_mss --port --udp --window

Format untuk melaporkan: Kbits, Mbits, KByte, Mbytes detik antara laporan bandwidth yang periodik

panjang buffer untuk membaca atau menulis (standar 8 KB) cetak TCP ukuran segmen maksimum (MTU - TCP / IP header) portserver yang terhubung


(42)

-B -C -M -N -V --bind --compatibility --mss --nodelay --IPv6Version

TCP ukuran jendela (soket ukuran buffer)

mengikat "host", sebuah antarmuka atau alamat multicast untuk digunakan dengan versi lama tidak mengirim pesan ekstra set TCP ukuran segmen maksimum (MTU - 40 byte)

mengatur TCP, menonaktifkan Algoritma Mengatur domain ke IPv6

Server specific: -s -U -D --server --single_udp --daemon

berjalan dalam mode server berjalan dalam mode UDP

menjalankan server sebagai daemon

Client specific:

-b --bandwidth untuk UDP, bandwidth untuk mengirim di dalam bit / detik (standar 1 Mbit / detik)

-c --client berjalan dalam modus klien

-d –dualtest Melakukan tes dua arah secara bersamaan -n –num jumlah byte untuk pengiriman

-r --tradeoff Melakukan tes dua arah secara individual -t –time waktu saat pengiriman

-F –fileinput input data yang akan dikirimkan dari sebuah file -I –stdin input data yang akan dikirimkan dari stdin -L –listenport pelabuhan untuk menerima tes dua arah kembali -P –parallel jumlah thread untuk menjalankan klien paralel -T –ttl waktu, untuk multicast

Miscellaneous: -h

-v

--help --version

mencetak pesan ini dan berhenti mencetak informasi versi dan keluar


(43)

27

BAB III

PERANCANGAN JARINGAN

3.1. Perancangan Jaringan

Perancangan Jaringan diperlukan dalam menentukan langkah-langkah pembangunan yang akan dikerjakan. Dalam perencanaan sistem ini akan dibagi dalam beberapa tahapan pembangunan, tahapan pembangunan ini merupakan urutan dari kegiatan pembangunan jaringan. Tahap-tahap perancangan yang dilakukan dalam pembangunan jaringan MANET ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang sekenario yang akan dilakukan.

Perancangan sekenario yang dilakukan agar jaringan tersebut dapat bekerja dengan baik.

2. Parameter Kinerja.

Parameter kinerja yang akan di uji adalah throughput, delay, packet loss, dan jitter.

3. Melakukan Instalasi software.

Agar konsep jaringan Manet yang diinginkan dapat tercapai, maka diperlukan dukungan dari beberapa perangkat lunak pada perangkat keras yang digunakan.

4. Menentukan lokasi pembuatan jaringan MANET.

Dalam pembuatan jaringan Manet didasarkan oleh pertimbangan teknis dan non teknis agar dapat menghasilkan kondisi sesuai dengan apa yang diinginkan,

5. Tahap Pengujian.

Dalam tahap ini pengujian dilakukan sesuai dengan apa yang telah dirancang.

3.2 Skenario

Jaringan MANET merupakan jaringan lokal wireless yang sifatnya dinamis. Digunakan beberapa asumsi untuk merancang skenario yang dimaksudkan untuk


(44)

merepresentasikan keadaan dari wireless itu sendiri. Beberapa asumsi tersebut antara lain :

1. Jumlah PC/Laptop yang digunakan 4 buah

2. Pengujian setiap satu file dilakukan 10 kali pengiriman. 3. Jarak yang digunakan adalah 15 meter.

4. Besar file yang digunakan adalah 1MB, 10MB, dan 20MB. 5. Skenario pengujian:

- Skenario 1

Laptop A (client) Laptop B (router) Laptop C (server)

15 m 15 m

Gambar 8 Skenario 1 Spesifikasi Laptop

A. Processor : Intel® Atom N280/1.66 GHz.

RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 160GB

Wireless : IEEE 802.11b/g

OS : Linux Ubuntu 10.04

B. Processor : Intel Atom d2600/1. 6GHz

RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 320GB

Wireless : IEEE 802.11b/g/n

OS : Linux Ubuntu 10.04

USB Wi-FI Adapter : TP-Link TL-WN321G

C. Processor : Intel Dual Core T3200/ 2.0Ghz

RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 160GB

Wireless : IEEE 802.11a/b/g


(45)

