C. Akibat Hukum dari Kantor Notaris yang Tidak Jadi Satu Wilayah
Kerja dengan PPAT
Wilayah jabatan notaris adalah daerah kerja notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Notaris hanya bisa menjalankan tugas dan
jabatannya di daerah hukum yang telah ditentukan kepadanya dan hanya di daerah itulah notaris berwenang untuk memberikan pelayanan hukum pada
masyarakat khususnya dalam pembuatan akta otentik. Setiap notaris harus ditentukan wilayah jabatannya, hal ini bertujuan supaya Notaris terjamin
dalam melaksanakan pelayanan jabatannya di lingkungan yang telah ditetapkan dan juga agar para masyarakat yang membutuhkan pelayanan
notaris dapat lebih mudah untuk menjumpai notaris yang mereka inginkan baik pada waktu siang maupun pada waktu malam hari, dan disamping itu
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan para notaris.
28
Pasal 17 butir a UUJN, notaris dilarang menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya. Apabila notaris membuat akta diluar daerah jabatannya,
maka akta tersebut hanya berlaku sebagai akta di bawah tangan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1869 KUHPerdata, yaitu:
“Suatu akta yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai termaksud di atas, atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak dapat
diperlakukan sebagai akta otentik, namun demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan jika ia ditandatangani oleh kedua belah
pihak.”
28
T. Muzakkar, “Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Setelah Keluarnya UU. No.30 Tahun 2004”, Tesis,
Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan, 2008, h.31
Pasal tersebut, jelas bahwa suatu surat untuk dapat disebut akta, harus ditandatangani dan jika tidak ditandatangani oleh yang membuatnya, maka
surat itu adalah surat bukan akta. Dengan demikian, jelas bahwa tulisan- tulisan yang tidak ditandatangani kendatipun diperuntukkan untuk
pembuktian, seperti karcis kereta api, dan lain-lain tidak dapat disebut akta. Tujuan dari keharusan ditandatangani surat untuk dapat disebut akta adalah
untuk memberi ciri atau untuk mengindividualisasi sebuah akta, sebab tandatangan dari setiap orang mempunyai ciri tersendiri yang tidak mungkin
sama dengan tandatangan orang lain. Sedangkan akibat hukum apabila kantor notaris tidak jadi satu dengan
kantor PPAT, hal ini dimungkinkan. Akan tetapi apabila notaris sering meninggalkan tempat kedudukannya yang jelas akan terkena ketentuan Pasal
17 huruf b yaitu: “Notaris dilarang meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7tujuh hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah”. Hal ini
bertujuan agar masyarakat mendapat pelayanan dari kantor notaris dalam kaitannya untuk pembuatan akta.
Selain itu notaris yang bersangkutan akan dikenakan sanksi kedisiplinan dari Ikatan Notaris Indonesia I.N.I karena dianggap melakukan
larangan dalam Kode Etik Notaris yang mempunyai kantor perwakilan atau kantor cabang. Seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 4 angka 1 Kode
Etik Notaris yang berbunyi, “dilarang mempunyai lebih dari 1 satu kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan”
Jika seorang notaris mempunyai kantor lebih dari 1 satu atau kantor Notaris tidak jadi satu wilayah kerja dengan kantor PPAT maka hal ini dapat
dikatakan sebagai pelanggaran yang dilakukan oleh PPAT ataupun notaris tersebut. Wilayah jabatan notaris mengikuti wilayah kerja PPAT. Sebagai
ilustrasi dapat dijelaskan apabila ada seorang notaris mempunyai kantor notaris di kota Gresik, sedangkan kantor PPAT-nya berada di kota
Lamongan. Maka hal ini dianggap sebagai kantor cabang atau kantor perwakilan dari kantor notaris yang ada di Lamongan. Karena wilayah
jabatan notaris melingkupi wilayah propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Sedangkan wilayah kerja PPAT hanya melingkupi
wilayah kabupaten saja. Dalam kasus di atas dimana kantor Notaris yang ada di kota Gresik masih berada dalam satu wilayah jabatan dengan daerah kerja
kantor PPAT yang ada di kota Lamongan yaitu propinsi Jawa Timur. Keterkaitan antara tempat kedudukan notaris dengan wilayah jabatan notaris
dapat diartikan bahwa notaris mempunyai wilayah kerja satu propinsi dari tempat kedudukannya, artinya, notaris dapat saja membuat akta di luar
tempat kedudukannya selama masih berada pada propinsi yang sama. Tetapi notaris juga dapat membuat akta dengan datang ke kota atau kabupaten lain
dalam provinsi yang sama. Tetapi apabila dilihat dari segi Kode Etik Notaris Pasal 3 angka 8 yang berbunyi “Menetapkan satu kantor di tempat
kedudukan dan kantor tesebut merupakan satu-satunya kantor bagi notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari”, jelas
bahwa notaris tersebut telah melanggar Kode Etik Notaris yang dikeluarkan
oleh Ikatan Notaris Indonesia INI. Disamping itu, apabila kantor notaris menjadi satu dengan wilayah kerja kantor PPAT maka masyarakat lebih
mudah untuk menjumpai notaris atau PPAT tersebut sesuai dengan waktu yang diinginkan dalam rangka untuk pembuatan akta.
38
BAB III KENDALA-KENDALA DALAM MENJALANKAN RANGKAP JABATAN
NOTARIS YANG TIDAK JADI SATU WILAYAH KERJA DENGAN KANTOR PPAT
A. Tinjauan Umum Tentang Wilayah Kerja Notaris dan PPAT
1. Wilayah jabatan Notaris menurut UUJN
Daerah jabatan notaris adalah daerah kerja notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Notaris hanya bisa menjalankan tugas dan
jabatannya di daerah hukum yang telah ditentukan kepadanya dan hanya di daerah itulah notaris berwenang untuk memberikan pelayanan hukum pada
masyarakat khususnya dalam pembuatan akta otentik. Wilayah jabatan notaris menurut Pasal 18 ayat 2 UUJN notaris
mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Keterkaitan antara tempat kedudukan notaris dengan
wilayah jabatan notaris dapat diartikan bahwa notaris mempunyai wilayah kerja satu propinsi dari tempat kedudukannya, artinya notaris dapat saja
membuat akta di luar tempat kedudukannya selama sepanjang masih berada pada propinsi yang sama.
2. Wilayah Kerja PPAT menurut Peraturan Jabatan PPAT
Berdasarkan Peraturan Jabatan PPAT maka, dapat dijelaskan bahwa wilayah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan
Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota Daerah Tingkat II. Sedangkan untuk wilayah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus
meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang menjadi dasar