Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sma Negeri 17 Medan Tahun 2013

(1)

PENGARUH KEGIATAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) TERHADAP TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DI SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN 2013

125102092

MEI NOVALINA HASTUTI DAMANIK

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


(2)

(3)

(4)

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja

di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 Abstrak

Mei Novalina Hastuti Damanik

Latar Belakang : Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sumber kesehatan reproduksi.

Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, pengambilan sampel dalam metode ini adalah simple acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan. Analisa data digunakan dengan uji Chi Square.

Hasil : uji statistik diperoleh nilai ada pengaruh yang signifikan pada kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja (nilai p= 0.032).

Kesimpulan dan saran : dari penelitian ini diketahui bahwa kegiatan komunikasi infomasi dan edukasi penting dalam meningkatkan kegiatan kesehatan reproduksinya. Saran pentingnya mendapatkan kegiatan KIE yang banyak serta melakukan tindakan kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksinya.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “ pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di sma negeri 17 medan tahun 2013“. Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menemukan banyak sekali hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Sumatera

Utara.

2. Erniyati, Skp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, Skp. MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas


(6)

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, Skp. MNS selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

6. Salbiah, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

7. Soagahon Simanungkalit S.H. Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Medan

beserta Staff Pengajar

8. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes Selaku dosen yang telah menguji data

Reliabel

9. Seluruh staf dosen pengajar dan pegawai program D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

10.Kedua Orangtua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan moril

dan materi serta doa yang tiada hentinya sehingga membuat semangat penulis terus terpacu dalam membuat karya tulis ilmiah ini.

11.Teman-teman saya sesama mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yang selalu

memberikan dukungan dan semangat pada saat penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 4 Juli 2013

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..… iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR SKEMA………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang………. 14

B.Perumusan Masalah………. 20

C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum………. . 20

2.Tujuan Khusus ……….. 20

D.Manfaat Penelitian 1.Bagi Ilmu Kebidanan ………. . 20

2.Bagi SMA Negeri 17 Medan……….. 20

3.Bagi Responden ………. 21

4.Bagi Peneliti……… 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja 1. Remaja………... 22

2. Tahapan Masa Remaja………... 23


(9)

3. Karakteristik

Remaja………..……. 24

B. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja……… 25

2. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita ……… 26

3. Hak-Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduksinya ………. 27

C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Komunikasi………. 29

2. Informasi………. 29

3. Edukasi……… 29

D. Konsep Perilaku 1. Pengetahuan ……….. 31

2. Sikap ……….. 31

3. Tindakan ……….... 34

E. Aspek dalam KIE Kesehatan Reproduksi………..…. 34

F. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi……….... 36

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep ……… 40

B. Hipotesis………... . 40

C. Defenisi Operasional……… 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 42

B. Populasi Dan Sampel………... 42

C. Tempat Penelitian ……….... 43

D. Waktu Penelitian……….. 43


(10)

F. Instrumen Penelitian………. 44

G. Uji Validaitas Dan Relibilitas………... 45

H. Pengumpulan Data……… 46

I. Analisa Data ……… 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden……….. 49

2. Analisa Univariat……… 50

3. Analisa Bivariat……….. 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 60

B. Saran………. 61


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Frekuensi dan persentase identitas remaja di SMA Negeri 17

Medan Tahun

2013……… 50

Tabel 5.2 Frekuensi dan persentase Kegiatan Komunikasi informasi dan

Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun

2013……… 51

Tabel 5.3 Frekuensi dan persentase Kegiatan Komunikasi informasi dan

Edukasi pada Remaja Secara di SMA Negeri 17 Medan Tahun Secara Keseluruhan 2013…………... 52

Tabel 5.4 Frekuensi dan persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi

Pada Remaja Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013…… 53

Tabel 5.5 Frekuensi dan persentase Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Pada Remaja Di Smanegeri 17 Medan Tahun 2013 Secara Keseluruhan ……… 54

Tabel 5.6 Pengaruh Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap

Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 ………... 54


(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan

Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja …. 27


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

4. Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah 5. Lampiran 5 : Master Data Penelitian

6. Lampiran 6 : Hasil Uji Chi Square 7. Lampiran 7 : Uji Conten Validity 8. Lampiran 8 : Hasil Uji Reabilitas

9. Lampiran 9 : Surat Ijin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 10.Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara 11.Lampiran 11 : Balas Surat Ijin Penelitian dari SMA Negeri 17 Medan


(14)

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja

di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 Abstrak

Mei Novalina Hastuti Damanik

Latar Belakang : Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sumber kesehatan reproduksi.

Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, pengambilan sampel dalam metode ini adalah simple acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan. Analisa data digunakan dengan uji Chi Square.

Hasil : uji statistik diperoleh nilai ada pengaruh yang signifikan pada kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja (nilai p= 0.032).

Kesimpulan dan saran : dari penelitian ini diketahui bahwa kegiatan komunikasi infomasi dan edukasi penting dalam meningkatkan kegiatan kesehatan reproduksinya. Saran pentingnya mendapatkan kegiatan KIE yang banyak serta melakukan tindakan kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksinya.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Implikasi defenisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi keinginanya tanpa ada hambatan apapun, kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Tidak terkecuali kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting dalam Milenium Development Goals (MDGs). Selain itu, dewasa ini kesehatan reproduksi juga mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut kedalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak- hak reproduski. Sejak saat itu, masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk konseling (Imron, 2012 :21).


(16)

Jumlah remaja di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 mencapai 42 juta jiwa atau 19,34% dari seluruh penduduk Indonesia. Masa remaja adaah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadi kematangan seksual, yaitu antara usia 11 sampai 12 tahun sampai 20 tahun. Pada masa remaja, individu mengalami perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial. Remaja memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu yang besar, gemar terhadap tantangan dan selalu ingin mencoba hal hal yang baru, cenderung berkelompok, masih mencari jati diri, mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya, serta cenderung melakukan tindakan tanpa pemikiran yang matang sehingga permasalahan-permasalahan yang dialami remaja juga khas (Hurlock, 1995:10 dalam Imron, 20012 : 21).

Menurut penelitian Sunarti, Winarni dan Anam (2009) proyeksi penduduk yang dilakukan BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 116, 11 juta orang menurun dibanding tahun 2000 yaitu 206,6 juta. Penduduk remaja usia 15 -24 tahun pada tahun 2010 diperkirakan 36,8 % atau 42,69 juta orang yang terdiri dari remaja perempuan 21,0 juta dan remaja laki-laki 21,69 juta orang. Persentase penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2010, diperkirakan meningkat lebih tajam dibandingkan jumlah pada tahun 2010 (Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009 50-57).

Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64 % dari jumlah penduduk Indonesia (proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2025). Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan mengkhwatirkan.


(17)

Hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya tindakan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5%. Ramaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 48,6% dan 46,5% (SKRRI 2002-2003 dalam Muadz dkk, 2008).

Survey dari BKKBN (2004) masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Perubahan fisik dan mulai berfungsinya organ reproduksi remaja kurang memiliki tindakan yang baik tentang kesehatan reproduksi. fenomena hubungan seksual (HUS) pada saat Pranikah. Remaja pada usia 13-15 tahun di kota besar, seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, sebanyak 21-30% telah melakukan hubungan seks pra nikah (BKKBN,2008a: 5). Permasalahan lain yang muncul adalah kekerasan seksual terutama pada masa pacaran (KDP) Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, Infeksi Menular Seksual (IMS), sampai terjangkitnya HIV/AIDS. Permasalah tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Minimnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi juga tergambar dari survey remaja yang dilakukan Biro Pusat Statistik tahun


(18)

2002/2003, yaitu hampir sekitar 50 % remaja yang mengerti dengan benar tentang HIV/AIDS Dan penyakit Infeksi Menular Seksual. Padahal, objek survey BPS tersebut digunakan hampir 100% mereka yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Survey yang dilakukan DKT Indonesia menunjukan bahwa 81% dari 487 responden menyatakan lebih nyaman mendiskusikan masalah seksualitas dengan teman, 25% merasa nyaman membahas dengan pacar, dan hanya 8% yang merasa nyaman membicarakan masalah seksualitas dengan orangtua (BKKBN,2008b:4 dalam Imron, 2012 :24).

Dari penelitian Sunarti, Winarni dan Anam dkk (2009) yang dilakukan di SMP N 1 Blitar, diketahui 36,2% (28 responden) sangat butuh, 36,2% (28 responden) butuh, 24,8% (26 responden) tidak butuh, dan 2,9%(3 responden) sangat tidak butuh terhadap pelayanan komunikasi informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja (Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009 50-57).

Menurut Khotai (2003) meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudah membuka situs-situs lewat internet. Namun ironisnya sangat sedikit remaja memperoleh pendidikan yang berkaitan dengan seksual dan kesehatan reproduksi dari guru ataupun orang tua, sehingga tidak salah remaja melangkah sampai tahap percobaan. Pengaruh informasi global (paparan media audiovisual) yang semakin mudah diakses justru memancing remaja untuk


(19)

meniru kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat yaitu berbagai macam perilaku seksual seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau pra nikah.

Penyimpangan terhadap perilaku seksual menurut Imron (2012), selain dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi juga sebagai akibat pengaruh media massa dan internet yang menyediakan informasi yang kurang tepat dan salah. Keluarga sekolah atau pesantren kurang membekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang sebanding sehingga remaja tidak mampu membuat keputusan yang tidak tepat. Akibatnya rasa ingin tau yang kuat membuat remaja semakin terjebak kedalam permasalahan seksualitas. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana caranya menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Saat ini di Indonesia menurut BKKBN Pusat terdapat tidak kurang dari 31.622 kelompok BKR, 949 buah PIK, dan 16.795 KKPR. Ini belum termasuk kelompok remaja yang perduli terhadap kesehatan reproduksinya yang berjumlah 8.597 kelompok. Kelompok-kelompok ini perlu diberdayakan agar lebih efektif dan efesien dalam melakukan KIE terhadap remaja sasaran agar hasilnya lebih optimal.

Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi remaja masih rendah. Selayaknya para remaja memperoleh informasi lain tentang : pengenalan alat, system, fungsi dan proses reproduksi, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan penyakit menular seksual (PMS) dan


(20)

HIV/AIDS. Pengaruh lingkungan seksual dan media terhadap perilaku remaja, pelecehan seksual dan pornografi, kesetaraan dan keadilan gender, dan tanggung jawab remaja terhadap keluarga. Bimbingan dan pengawasan perlu diberikan selama siswa melaksanakan pembelajaran kesehatan reproduksi remaja agar siswa termotivasi untuk mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, sehingga siswa memperoleh informasi kesehatan informasi yang benar dan tepat (Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta,2010).

Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 17 Medan, diperoleh keterangan dari guru bahwa para siswa telah mendapatkan kegiatan KIE kesehatan reproduksi dari acara bakti sosial, kegiatan keagamaan dan pelajaran Biolohi yang secara umum membahas tentang system reproduksi. Mulai saat MOS (Masa Orientasi Siswa) mendapatkan penyuluhan dari puskesmas tentang komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Walaupun upaya yang sudah dilakukan sudah optimal tetapi program penyuluhan ini belum berhasil apabila dibandingkan dengan target yang diinginkan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti menganggap bahwa penelitian ini penting dilakukan untuk melihat pengaruh kegiatan komunikasi, informasi dan komunikasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan 2013.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kegiatan komunikasi informasi dan edukasi remaja b. Menganalisis tindakan kesehatan reproduksi remaja

c. Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi

terhadap kegiatan kesehatan reproduksi remaja. D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Ilmu Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan toeri kesehatan reproduksi, pendidikan dalam kebidanan terutama tentang pentingnya perawatan kesehatan reproduksi remaja.

b. Bagi SMA Negeri 17 Medan

Sebagai masukan dalam memberikan materi dan informasi yang berguna serta bermanfaat terutama tentang kesehatan reproduksi remaja.


(22)

c. Bagi Responden

Sebagai penambahan ilmu mengenai pentingnya mempelajari kesehatan reproduksi remaja dan permasalahanya dalam langkah mencegah terjadinya berbagai macam kesalahpahaman.

d. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan DIV Bidan Pendidik serta meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan pengalaman peneliti mengenai pengaruh komunikasi, informasi dan komunikasi kesehatan reproduksi remaja.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Remaja 1. Remaja

Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Service Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran,2012 : 4).

Menurut Imron (2012) Masa remaja sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial ekonomi terjadi. Secara fisik,terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual dan reproduksi. Proses


(24)

perubahan mental dan identitas usia dewasa berkembang pada masa remaja. Secara ekonomis, masa ini adalah masa transisi dari ketergantungan sosial-ekonomi secara total kearah ketergantungan yang relative lebih rendah. Masa ini juga merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan, ketika keputusan-keputusan penting diambil dan persiapan dilakukan sehubungan dengan karier dan peranan dalam kehidupan (Raymundo,dkk., 1999:37). James-Traore (2001:12) menggunakan kategori usia untuk membedakan remaja menurut perkembangan fisik mereka, seperti masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-19tahun), dan dewasa muda (20-24 tahun). Sedangkan, Depkes RI (2001 : 50) mendefenisikan remaja hanya meliputi penduduk berusia 10-19 tahun dan belum kawin.