Skenario 1 yang dilakukan sebagai berikut:

Setelah melakukan tahap pembuatan koneksi antar laptop dan AODV-UU dijalankan selanjutnya dilakukan pengiriman data dengan iperf dari laptop A sebagai iperf client menuju laptop C sebagai iperf server melalui laptop B sebagai router/perantara dengan jarak antara laptop 15meter. Ukuran file sebesar 1MB, 10MB, dan 20MB. Pengiriman file dilakukan sebanyak 10 kali.

- Skenario 2

Laptop A (client) Laptop B (router) Laptop D (server)

15 m Laptop C (router)

15 m 15 m

Gambar 9 Skenario 2 Spesifikasi Laptop

A. Processor : Intel® Atom N280/1.66 GHz.

RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 160GB

Wireless : IEEE 802.11b/g

OS : Linux Ubuntu 10.04

B. Processor : Intel Atom d2600/1. 6GHz

RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 320GB

Wireless : IEEE 802.11b/g

OS : Linux Ubuntu 10.04

USB Wi-FI Adapter : TP-Link TL-WN321G

C. Processor : Intel Dual Core T3200/ 2.0Ghz


(46)

Harddisk : 160GB

Wireless : IEEE 802.11a/b/g

OS : Linux Ubuntu 10.04

USB Wi-FI Adapter : TP-Link TL-WN321G

D. Processor : Intel® Core™2 Duo Processor P8700/2.53 GHz, RAM : 1 GB DDR2

Harddisk : 250GB

Wireless : IEEE 802.11a/b/g OS : Linux Ubuntu 10.04

Skenario 2 yang dilakukan sebagai berikut:

Setelah melakukan tahap pembuatan koneksi antar laptop dan AODV-UU dijalankan selanjutnya dilakukan pengiriman data dengan iperf dari laptop A sebagai iperf client menuju laptop D sebagai iperf server melalui laptop B dan C sebagai router/perantara dengan jarak antara laptop 15 meter. Ukuran file sebesar 1MB, 10MB, dan 20MB. Pengiriman file dilakukan sebanyak 10 kali.

3.3 Parameter Kinerja

Parameter jaringan yang diukur dalam tugas akhir ini, yaitu : throughput, delay, packe loss, dan jitter. Alasan dari menggunakan parameter-parameter jaringan tersebut adalah untuk mengetahui pada parameter apa saja suatu routing protocol mengalami penurunan atau peningkatan peformasi.

3.4 Installasi Software

1. Installasi Linux Ubuntu 10.04

2. Installasi Pendukung AODV-UU di Linux

Ada beberapa tahap dalam installasi AODV-UU agar dapat dijalankan di Linux, tahap-tahap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Install apt-getupdate dengan cara ketik “ apt-get update” di terminal kemudian tekan enter


(47)

2. Install apt-get install build-essential dengan cara ketik “ apt-get install build-essential“di terminal kemudian tekan enter

3. Install apt-get install linux-sourcedengan cara ketik “ apt-get install linux-source” di terminal kemudian tekan enter

4. install apt-get install linux-headers-genericdengan cara ketik “ apt-get install linux-headers-generic ” di terminal kemudian tekan enter

5. install apt-get install xgraphdengan cara ketik “apt-get install xgraph” di terminal kemudian tekan enter

6. install apt-get install libxt-dev libx11-dev libxmu-dev dengan cara ketik “ apt-get install libxt-dev libx11-dev libxmu-dev” di terminal kemudian tekan enter

3. Installasi AODV-UU-0.9.5.1

Cara install AODV-UU-0.9.5.1 adalah sebagai berikut:

1. install aodv-uu-0.9.5.1-i386 dengan cara klik 2 kali di file aodv-uu-0.9.5.1-i386.

