Penetapan surat keputusan PPAT berdasarkan formasi PPAT

a. Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota. b. Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka wilayah jabatan seorang notaris mempunyai kewenangan untuk membuat akta sampai wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Menurut Pasal 19 ayat 1 UUJN “Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya”, artinya dengan hanya mempunyai satu kantor, berarti notaris dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan atau bentuk lainnya. Dan menurut Pasal 19 ayat 2 UUJN disebutkan “Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya”. Dalam Pasal ini menjelaskan bahwa akta notaris sedapat-dapatnya dilangsungkan di kantor notaris kecuali pembuatan akta-akta tertentu, misalnya : akta wasiat, berita acara penarikan undian, akta protes tidak mau membayar atau akta-akta yang dihadiri oleh banyak pihak. Yang dimaksud dengan “secara teratur menjalankan jabatannya di luar tempat kedudukannya” adalah kegiatan pembuatan akta yang dilakukan dalam rentang waktu sebagian besar dilakukan di luar kota.

2. Penetapan surat keputusan PPAT berdasarkan formasi PPAT

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 7 Peraturan Jabatan PPAT maka yang dimaksud dengan formasi jabatan PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang diperbolehkan dalam satu satuan daerah kerja. Pengangkatan PPAT dilakukan oleh Menteri di bidang agrariapertanahan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Penetapan Formasi PPAT, untuk suatu daerah kerja tertentu guna melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu. 21 Dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 selanjutnya disingkat Peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2006 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Jabatan PPAT, pada pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa formasi PPAT dengan mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut: a. jumlah kecamatan di daerah yang bersangkutan; b. tingkat perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun; c. tingkat perkembangan ekonomi daerah yang bersangkutan; d. jumlah permohonan untuk dapat diangkat sebagai PPAT di daerah KabupatenKota yang bersangkutan; e. jumlah PPAT yang sudah ada pada setiap daerah KabupatenKota yang bersangkutan; f. lain-lain faktor yang dianggap penting oleh Kepala BPN. Berdasarkan ke 6 enam faktor penentuan dalam penempatan formasi PPAT untuk yang angka 6 yakni lain-lain faktor yang dianggap 21 Ibid, h.253 penting oleh Kepala BPN tergantung pada kondisi atau daerah baru yang mana oleh BPN dianggap perlu untuk diangkat PPAT. Jadi semua tergantung kebijaksanaan kepala BPN. Formasi PPAT ditetapkan secara periodik dan ditinjau kembali apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor penentu tersebut. Ketentuan Pasal 9 Peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2006 menyebutkan: a. formasi atau kebutuhan dan penunjukkan PPAT Sementara ditetapkan oleh Kepala Badan dengan mempertimbangkan faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1; b. dalam hal di daerah kabupatenkota yang telah ditetapkan oleh kepala BPN sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 PPATnya telah terpenuhi, maka terhadap Camat yang baru dilantik tidak lagi ditunjuk sebagai PPAT, kecuali jumlah PPAT yang telah ada berkurang dari jumlah formasi yang telah ditetapkan atau formasinya diadakan perubahan; c. formasi PPAT sementara yang telah ditetapkan, dapat ditinjau kembali oleh Kepala BPN apabila terdapat perubahan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 di atas. Berdasarkan ketentuan di atas maka formasi untuk penempatan PPAT penting sekali supaya tidak terjadi persaingan tidak sehat dan dapat ditempatkan seorang PPAT di suatu wilayah berdasarkan kepadatan penduduk dan kesempatan bagi PPAT bekerja dengan tenang. Ketentuan dalam Pasal 11 Peraturan BPN No.1 thn 2006 menyebutkan bahwa: a. PPAT diangkat oleh Kepala BPN; b. untuk dapat diangkat sebagai PPAT, yang bersangkutan harus lulus ujian PPAT yang diselenggarakan oleh BPN Republik Indonesia; c. ujian PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diselenggarakan untuk mengisi formasi PPAT di kabupaten atau kota yang formasi PPATnya belum terpenuhi. Adanya persyaratan dari Pasal 11 ini, maka yang bisa diangkat sebagai PPAT, yaitu telah mendapat pendidikan khusus spesialis notariat atau program pendidikan khusus PPAT yang diadakan oleh lembaga pendidikan tinggi di samping harus pula lulus dari ujian yang diadakan oleh Kantor Menteri Negara AgrariaBPN. Dengan demikian kemungkinan diangkat sebagai PPAT tanpa ujian ataupun yang belum pernah mendapatkan pendidikan khusus tentang PPAT tidak akan mungkin. Jika ada PPAT Sementara Camat atau Kepala Desa maka tentunya pemerintah perlu mengatur dengan suatu Peraturan Menteri atas dispensasi tersebut. Ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan BPN No.1 thn 2006 menyebutkan bahwa: a. sebelum mengikuti ujian PPAT, yang bersangkutan wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan PPAT yang diselenggarakan oleh BPN RI yang penyelenggaraannya dapat bekerja sama dengan organisasi profesi PPAT; b. pendidikan dan pelatihan PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dimaksudkan untuk mendapatkan calon PPAT yang professional dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas jabatannya. c. Materi ujian PPAT terdiri dari: 1 Hukum Pertanahan Nasional 2 Organisasi dan Kelembagaan Pertanahan 3 Pendaftaran Tanah 4 Peraturan Jabatan PPAT 5 Pembuatan Akta PPAT, dan 6 Etika profesi. Berdasarkan ketentuan pasal di atas, maka untuk menjadi seorang PPAT harus melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan oleh peraturan tersebut. Karena ketentuan-ketentuan tersebut merupakan syarat mutlak untuk dapat diangkat menjadi PPAT. Ketentuan dalam Pasal 20 ayat 1 Peraturan Jabatan PPAT menyebutkan bahwa “PPAT harus berkantor di satu kantor dalam daerah kerjanya”. Artinya dengan hanya mempunyai satu kantor, seorang PPAT dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan atau bentuk lainnya.

B. Rangkap Jabatan Notaris dengan PPAT