2. Tahapan Masa Remaja

Menurut Widyastuti (2009), ciri perkembangan masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain :

1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

2. Tampak dan merasa ingin bebas

3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2. Adanya keinginan untuk kencan atau ketertarikan kepada lawan jenis.


(25)

4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang 5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), dengan cirri khas antara lain :

1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

2. Lebih selektif dalam mengencani teman sebaya

3. Mempunyai citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

4. Dapat mewujudkan perasaan cinta

5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

3. Karakteristik Remaja

Menurut, Jaringan Epidemiologi Nasional (2011) berdasarkan ciri-ciri perkembanganya, maka secara umum remaja memiliki karakter dan kebutuhan :

1. Rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin tahu ini bisa jadi

membahayakan, karena :

Sering kali melibatkan beberapa hal yang vital dan mendasar seperti : apakah Tuhan itu ada, bagaimana rasanya melakukan HUS (Hubungan Seks).

Seringkali dikaitkan dengan karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan akan kemandirian yang mendorong ke arah tindakan untuk membuktikan rasa ingin tahunya.

2. Rasa ingin tahu yang dan kebutuhan akan kemandirian tersebut

mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi, jika rasa ingin tahu ini tidak dijaga. Dalam batasan tertentu yang tidak dapat


(26)

dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya secara emosional belum siap diterima remaja.

Menurut Schneider, kebutuhan khas yang dimiliki remaja sesuai dengan perkembanganya adalah sebagai berikut : kebutuhan akan identitas diri, kebutuhan individualitas, kebutuhan akan kemandirian. B. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Defenisi kesehatan reproduki menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata mata bebas dari dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi serta prosesnya. Dengan adanya defenisi tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara-cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainya (Hanim, 2011 : 4)

Menurut IPPF (International Plan Parenthood Federation) yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang mencakup kesehatan fisik, mental dan sosial dalam arti kata bahwa kesehatan reproduksi tidak semata mata membahas tentang struktur biologis laki-laki dan perempuan tetapi juga meliputi pengetahuan system dan fungsi reproduksi, penyakit menular seksual, AIDS dan membongkar mitos-mitos seksual (Tim Perkumpulan Keluarga Berencana,2009:46)


(27)

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi oleh karena itu menyatakan bahwa seseorang mampu memiliki kehodupan seks yang memuaskan dan aman bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berproduksi dan bebas untuk memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukanya

(Anonim, 2010 : 5).

2. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita

Mengetahui kondisi normal organ sangat penting, dari situ kita bisa mendeteksi secara dini kalau hal-hal yang tidak wajar dan mencurigakan. Yang dibutuhkan adalah secara rutin membasuh bagian diatas vulva dengan hati-hati menggunakan air hangat dan sabun lembut. Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia dan penggunaan deodorant dan parfum akan merusak keseimbangan yang ada sehingga memungkinkan terjadinya infeksi (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).

Pada saat menstruasi biasanya perempuan menggunakan pembalut wanita. Penting diperhatikan bahwa pembalut itu harus berbahan lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang mengandung alergi, dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut perlu diganti 4 hari sampai 5 kali sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut wanita, juga agar pembalut tersebut tidak masuk ke dalam vagina. Pakaian dalam sebaiknya memilih dan


(28)

mengenakan pakaian dalam terbuat dari katun, karena bahan ini menyerap keringat sehingga tidak membuat daerah kelamin kepanasan dan lembab. Hindari pemakaian celana dalam yang ketat. Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang ada disitu. Tanda dan gejala paling umum adalah munculnya cairan berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).

3. Hak-Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduki

Menurut Aisyaroi (2010), Remaja juga memiliki hak-hak mendasar terkait, kesehatan reproduksi. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :

a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali

remaja, untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.

b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal

ini adalah, perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.

c. Hak atas kerahasian pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.

d. Hak atas informasi pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan

kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.


(29)

e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan seksual.

f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk

mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan Negara.

g. Hak terbebas penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecahan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.

h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.

i. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini

berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.

j. Hak untuk kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur

kehidupan seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorangpun dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-KB dan sterilisasi.


(30)

C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi dalam Kesehatan Reproduksi Remaja.

a. Komunikasi

Menurut Notoatmodjo (2003), Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat.

Komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirimkan pesan kepada orang lain. Pengiriman pesan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan “kata” atau “bahasa”. Agar proses komunikasi dapat berlangsung, diperlukan adanya beberapa unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah : komunikator, pesan,penerima, dan umpan balik. Pada dasarnya setiap orang setiap saat memikirkan, merasakan sesuatu dan ingin berkomunikasi dengan orang lain (Fathonah,2008 : 26)

b. Informasi

Menurut Oktarina (2009) Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan remaja khususnya tentang kesehatan bias di dapat dari beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan (Jurnal Zulaikha, 2010).


(31)

c. Edukasi

Pendidikan menurut Zulaikha (2010) adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemapuan di dalam dan diluar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Pemberian informasi kesehatan reproduksi kepada remaja maupun orangtua dapat dilakukan melalui berbagai media yang tersedia baik mass media berupa media cetak, elektronik maupun “e-file” , berbagai kelompok yang ada di masyarakat maupun di sekolah. Pemberian informasi tersebut ditujukan kepada remaja maupun orangtua. Materi meliputi tiga aspek utama : a) kesehatan reproduksi yaitu seputar seksualitas manusia termasuk reproduksi manusia. b) HIV dan AIDS. c) narkoba. Ketiga unsur utama kesehatan reproduksi remaja tersebut dikemas dan dikaitkan dengan life skill yaitu bagaimana para remaja dapat menghindari hal-hal buruk bagi kondisi kesehatan reproduksi mereka. Dalam proses penyiapan KIE tersebut maka selain diperlukan penyiapan sumber daya manusia dan metode penyampaian juga perlu dikembangkan materi yang berkualitas yang mampu merubah tidak saja aspek pengetahuan namun juga sikap dan perilaku target sasaran (Fathonah,2008).

D. Konsep perilaku

Perilaku adalah bentuk responden atau reaksi terhadap stimuls atau ransangan dari luar organism (orang). Namun dalam memberikan respon


(32)

sangat tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakanusaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan, perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diseleraskan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto, 1999).