2. Install aodv-uu-source-0.9.5.1-all.deb dengan cara yang sama yaitu klik 2 kali di file aodv-uu-source-0.9.5.1-all.deb

3. Masukkan aodv-uu-0.9.6 ke folder deni.

4. Buka terminal, ketik “ cd aodv-uu-0.9.6 ” tekan enter 5. Ketik “ make” tekan enter

6. ketik “ makeinstall” tekan enter

7. ketik “ sudo apt-get install openjdk-6-jre-headless” tekan enter 4. Installasi iperf

Cara install iperf adalah sebagai berikut:  Masukkan iperf ke folder deni  buka terminal ketik “ cd iperf ” enter  ketik “ apt-get installiperf “ enter


(48)

3.5 Penentuan Lokasi Pembuatan Jaringan MANET

Dalam rangka membangun jaringan MANET, lokasi penempatan perangkat merupakan faktor yang menentukan. Oleh karena itu dalam penentuan lokasi dan penempatan perangkat yang digunakan, didasarkan atas beberapa pertimbangan yang dinilai dapat menghasilkan kondisi sesuai dengan apa yang diinginkan, pertimbangan tersebut meliputi:

1. Pertimbangan teknis

Yang merupakan pertimbangan teknis dalam penentuan lokasi dan penempatan perangkat adalah ketersediaan ruangan yang cukup untuk memenuhi bentuk dari jaringan MANET yang akan dibangun, ketersediaan sumber listrik, dan lokasi tersebut muda dijangkau untuk keperluan pengetesan dan konfigurasi.

2. Pertimbangan non teknis

Pertimbangan non teknis mengacu pada pertimbangan keamanan baik yang berasal dari faktor manusia ataupun faktor alam. Faktor yang berasal dari manusia seperti keamanan penempatan perangkat dari hilir mudik manusia, dan pengawasan perangkat apabila telah terpasang. Sedangkan factor dari alam meliputi perlindungan terhadap cuaca, seperti hujan dan gangguan petir.

3.6 Tahap Pengujian

Penjelasan tahapan pengujian adalah sebagai berikut: 1. Mulai

Tahap ini adalah tahap mempersiapkan perangkat yang akan digunakan yaitu 4 buah laptop dengan percobaan 1 menggunakan 3 laptop : Jarak antar laptop 15 meter saling terhubung, setiap percobaan akan dilakaukan sebanyak 10 kali dengan masing-masing file sebesar 1MB, 10MB, dan 20MB dan percobaan 2 menggunakan 4 laptop : Jarak antar laptop 15 meter saling terhubung. setiap percobaan akan dilakaukan sebanyak 10 kali dengan masing-masing file sebesar 1MB, 10MB, dan 20MB

2. Buat koneksi


(49)

3. Jalankan AODV-UU

Tahap ini adalah tahap menjalankan AODV-UU, diperlukan perintah-perintah yang harus diberikan melalui terminal. Perintah yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Sudo su ( Untuk mengakses administrator )

2. Password ( Masukkan kode untuk membuka kunci ) 3. Aodvd –l –D –r 3 –I Wlan ( Untuk menjalankan AODV-UU )

4. Jalankan Iperf

Tahap ini adalah tahap menjalankan Iperf di terminal.

- Cara menjalankan Iper server dengan sintaks „ iperf –s –u –f k„

- Cara menjalankan Iper client dengan sintaks „ iperf –c ( IP tujuan ) – u – i 2 –f k –F /(home)/( folder )/( file)‟

5. Pengiriman Data

Skenario 1 Setelah koneksi terbentuk dan AODV-UU dijalankan, selanjutnya Iperf client (A) mengirim data ke Iperf server (C) melalui client (B) sebagai router/perantara.

Skenario 2 Setelah koneksi terbentuk dan AODV-UU dijalankan, selanjutnya Iperf client (A) mengirim data ke Iperf server (D) melalui router/perantara (B) dan router/Perantara (C).


(50)

34

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Skenario jaringan dilakukan untuk pengujian unjuk kerja routing protokol AODV-UU. Setiap skenario dilakukan sebanyak 10 kali pengiriman. Hasil dari pengiriman tersebut akan diambil rata – ratanya dan ditampilkan ke dalam sebuah tabel dan juga grafik.

4.1. Penghitungan dan Analisis

Penghitungan throughput, delay, packet loss, dan jitter pada jaringan komputer menggunakan routing protocol AODV-UU dilakukan berdasarkan ukurun file sebesar 1MB, 10MB, dan 20MB. Dari hasil pengiriman tersebut selanjutnya peneliti akan menghitung rata-rata dan menganalisa throughput, delay, packet loss, dan jitter.

