Penetapan surat keputusan notaris berdasarkan formasi jabatan

23

BAB II AKIBAT HUKUM KANTOR NOTARIS TIDAK JADI SATU WILAYAH

KERJA DENGAN KANTOR PPAT

A. Penetapan Surat Keputusan Penempatan Notaris dan PPAT Berdasarkan Formasi

1. Penetapan surat keputusan notaris berdasarkan formasi jabatan

notaris Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 UUJN maka yang dimaksud dengan formasi jabatan notaris adalah penetuan jumlah notaris yang dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan notaris. Bagi notaris untuk penempatan ditetapkan berdasarkan atas Surat Keputusan selanjutnya disingkat dengan SK Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia tertanggal 3 Agustus 2007 Nomor: M.01.H.T.03.01 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Notaris berdasarkan Formasi Jabatan Notaris. 18 Kemudian diangkat sumpah oleh pejabat terkait, baru seseorang mempunyai wewenang untuk menjalankan jabatannya sebagai notaris. Serta berkewajiban menyampaikan alamat kantor kepada organisasi notaris, MPD dan Bupati atau Walikota di tempat notaris tersebut diangkat. Jadi keberadaan seorang notaris dalam suatu daerah harus jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan legalitas alamatnya. 19 Berdasarkan SK Menteri Kehakiman tersebut maka ditetapkannya formasi untuk jabatan notaris berdasarkan kegiatan dunia usaha, atau 18 Yudha Pandu ed., op.cit., h.55 19 Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, h.77 jumlah penduduk atau rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh danatau di hadapan notaris setiap bulannya. Dan dalam hal tidak terdapat notaris di suatu wilayah kerja notaris dan formasi notaris tidak atau belum terpenuhi, tetapi ada permohonan dari calon notaris atau dari Pemerintah Daerah untuk diangkat seorang notaris di daerah tersebut, maka Menteri Kehakiman dapat mengangkat notaris pada wilayah kerja yang bersangkutan. 20 Pada formasi jabatan notaris yang diperuntukkan bagi daerah-daerah tertentu yaitu bagi DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan, hanya diperuntukkan bagi notaris-notaris pindahan yang memenuhi syarat yang telah ditentukan, untuk pindah ke daerah- daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah Notaris di daerah- daerah tersebut dianggap cukup untuk mengisi formasi penempatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adanya pembatasan seperti tersebut di atas maka para notaris yang baru diangkat dengan sendirinya hanya dapat mengisi formasi di luar daerah-daerah yang telah disebutkan di atas atau tepatnya di wilayah pinggiran kota-kota besar tersebut, dan di kota-kota kecil lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai formasi jabatan notaris sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.01.HT.03.01 Tahun 2007. Sedangkan untuk tempat kedudukan notaris mengacu pada ketentuan Pasal 18 UUJN yang berbunyi sebagai berikut: 20 Yudha Pandu ed., op.cit., h.12 a. Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota. b. Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka wilayah jabatan seorang notaris mempunyai kewenangan untuk membuat akta sampai wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Menurut Pasal 19 ayat 1 UUJN “Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya”, artinya dengan hanya mempunyai satu kantor, berarti notaris dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan atau bentuk lainnya. Dan menurut Pasal 19 ayat 2 UUJN disebutkan “Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya”. Dalam Pasal ini menjelaskan bahwa akta notaris sedapat-dapatnya dilangsungkan di kantor notaris kecuali pembuatan akta-akta tertentu, misalnya : akta wasiat, berita acara penarikan undian, akta protes tidak mau membayar atau akta-akta yang dihadiri oleh banyak pihak. Yang dimaksud dengan “secara teratur menjalankan jabatannya di luar tempat kedudukannya” adalah kegiatan pembuatan akta yang dilakukan dalam rentang waktu sebagian besar dilakukan di luar kota.

2. Penetapan surat keputusan PPAT berdasarkan formasi PPAT