Perilaku dibagi dalam 3 ranah, meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembatasan ranah ini dilakukan untuk pembatasan pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotor.

Dalam perkembangan selanjutnya pada akhir pendidikan ada 3 ranah disini diukur dari:

a. Knowledge (pengetahuan).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dari suatu obyek tertentu setelah melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, rasa dan raba, merupakan suatu kebutuhan bagi keluarga apabila diikuti dengan pendidikan. Perubahan perilaku seseorang dapat terjadi melalui proses belajar (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Sarwono (2004), tingkat pengetahuan itu lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif. Tingkat


(33)

pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Notoatmodjo (2006), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu know (tahu),

comprehension (memahami), application (aplikasi), analysis (analisis), synthesis (sintesis) dan evaluation (evaluasi).

b. Attitude (Sikap)

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak, berekspresi sesuai dengan sikap objek. Sikap mempunyai segi motifasi dari segi-segi perasaan, sikap ada bersipat positif ada yang negatif dalam sikap positif tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap negatif cenderung menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam keidupan bermasyarakat (Purwanto, 1999).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak ada langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).

Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat bendi,benci, dsb). Sikap tidak sama denagn perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering


(34)

sekali terjadi bahwa seseorang memperlihatnkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang ada berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. (Notoatmodjo, 2003).

Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valang)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap ada dilakukan secara langsung dengan mengatakan pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).


(35)

c. Practise (tindakan)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas disamping fasilitas juga diperlukan factor pendukung (support) dari pihak lain.

Tingkat-tingkat praktek tindakan :

1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat 2.

3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai tingkat ketiga.

4. Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik, artinya sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

E. Aspek dalam KIE Kesehatan Reproduksi

Menurut Hanim, Santosa dan Affandi (2011), tujuh aspek yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan setiap kegiatan KIE kesehatan reproduksi, yaitu:


(36)

a. Keterpaduan

Kegiatan KIE kesehatan reproduksi dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi, petugas penyelenggara dana, maupun sasaran.

b. Mutu

Materi KIE kesehatan reproduksi haruslah bermutu, artinya selalu didasarkan pada informasi ilmiah terbaru, kebenaranya dapat dipertanggungjawabkan, jujur serta seimbang, sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk menyampaikanya, jelas dan terarah pada kelompok sasaran secara tajam tepat guna dan tepat sasaran.

c. Media dan Jalur

Kegiatan KIE Kesehatan reproduksi dapat di laksanakan melalui berbagai media, dan jalur sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing media dan jalur sesuai dengan kondisi kelompok sasaran dan pesan yang ingin disampaikan.

d. Efektif

Pesan-pesan KIE kesehatan reproduksi harus informasi yang jelas tentang pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan akan mampu dilakukan oleh kelompok sasaran.


(37)

Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap, berulang ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan.

f. Menyenangkan.

Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukan bahwa kegiatan KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang dan terhibur. penyampaian yang kreatif dan inovatif ini dilakukan melalui pendekatan “pendidikan yang menghibur” (edu-tainment), yang

merupakan kombinasi dari edukasi (pendidikan) dan entertainment

(hiburan).

g. Berkesinambungan

Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesa-pesan saja, namun harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.

F. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi.

Menurut Hanim (2011) upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

kesehatan reproduksi memiliki dua tujuan yaitu : (a) penentuan pengetahuan, (b) perubahan perilaku kelompok sasaran/klien tentang semua aspek kesehatan reproduksi. Dengan tercapainya dua tujuan ini, diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan akhir kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ada tiga strategi yang biasa digunakan sebagai dasar melaksanakan kegiatan KIE kesehatan reproduksi, yaitu:


(38)

1. Advokasi

Mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga tujuan KIE kesehatan reproduksi dapat tercapai. kelompok sasaran untuk strategi advokasi ini biasa dikenal dengan istilah “kelompok sasaran tersier”. Bentuk operasional dari strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada pimpinan/institusi tertinggi setempat.

Tujuan advokasi :

a. Meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan.

b. Mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskriminatif dan

hambatan-hambatan kebijakan yang menghalangi upaya-upaya pencegahan dan pengobatan (kesehatan reproduksi remaja)

c. Kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan. Bentuk – Bentuk Advokasi

Networking sebenarnya merupakan membuat dan menjaga kontak dengan individu dan organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan advokasi dan dapat membantu mencapainya.

1. Melalui Media

Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun elektronik, misalnya internet, koran, jurnal, majalah, radio dan televisi.


(39)

2. Melalui Materi Tercetak

Menentukan cara penyampaian pesan pada public sangat tergantung pada beberapa faktor, salah satu yang paling penting adalah sumber daya yang dimiliki, baik dana maupun keahlian.

3. Melalui Internet

Tegnologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara strategis usaha menarik target sasaran secara mutakhir dan organisir. Tetapi penggunaanya lebih efektif bila merupakan komplemen dan suplemen bukan sebagai pengganti cara yang lebih tradisional.

2. Bina Suasana

Membuat lingkungan sekitar bersifat positif terhadap tujuan KIE kesehatan reproduksi yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok sasaran para pimpinan masyarakat atau orang-orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran utama. kelompok sasaran untuk strategi bina suasana ini bias dikenal dengan istilah “kelompok sasaran sekunder”. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-pertemuan dan dapat memanfaatkan metode komunikasi modern dan formal maupun metode sederhana dan informal.

a. Tujuan Bina suasana

1. Untuk mencairkan suasana pelatihan, agar setiap peserta dapat saling


(40)

2. Menghilangkan rasa ketegangan dan sebagai penyegar otak serta fisik disaat individu mulai jemu atau mengalami penurunan kemampuan menyerap kemampuan yang telah diberikan.

3. Gerakan Masyarakat

Membuat pengetahuan kelompok sasaran utama meningkat yang diikuti dengan perubahan perilaku mereka sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Kegiatan ini biasanya bisa didapatkan oleh mahasiswa melalui Usaha Kesehatan di Sekolah atau (UKS), atau melalui program kesehatan melalui Puskesmas. Kelompok sasaran untuk strategi gerakan masyarakat ini umumnya merupakan kelompok sasaran utama dan dikenal dengan istilah “kelompok sasaran primer” yaitu mereka yang berpengetahuan dan perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan kelompok, dan sering memanfaatkan metode komunikasi yang lebih sederhana dan informal. yang akan Semua kegiatan KIE kesehatan reproduksi di Indonesia selalu mengacu pada 5 pelayanan yang tekait dalam kesehatan reproduksi, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS.