4.1.1. Throughput Skenario 1

Data rata-rata throughput pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 4 menunjukkan table rata-rata throughput berdasarkan ukuran file. Tabel 4 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 10 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran throughput berdasarkan ukuran file.

Tabel 4 Hasil pengukuran rata-rata throughput pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop.

File(KB) (KBps) 1000 74 10000 61.3 20000 54.7


(51)

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa rata-rata throughput pada pengiriman file 1MB lebih besar dibandingkan rata-rata throughput pada pengiriman file 20MB. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar file dan semakin banyak hop yang dibutuhkan, kinerja throughput pada AODV-UU semakin menurun. Hal ini dapat dilihat pada perngiriman file 1MB yang memiliki rata-rata throughput 74 KBps sedangkan pengiriman 10MB memiliki rata-rata throughput 61.3 KBps dan pada pengiriman 20MB memiliki rata-rata throughput 54.7 KBps.

4.1.2. Throughput Skenario 2

Data rata-rata throughput pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 5 menunjukkan table rata-rata throughput berdasarkan ukuran file. Tabel 5 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 11 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran throughput berdasarkan ukuan file.

Tabel 5 Hasil pengukuran rata-rata throughput pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop.

File(KB) KBps 1000 31 10000 27.9 20000 25.1

Gambar 10 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata throughput pada routing AODV-UU.


(52)

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa rata-rata throughput pada pengiriman file 1MB lebih besar dibandingkan rata-rata throughput pada pengiriman file 20MB. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar file dan semakin banyak hop yang dibutuhkan, kinerja throughput pada AODV-UU semakin menurun. Hal ini dapat dilihat pada perngiriman file 1MB yang memiliki rata-rata throughput 31 KBps sedangkan pengiriman 10MB memiliki rata-rata throughput 27.9 KBps dan pada pengiriman 20MB memiliki rata-rata throughput 25.1 KBps.

Rata-rata throughput yang dihasilkan oleh skenario 1 lebih besar dari pada rata-rata throughput yang dihasilkan oleh skenario 2. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar file dan semakin banyak hop yang dibutuhkan maka throughput yang didapat semakin kecil.

4.1.3. Delay Skenario 1

Data rata-rata delay (latency) pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 6 menunjukkan table rata-rata delay (latency) berdasarkan ukuran file. Tabel 6 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 12 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran delay (latency) berdasarkan ukuran file.

Gambar 11 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata throughput pada routing AODV-UU.


(53)

Tabel 6 Hasil penghitungan rata-rata delay pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop.

Pada Gambar 12 dapat dilihat rata-rata delay antara masing-masing file semakin besar. Pada pengiriman file 1MB yang memiliki rata-rata delay 11.8 ms lebih rendah dibandingkan pada pengiriman 10MB yang memiliki rata-rata delay 13.7 ms dan pada pengiriman 20MB yang memiliki rata-rata delay 14.8 ms. Ini dipengaruhi oleh besar kecilnya file dan semakin banyak sedikitnya hop yang dibutuhkan pada saat pengiriman file.

Sesuai standar Tiphon, rata-rata delay untuk protocol AODV-UU termasuk dalam kategori sangat bagus karena memiliki nilai kurang dari 150 ms[10]. Ini berarti semakin kecil ukuran file dan semakin sedikit hop yang dibutuhkan maka delay semakin kecil.

4.1.4. Delay Skenario 2

Data rata-rata delay (latency) pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 7 menunjukkan table rata-rata delay

File(KB) ms 1000 11.8 10000 13.7 20000 14.8

Gambar 12 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata delay pada routing AODV-UU.


(54)

(latency) berdasarkan ukuran file. Tabel 7 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 13 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran delay (latency) berdasarkan ukuran file.

Tabel 7 Hasil penghitungan rata-rata delay pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop.