(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan yang lainya (Notoatmodjo,2010). Kerangka konsep pada penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja. Konsep kerja penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

B. Hipotesis

Ada pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja wanita.

Tindakan Kesehatan Reproduksi

Remaja Kegiatan

Komunikasi Informasi Dan


(42)

C. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

N o

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1 Independent

KIE

Kegiatan KIE yang didapat di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat tentang kesehatan reproduksi dalam bentuk advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat pada siswi di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

Kuesioner Wawancara -Baik

25-64 -Kurang Baik 16-24 Ordinal

2. Variabel Independen kesehatan reproduksi remaja

tindakan kesehatan

reproduksi mulai dari

personal hygiene, perawatan pada masa menstruasi untuk meningkatkan kesehatan reproduksi pada siswi di SMA Negeri 17 Medan.

Kuesioner Wawancara -Baik

5-8 -Kurang Baik 0-4 Ordinal


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti tersebut (Notoatmodjo,2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 17 Medan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 334 orang (Data Statistik SMA N 17 Medan).

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002) dalam Qomariah jika jumlah sampel dapat diambil 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% dari jumlah populasi. Peneliti dalam penelitian ini berencana akan mengambil 25% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 84 orang. Adapun kriteria yang peneliti tetapkan sebagai kriteria inklusi adalah seluruh remaja wanita kelas X dan XI dengan alasan kelas XII tidak diikutkan berhubung karena persiapan ujian.


(44)

Diperoleh sampel dari kelas XA : 22 remaja, kelas XB : 24 remaja, kelas XI IA : 20 remaja, kelas XI IS : 20 remaja. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Metode Acak Sederhana. Yaitu dengan cara undian berdasarkan ruangan kelas dan dipilih sebanyak 25% dari jumlah populasi keseluruhan siswi yang ada di SMA Negeri 17 Medan. Dengan demikian siswi yang diteliti kemungkinan dapat mewakili seluruh siswi.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013. Lokasi penelitian ini dipilih karena SMA tersebut mempunyai letak yang strategis dan memungkinkanya untuk mendapatkan jumlah responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian Ini sudah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2013.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia sebagai objek penelitian, untuk itu hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sangsi apapun. Tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, dalam hal ini peneliti juga member penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden juga


(45)

harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menadi responden, selain itu ada prinsip etik yang meliputi : informed consent yaitu lembar persetujuan yang diberikan dan ditandatangani oleh responden yang akan diteliti disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. Confidentiality yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, KIE, dan kesehatan reproduksi.

1. Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi

siswa yang meliputi umur, agama. Kuesioner data demografi terdiri dari 2 pertanyaan.

2. Kuesioner komunikasi informasi dan edukasi mengidentifikasi kegiatan

advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Kuesioner kie ini terdiri dari 16 pertanyaan.pembuatan alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala likert yang menggunakan empat alternative jawaban yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering, sering sekali. Pernyataan dengan empat pilihan jawaban tidak pernah bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, sering bernilai 3 dan sering sekali bernilai 4 (Lampiran 3). Maka dikategorikan sebagai berikut:


(46)

Baik : 25 – 64

Kurang Baik : 16 – 24

3. Kuesioner kesehatan reproduksi remaja untuk mengidentifikasi perilaku remaja mengenai personal hygiene, dan menstruasi. Kuesioner perilaku kesehatan reproduksi ini terdiri dari 8 pertanyaan. Penelitian ini

menggunakan skala likert yang menggunakan 2 alternatif yaitu Benar

dan Tidak Benar. Pernyataan dengan 2 pilihan jawaban benar bernilai 2 dan tidak benar bernilai 1. Maka dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 5 – 8

Kurang Baik : 0 – 4

Kuesioner responden hanya memilih satu jawaban diantara beberapa alternatif jawaban yang disediakan dengan membubuhkan tanda check. G. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006). Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas kuesioner menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson . Pengujian validitas Oleh Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes Dosen D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara setelah dilakukan uji Konten Validity instrument komunikasi informasi dan edukasi sudah dinyatakan valid dengan total skor CVI adalah 0,781 (lampiran 7).


(47)

Sedangkan uji Konten Validity pada pada instrument Pengetahuan Kesehatan Reproduksi yaitu 0,875 (lampiran 7).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan instrument tersebut reliabel sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reabilitas dilakukan pada 30 remaja yang mempunyai karakteristik yang sama. Uji reabilitas dilakukan dengan komputerisasi dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Hasil uji reabilitas pada 30 orang remaja diperoleh nilai sebesar 0,880 (lampiran 8) untuk kegiatan KIE. Dan 0,771 (lampiran 8) untuk tindakan kesehatan reproduksi remaja.

H. Pengumpulan Data

1. Peneliti mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian

pada Program D-IV Bidan Pendidik FK USU (Lampiran 9). Dan mengajukan surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Lampiran 10)

2. Peneliti mengirim surat ijin melaksanakan penelitian ke SMU Negeri

17 Medan.

3. Setelah mendapat ijin dari kepala SMU Negeri 17 Medan (Lampiran

11), peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari remaja.

4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan

meminta kesediaanya untuk menjadi subjek penelitiannya (Lampiran 1).


(48)

5. Setelah remaja setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani (Lampiran 2)

6. Peneliti meminta kesediaan remaja untuk mengisi kuesioner yang

berlangsung sekitar 10 menit.

7. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada remaja.

8. Peneliti mengingatkan remaja untuk mengisi kuesioner sesuai yang

dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan yang ada di lembar kuesioner.

9. Peneliti mengambil kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh

remaja pada hari yang sama dan memeriksa apakah kuesioner telah diisi semua, jika ada yang belum diisi, peneliti meminta remaja untuk melengkapinya pada saat itu juga.

10.Semua data terkumpul dianalisa. I. Analisa Data

Setelah semua dat terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama yaitu mengecek nomor remaja dan kelengkapan jumlah kuisioner serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap yang kedua yaitu member kode numerik atau angka tertentu pada kuisioner terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Tahap yang ketiga yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program komputer. Tahap keempat yaitu mengecek kembali data yang telah


(49)

dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, kemudian data tersebut dianalisis dengan system komputerisasi.

Analisa data yag digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.

Analisa univariat merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisa

data dari variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini, analisa univariat ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentase.

Analisa bivariat merupakan analisa statistic yang digunakan untuk oleh peneliti untuk menganalisa ada atau tidaknya pengaruh dan menerangkan keeratan antara dua variabel. Analisa data dilakukan terhadap data yang terkumpul dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Square. Uji alternative Chi Square yang dipakai adalah uji Fisher. Karena jumlah sel dan proporsi tiap sel.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Februari sampai bulan april 2013 di SMA Negeri 17 Medan dengan jumlah responden sebanyak 84 orang.

Untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA N 17 Medan, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi dua puluh empat pernyataan dan pengambilan data dilakukan dengan kuesioner yang tetap berpedoman pada kuesioner yang telah ditulis oleh peneliti.

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden dan pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan.

Hasil penelitian pada tabel 5.1 didapatkan bahwa remaja mempunyai usia antara 14 sampai 17 tahun . Usia remaja yang paling banyak pada umur 16 tahun sebanyak 39 remaja (46,6%), mayoritas remaja beragama Kristen yaitu sebanyak 60 remaja (71,4%).


(51)

Tabel 5.1

Frekuensi dan Persentase Identitas Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

No. Identitas Remaja F %

1. Umur Responden

a. 14 tahun b. 15 tahun c. 16 tahun d. 17 tahun

2 34 39 9

2,4 40,5 46,4 10,7

Jumlah 84 100

2. Agama Responden

a. Islam 24 28,6

b. Kristen 60 71,4

Jumlah 84 100

B. Analisis Univariat

Pada analisa univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun dependen. Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-sub berikut :

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukan remaja yang tidak pernah mendapatkan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi yaitu sebanyak 68 remaja (81,0%) kadang-kadang sebanyak 56 remaja (66,7%) sering sebanyak 24 remaja (28,4%) dan remaja yang sering sekali mendapatkan kegiatan KIE yaitu 2 remaja (2,4%).


(52)

Tabel 5.2.

Frekuensi dan Persentase Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan

Tahun 2013

No Pertanyaan Tidak

pernah

Kadang-kadang

Sering Sering

Sekali Jumlah

F % F % f % F % F %

1. 2 3 4 5 6. 7. 8. 9. 10.

Pernah mengikuti kegiatan-kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) tentang kesehatan reproduksi melalui kegiatan advokasi.

Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui Media

Mendengar dan melihat KIE kesehatan reproduksi melalui Radio, Tv di rumah atau lingkungan lainya. Pernah membaca KIE

kesehatan reproduksi melalui Media Cetak

Membaca kegiatan KIE kesehatan reproduksi melalui majalah kesehatan, serta dari koran.

Membaca kegiatan

kesehatan reproduksi melalui bacaan dari Jurnal-Jurnal Kesehatan.

Pernah membaca program KIE kesehatan reproduksi melalui internet.

Melakukan kegiatan KIE kesehatan reproduksi melalui networking

Melakukan program KIE kesehatan reproduksi melalui kegiatan bina suasana di sekolah atau lingkungan rumah.

Pernah mendapatkan KIE

58 34 11 17 24 34 18 63 49 54 69 40,5 13,1 20,2 28,6 40,5 21,4 75,0 58,3 64,3 25 38 49 56 43 38 56 19 31 28 29.8 45,2 58,3 66,7 51,2 45,2 66,7 22,6 36,9 33,3 1 12 24 10 15 12 10 2 4 2 1.2 14,3 28,6 11,7 17,9 14,3 11,9 2,4 4,8 2,4 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1,2 2,4 0 0 0 0 0 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100


(53)

11 12. 13. 14. 15. 16.

kesehatan reproduksi melalui pelatihan-pelatihan kesehatan di sekolah.

Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui sosialisasi program di

lingkungan rumah. Ada mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui pertemuan-pertemuan di sekolahnya.

Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui kegiatan-kegiatan agama di lingkungan rumahnya. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat di sekolah melalui usaha kesehatan sekolah.

Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat seperti puskesmas. 52 50 42 53 68 52 61,9 59,5 50,0 63,1 81,0 61,9 27 30 39 29 16 31 32,1 35,7 46,4 34,5 19,0 36,9 5 4 3 2 0 1 6,0 4,8 3,6 2,4 0 1,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 84 84 84 84 84 84 100 100 100 100 100 100

Hasil penelitian pada Tabel 5.3 menunjukan frekuensi dan persentase kegiatan komunikasi informasi dan edukasi secara keseluruhan, remaja yang mendapatkan kegiatan KIE yang kurang baik yaitu sebanyak 75 remaja (89,3).

Tabel 5.3

Frekuensi Dan Persentase Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pada Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Secara Keseluruhan

Kegiatan KIE F % Kurang Baik Baik 75 9 89,3 10,7


(54)

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukan mayoritas remaja yang tidak melakukan tindakan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 77 remaja (91,7%). Sedangkan remaja yang melakukan tindakan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 63 remaja (75,0%).

Tabel 5.4.

Frekuensi dan Persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Negeri 17 Medan

Tahun 2013

No Pertanyaan Tidak Ya Jumlah

F % F % F %

1 Melakukan perawatan kesehatan

reproduksi sehari hari meliputi kesehatan alat genital

29 34,5 55 65,5 84 100

2 Setiap hari secara teratur melakukan pembilasan alat genital setelah buang air kecil dan besar.

47 56,0 37 44,0 84 100

3 Melakukan pembilasan alat genital

dari depan ke belakang secara baik

21 25,0 63 75,0 84 100

4 Memakai deodorant dan alat

pembilasan kimia saat membersihkan alat kelamin

77 91,7 7 8,3 84 100

5 Pada saat menstruasi menggunakan

pembalut yang lembut

47 56,0 37 44,0 84 100

6 Mengganti pembalut 4-5 x sehari

secara teratur

42 50,0 42 50,0 84 100

7 Memeriksakan secara rutin kepada

dokter mengenai kesehatan reproduksi

72 85,7 12 14,3 84 100

8 Menggunakan pakaian dalam yang

terbuat dari bahan katun.

23 27,4 61 72,6 84 100

Hasil penelitian pada Tabel 5.5 menunjukan frekuensi dan persentase tindakan kesehatan reproduksi remaja secara keseluruhan, remaja yang melakukan tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik yaitu sebanyak 64 remaja (76,2%).


(55)

Tabel 5.5

Frekuensi dan Persentase Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Secara Keseluruhan

Tindakan Kesehatan Reproduksi F % Kurang Baik Baik 64 20 76,2 23,8

Jumlah 84 100

C. Analisa Bivariat

1. Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Pada tabel 5.6. Analisis Chi Square, terdapat pengaruh dibuktikan dengan nilai pvalue (0,032). Kalau dilihat dari peluangnya 5 kali remaja yang mendapatkan kegiatan KIE akan mendapatkan tindakan kesehatan reproduksi yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan KIE yang didapat remaja 75% remaja yang mendapatkan kegiatan KIE kurang baik , 80% remaja mendapatkan tindakan KIE yang kurang baik.