File(KB) ms 1000 21.7 10000 22.9 20000 24.2

Pada Gambar 13 dapat dilihat data delay antara masing-masing file semakin besar. Pada pengiriman data 1MB yang memiliki rata-rata delay 21.7 ms lebih rendah dibandingkan dengan pengiriman 10MB yang memiliki rata-rata delay 22.9 ms dan pada pengiriman 20MB yang memiliki rata-rata delay 24.2 ms. Ini dipengaruhi oleh besar kecilnya file dan semakin banyak sedikitnya hop yang dibutuhkan pada saat pengiriman file.

Rata-rata delay pada AODV-UU pada setiap file tidak terpaut jauh tetapi pada besar file 1MB delay selalu lebih rendah dari besar file 10MB dan 20MB. Sesuai standar Tiphon, delay untuk protocol AODV-UU termasuk dalam kategori sangat bagus karena memiliki nilai kurang dari 150 ms[10]. Ini berarti semakin kecil ukuran file dan semakin sedikit hop yang dibutuhkan maka delay semakin Gambar 13 Grafik pengaruh besar file dan jarak koneksi terhadap rata- rata delay


(55)

kecil. Jika di bandingkan dengan rata-rata delay pada skenario 1, rata-rata delay pada skenario 2 lebih besar karena hop pada skenario 2 lebih banyak dibandingkan hop pada skenario 1 yang mengakibatkan delay semakin besar.

4.1.5. Packet loss Skenario 1

Data rata-rata packet loss pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 8 menunjukkan table rata-rata packet loss berdasarkan ukuran file. Tabel 8 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 14 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran packet loss berdasarkan ukuran file.

Table 8 Hasil penghitungan rata-rata packet loss pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop.

File(KB) % 1000 1% 10000 2% 20000 2%

Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa pengiriman file 1MB rata rata packet loss sebesar 1% dari total data terjadi. Hal ini berbeda pada pengiriman file 10MB dan 20MB yang memiliki packet loss sebesar 2%. Bila dibandingkan secara keseluruhan rata-rata packet loss ini tidak ditentukan oleh perbedaan file, melainkan dipengaruhi oleh banyak sedikitnya hop yang dibutuhkan pada saat Gambar 14 Grafik pengaruh besar file dan jumlah koneksi terhadap rata- rata packet


(56)

pengiriman file dan antrian paket yang terjadi saat pengiriman file yang mengakibatkan terjadinya paket yang hilang. Ini berarti semakin sedikit hop yang dibutuhkan dan antrian paket yang terjadi semakin sedikit maka akan sedikit terjadinya packet loss.

Rata-rata packet loss pada protokol AODV-UU ini bisa dikatakan sangat baik karena rata-rata packet loss dibawah 3%. Hal ini bisa dilihat dari standar packet loss versi Tiphon karena bernilai rata-rata packet loss dibawah 3%.

4.1.6. Packet loss Skenario 2

Data rata-rata packet loss pada routing protocol AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 9 menunjukkan table rata-rata packet loss berdasarkan ukuran file. Tabel 9 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar 15 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran packet loss berdasarkan ukuran file.

Tabel 9 Hasil penghitungan rata-rata packet loss pada jarak 15 meter dengan 4 buah laptop.

File(KB) % 1000 4% 10000 6% 20000 7%

Gambar 15 Grafik pengaruh besar file dan jumlah koneksi terhadap rata- rata packet loss pada routing AODV-UU.


(57)

Pada gambar 15 dapat dilihat bahwa pengiriman file 1MB, memiliki rata-rata packet loss sebesar 4% . Hal ini berbeda pada pengiriman file 10MB yang memiliki rata-rata packet loss 6% dan 20MB yang memiliki rata-rata packet loss sebesar 7%. Bila dibandingkan secara keseluruhan rata-rata packet loss ini tidak ditentukan dengan perbedaan file, melainkan dipengaruhi oleh banyak sedikitnya hop yang dibutuhkan pada saat pengiriman file dan antrian paket yang terjadi saat pengiriman file yang mengakibatkan terjadinya paket yang hilang. Dengan demikian semakin sedikit hop yang dibutuhkan pada saat pengiriman file dan antrian paket yang terjadi semakin sedikit maka akan sedikit terjadinya paket loss. Rata-rata packet loss pada protokol AODV-UU ini bisa dikatakan baik karena rata-rata packet loss dibawah 15%. Hal ini bisa dilihat dari standar packet loss versi Tiphon. Jika di bandingkan dengan rata-rata paket loss pada skenario 1, rata-rata packet loss pada skenario 2 lebih tinggi dikarenakan banyak hop dan antrian paket yang terjadi saat pengiriman file.