Tabel 5.6

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja

Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

KIE Tindakan kesehatan reproduksi Total OR Nilai p Kurang Baik Baik

F % F % F % 5 0.032

Kurang Baik

60 80.0 15 20.0 75 100

Baik 4 44.4 5 55.6 9 100


(56)

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian akan membahas hasil analisis-analisis variabel yang diteliti hubungan antara variabel-variabel yang paling mempengaruhi yaitu variabel terikat yaitu pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Pembahasan yang akan dilakukan adalah dengan menganalisa dan membandingkan hasil penelitian dengan tinjauan pustaka dan penelitian lain yang terkait.

1. Karakteristik Responden

Pembahasan mengenai karakteristik responden terdapat 2 variabel yang diteliti yaitu variabel umur dan agama. Dari hasil tinjauan pustaka kedua variabel ini merupakan faktor yang mempengaruhi status kesehatan remaja (Notoatmodjo,2006).

Hasil penelitian mengenai usia remaja menunjukan bahwa frekuensi dan persentase jumlah remaja yang berusia 16 tahun lebih banyak yaitu 46,4% dibandingkan dengan jumlah remaja yang berumur 14 tahun. Masa inilah remaja sedang mengalami masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, berubah dari segi biologis, psikologis dan perubahan dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2006). Menurut Pardede (2002) cit Narendra, dkk (2002) remaja usia 10-14 tahun merupakan masa remaja usia awal, dimana ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik serta pada masa ini remaja sangat terbuka sekali dalam masalah KIE dan tindakan kesehatan reproduksi remaja.

Responden pada penelitian ini adalah remaja wanita, dimana remaja wanita memiliki peluang besar untuk mengetahui hal hal tentang tindakan


(57)

kesehatan reproduksi karena memiliki resiko yang lebih rentan. WF Connel (1992) mengatakan bahwa remaja wanita akan lebih banyak melakukan tindakan KIE tentang kesehatan reproduksi dengan diantaranya yaitu masalah yang menyangkut tentang kegiatan KIE kesehatan reproduksi remaja yang bisa mereka temukan di lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.

2. Kegiatan KIE

Distribusi dan Persentase remaja tentang kegiatan KIE terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja. Dimana dalam penelitian ini ada 4 pengalaman remaja dalam mendapatkan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang mendapatkan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi melalui gerakan masyarakat di sekolah seperti UKS yaitu sebanyak 68 remaja (81,0%) remaja yang kadang-kadang mendapatkan kegiatan KIE melalui media cetak sebanyak 56 remaja (66,7%) melalui radio, TV atau lingkungan lainya adalah 24 remaja (28,4%) dan remaja yang sering sekali membaca kegiatan KIE melalui majalah kesehatan serta koran adalah 2 remaja (2,4%).

dan secara keseluruhan remaja yang mendapat kegiatan KIE yang kurang baik yaitu 75 remaja (89,3%) dan yang baik yaitu 9 remaja (10,7%).

Pernyataan dari hasil penelitian diatas sesuai yang diungkapkan oleh Moeliono (2004), bahwa keadaan KIE remaja dipengaruhi oleh KIE yang mudah remaja dapatkan melalui, bacaan-bacaan, majalah kesehatan, koran,


(58)

Tv, kegiatan keagamaan dilingkungan, baik di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitarnya.

3. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja

Tindakan kesehatan reproduksi remaja disini adalah kegiatan yang dilakukan remaja sehari hari seputar tentang kesehatan reproduksinya. Tindakan yang menerangkan tentang dampak dan masalah yang sering dihadapi oleh remaja akibat dari minimnya tindakan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan cara untuk mencegah agar masalah kesehatan reproduksi remaja. Pada tindakan kesehatan reproduksi remaja diperoleh remaja dengan tindakan yang kurang baik tentang kesehatan reproduksinya yaitu sebanyak 64 remaja (76,2%) sedangkan remaja dengan tindakan kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebanyak 20 remaja (23,8%).

Hasil analisis ini berbeda dengan penelitian kesehatan reproduksi remaja, didapatkan tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2008 sebanyak 22 remaja (5%) mempunyai tindakan yang baik tentang kesehatan reproduksi, dan 18 remaja (48%) mempunyai tindakan yang kurang tentang kesehatan reproduksi. Dari hasil diatas sebagian remaja memiliki tindakan yang kurang baik sehingga pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan tindakan kesehatan reproduksi remaja lebih baik.

Hal ini didukung pula oleh penelitian Virasanti (2003) yang berjudul pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan usia lanjut di rumah di Kelurahan Ngupasan


(59)

wilayah kerja puskesmas Gondomanan Yogyakarta 2003 dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap peningkatan tindakan seseorang.

4. Pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di sma negeri 17 medan tahun 2013.

Berdasarkan analisis data komunikasi informasi dan edukasi yang dinilai dari tindakan kesehatan reproduksi remaja. Didapatkan nilai Or sebesar 5 sehingga Remaja yang bendapatkan kegiatan KIE berpeluang 5 kali untuk tindakan tindakan kesehatan reproduksi yang baik juga. 75 remaja yang mendapatkan KIE dalam kategori yang kurang baik, 80% juga memiliki tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik. Hasil Uji Statistik diperoleh nilai p=0.032 yang berarti ada pengaruh antara kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja.

Adanya pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh darimana seseorang itu mendapatkan kegiatan KIE kesehatan reproduksinya. Penelitian ini menggabungkan antara pengaruh kegiatan komunikasi Informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja dengan dimana siswi mendapatkan kegiatan KIE terhadap tindakan kesehatan reproduksinya.

Menurut Widiastuty (2009), tindakan tentang kesehatan reproduksi remaja sangat penting agar remaja memiliki tindakan yang positif terhadap


(60)

kegiatan KIE tentang tindakan kesehatan reproduksi serta bertanggung jawab.


(61)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan, remaja yang mendapatkan kegiatan KIE kategori

kurang baik yaitu sebanyak 75 remaja (89,3), sedangkan remaja yang mendapatkan kegiatan KIE kategori baik yaitu sebanyak 9 remaja (10,7).

2. Secara keseluruhan, remaja yang melakukan tindakan kesehatan

reproduksi yang kurang baik yaitu sebanyak 64 remaja (76,2%), sedangkan remaja yang melakukan tindakan kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebanyak 20 remaja (23,8%).