4.1.7. Jitter Skenario 1

Data rata-rata jitter pada protocol routing AODV-UU dapat dilihat pada subab dibawah ini. Table 10 menunjukkan table rata-rata jitter berdasarkan ukuran file. Tabel 10 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar grafik 16 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran jitter berdasarkan ukuran file.

Tabel 10 Hasil penghitungan rata-rata jitter pada jarak 15 meter dengan 3 buah laptop.

File(KB) ms 1000 27.5 10000 41.3 20000 50.2


(1)

49

1.

Sekenario 1 menggunakan 3 laptop dengan pengiriman 10 kali, setiap

laptop berjarak 15 meter

Tabel 12 Pengiriman data 1MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter(ms)

packet loss (%)

throughput (KBps)

1 11.3 889 774 25.928 0% 78.67256637

2 12.4 840 726 29.257 1% 67.74193548

3 11.1 893 779 27.825 1% 80.45045045

4 11.4 886 769 26.136 0% 77.71929825

5 12 855 742 28.428 1% 71.25

6 11.9 869 748 26.958 0% 73.02521008

7 11 896 780 25.768 0% 81.45454545

8 11.7 879 756 26.274 0% 75.12820513

9 12.2 843 737 28.798 0% 69.09836066

10 12.6 836 731 29.975 2% 66.34920635

Rata-rata 11.76 868.6 754.2 27.5347 1% 74.08897782

Tabel 13 Pengiriman data 10MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter (ms) packet loss (%) throughput (KBps)

1 13.9 835 717 41.407 0% 60.07194245

2 13 855 742 40.471 0% 65.76923077

3 13.5 843 729 40.928 3% 62.44444444

4 14 830 710 41.591 2% 59.28571429

5 13.1 849 738 40.587 1% 64.80916031

6 13.8 838 721 41.318 3% 60.72463768

7 14.5 814 687 42.375 3% 56.13793103

8 13.6 840 726 41.164 1% 61.76470588

9 13.3 846 735 40.872 2% 63.60902256

10 14.2 823 693 42.173 0% 57.95774648


(2)

Tabel 14 Pengiriman data 20MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter (ms)

packet loss (%)

throughput (KBps)

1 14.5 814 687 49.621 0% 56.13793103

2 14 830 710 49.758 2% 59.28571429

3 15.2 792 668 50.351 4% 52.10526316

4 14.7 810 683 49.974 3% 55.10204082

5 14.1 827 694 49.923 1% 58.65248227

6 15 797 674 50.293 2% 53.13333333

7 15.7 781 653 51.862 2% 49.74522293

8 14.3 819 689 49.287 3% 57.27272727

9 14.9 804 679 50.136 2% 53.95973154

10 15.4 788 660 51.374 3% 51.16883117


(3)

berjarak 15 meter

Tabel 15 Pengiriman data 1MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter(ms) packet loss (%)

throughput (KBps)

1 21 693 589 82.827 3% 33

2 21.7 667 563 84.439 4% 30.73732719

3 22.4 650 545 86.265 7% 29.01785714

4 21.1 688 582 82.982 0% 32.60663507

5 22.2 653 549 85.729 5% 29.41441441

6 21.5 671 568 84.126 3% 31.20930233

7 21.8 660 557 84.984 1% 30.27522936

8 21.2 684 579 83.195 4% 32.26415094

9 22.1 658 552 85.392 6% 29.77375566

10 21.4 679 574 83.513 2% 31.72897196

Rata-rata 21.64 670.3 565.8 84.3452 4% 31.00276441

Tabel 16 Pengiriman data 10MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter

(ms) packet loss (%)

throughput (KBps)

1 22.4 650 545 89.851 0% 29.01785714

2 23 635 528 91.532 6% 27.60869565

3 22.9 638 531 91.284 7% 27.86026201

4 22.2 653 549 89.428 4% 29.41441441

5 22.7 644 538 90.857 5% 28.37004405

6 23.4 627 519 92.143 8% 26.79487179

7 22.6 646 540 90.249 2% 28.5840708

8 23.2 633 524 91.836 8% 27.28448276

9 23.5 625 516 92.475 9% 26.59574468

10 22.8 641 535 91.135 6% 28.11403509


(4)

Tabel 17 Pengiriman data 20MB dengan jarak 15meter

Uji

Interval

(ms) Transfer(KB) Bandwith(KB) Jitter

(ms) packet loss (%)

throughput (KBps)

1 23.7 623 512 94.097 3% 26.28691983

2 23.5 625 516 93.951 4% 26.59574468

3 24.1 611 497 94.794 7% 25.3526971

4 25 591 436 96.823 11% 23.64

5 23.9 618 507 94.372 3% 25.85774059

6 24.4 602 489 95.203 12% 24.67213115

7 24.9 594 476 96.425 10% 23.85542169

8 24 615 503 94.538 0% 25.625

9 24.6 597 481 95.619 9% 24.26829268

10 24.2 608 494 94.956 6% 25.12396694


(5)

vii

Di jaman modern ini, perkembangan dunia Internet semakin berkembang

dengan pesat, tidak hanya

browsing, chatting

, dan lain sebagainya. Kegiatan

kegiatan tersebut terkait suatu aplikasi yang berhubungan dengan proses pengiriman

paket data dalam jaringan internet. Proses pencarian rute untuk pengiriman data dari

sumber ke tujuan disebut dengan

routing

. Dalam proses

routing

, data dikirimkan dari

node

sumber ke

node

node

lain hingga mencapai

node

tujuan

Mobile Ad hoc Network

(MANET) atau jaringan

ad hoc

bisa terbentuk dari

sekumpulan

node

yang menggunakan antarmuka nirkabel (

wireless interface

) untuk

melakukan komunikasi antara satu

node

dengan

node

yang lainnya

Ad hoc On-demand Distance Vector

(AODV) adalah salah satu protokol

routing

yang paling banyak diteliti pada lingkungan

ad hoc

. Ada pun penelitian yang

sudah dilakukan yaitu oleh Bjorn Wiberg dan Erik Nordstrom dari Uppsala

University, Swedia, pada akhir tahun 2002 telah berhasil mengembangkan protokol

routing

berbasis AODV dan diberi nama AODV-UU

Pada tugas akhir ini, uji unjuk kerja protokol AODV-UU pada MANET akan

dilakukan di lingkungan sesungguhnya dengan menggunakan 3 buah laptop. Dalam

proses

routing

, jaringan tersebut menggunakan metode AODV-UU

(

Ad-hoc On

demand Distance Vector Uppsala University

). QoS (

Quality of Service

) tersebut

meliputi

throughput, delay dan packet loss dan jitter.

Dari aspek

aspek tersebut

akan dianalisa kekurangan dan kelebihan dari metode routing AODV-UU.


(6)

viii

ABSTRACT

In modern times, development of the Internet world is growing by leaps and

bounds, not just

browsing

,

chatting

, and so forth. Activities related to an application

related to the process of sending data packets in Internet. The search process for the

delivery of data from source to destination is called

routing

. In the

routing

process,

the data is sent from the source

node

to

node

- another

node

until it reaches the

destination node.

Mobile Ad hoc Network

(MANET) or

ad

hoc

network can be formed from a

set of

nodes

that use a wireless interface (

wireless

interface

) for communication

between a

node

with other

nodes

Ad hoc On-demand Distance Vector

(AODV)

routing

protocol is one of the

most widely studied on an

ad hoc

environment. There is also research that has been

done is by Bjorn Wiberg and Erik Nordstrom from Uppsala University, Sweden, in

late 2002 has been successfully developed based

routing

protocol named AODV.

In this thesis, performance test protocol on MANET AODV-UU will be

conducted in the real environment by using 3 laptops. In the

routing

process, the

network using AODV-UU (

Ad-hoc On demand Distance Vector Uppsala University

).

QoS (

Quality of Service

) include

throughput, delay, package loss and jitter

. The

aspects that will be analyzed are the advantages and disadvantages of AODV-UU

routing

methods.