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh kegiatan komunikasi

informasi dan edukasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 dengan nilai p sebesar 0,032. Bahwa pengaruh diidentifikasi 5 kali lebih baik tentang kesehatan reproduksi remaja yang mendapatkan KIE baik.

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memiliki beberapa saran, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi ilmu Kebidanan

Bagi ilmu kebidanan agar lebih meningkatkan kesehatan terutama bagi remaja tentang komunikasi informasi dan edukasi terhadap pengetahuan


(62)

remaja tentang kesehatan reproduksi agar tidak jatuh dalam masalah kesehatan reproduksi.

2. Bagi SMA Negeri 17 Medan

Bagi kepala sekolah SMA Negeri 17 Medan agar dapat menambah materi pendidikan kesehatan terutama kesehatan reproduksi selain yang terdapat dikurikulum agar pelajar SMA Negeri 17 Medan tidak jatuh kedalam pengetahuan kesehatan reproduksi yang salah dan kurang baik. Hal ini dilakukan dengan cara bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang dekat bisa seperti puskesmas setempat untuk memberikan penyuluhan kepada siswa, dan juga menyediakan sarana untuk konseling kesehatan. Selain itu juga lebih meningkatkan pemanfaatan UKS dan melatih mahasiswa menjadi pengurus UKS untuk kesehatan.

3. Bagi Responden

Bagi responden di SMA Negeri 17 Medan agar lebih mempelajari lagi tentang kesehatan reproduksi yang baik dan kurang baik dengan harapan dapat membedakan informasi tentang kesehatan reproduksi dari lingkungan luar, baik melalui advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat.

4. Bagi peneliti lain

Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan menambahkan metode pendidikan kesehatan yang lain. Juga kepada peneliti selanjutnya dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda serta dengan cara pengambilan sampel yang lebih tepat dan system random dan


(63)

memperimbangkan waktu sehingga menghasilkan hasil yang maksimal dan mendalam.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan remaja.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, W. 2010. Motovasi Belajar Dan Sumber-Sumber Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smu N 2 Banguntapal Bantul. Yogyakarta.

Arfan, W. dan Wahyuni. (2010). Efektivitas pendidikan kesehatan melalui E-file multimedia KKR dan tatap muka di kelas terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Berita kedokteran masyarakat , vol. 26, No. 3, September 2010.

Anonim. (2010). Buku pedoman lapangan antar lembaga kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.

Arikunto,S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). KIE Kesehatan Reproduksi. Jakarta: rineka cipta

Fathonah, Irawan., Zega.,Juliety.,Nurlaila.,Arsyad., Nona.(2008). Modul pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta : Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi, BKKBN. Gunawan, B.H. 2007. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Merokok Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswa-Siswi SMA Muhamadyah 3 Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. PSIK UMY.

Hanim, Santosa dan Affandi. (2011. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Remaja.Universitas Sebelas Maret : Tim revisi field lab

Fakultas Kedokteran.

Imron, A. (2012). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Djogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Kusmiran. (2010). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Moeliono.L, 2004. Seksualitas Remaja : Belajar dari Remaja Yang tak Terlayani di kota Jakarta. I.M.Hidayana, Seksualitas Teori dan Realitas. Program Gender dan Seksualitas FISIP UI bekerjasama dengan Foth Foundation.

Muadz, S. dan Fathonah (2008). Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan dan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR). Jakarta: Direktorat remaja dan erlindungan hak-hak reproduksi, BKKBN.


(65)

Narendra , M.S.dkk. 2002. Buku ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi : Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto.

Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta. ………..(2006). Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta. Tim Perkumpulan Keluarga Berencana.(2009). Pedoman Layanan Konseling

Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas untuk Mahasiswa Oleh konselor Profesional. Jakarta: JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional ).

Sunarti,Winarni dan Anam. (2009).kebutuhan remaja awal terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi awal. Jurnal kesehatan, volume 7, No. 1 , Mei 2009 : 50-57.

Virasanti, A. D. 2003. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sika[ Keluarga Dalam Perwatan Usia Lanjut Dirumah Di Kelurahan Ngupasan Wilayah Kerja Puskesmas Gondomanan Yogyakarta 2003. Karya Tulis Ilmiah. PSIK UMY. Tidak untuk diublikasikan.

W. F,Connel. 1992. Keluarga Teman Sebaya dan Pendidikan.

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_163.html. Qomariah,N.(2012).Hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat

pada praktek keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit umum pusat haji adam malik medan. Tanggal 11 januari 2013.

Zulaikha, (2010). Hubungan Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putrid terhadap sikap menghadapi pre menstrual syndrome di sma negeri 5 yogyakarta. Universitas 11 maret 2010.


(66)

(67)

(68)

(69)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi

di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Oleh :

Mei Novalina Hastuti Damanik

Saya adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi tindakan kesehatan reproduksi remaja.

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi pleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sangksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanda Tangan :

Tanggal :


(70)

Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Januari 2013


(71)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Tindakan

Kesehatan Reproduksi

Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

No. Responden :

Hari/Tanggal :

I. Kuesioner Data Demografi (KDD) Petunjuk Pengisian :

Siswi diharapkan :

1. Menjawab setiap pertayaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Umur : Tahun

2. Agama :

Islam Hindu


(72)

II. Kuesioner Komunikasi Informasi Dan Edukasi Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√ ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

TP : Tidak Pernah S : Sering

KK : Kadang-Kadang TM : Terus Menerus

NO Pertanyaan TP KK S TM

1. Pernah mengikuti kegiatan-kegiatan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) tentang kesehatan reproduksi melalui kegiatan advokasi.

2. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui Media

3. Mendengar dan melihat KIE kesehatan

reproduksi melalui Radio, Tv di rumah atau lingkungan lainya.

4. Pernah membaca KIE kesehatan reproduksi

melalui Media Cetak.

5. Membaca kegiatan KIE kesehatan reproduksi

melalui majalah kesehatan, serta dari koran

6. Membaca kegiatan KIE kesehatan reproduksi

melalui bacaan dari Jurnal-Jurnal Kesehatan.

7. Pernah membaca program KIE kesehatan


(73)

8. Melakukan kegiatan KIE kesehatan reproduksi melalui networking

9. Melakukan program KIE kesehatan

reproduksi melalui kegiatan bina suasana di sekolah atau lingkungan rumah.

10. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui pelatihan-pelatihan kesehatan di sekolah.

11. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui sosialisasi program di lingkungan rumah.

12. Ada mendapatkan KIE kesehatan reproduksi

melalui pertemuan-pertemuan di sekolahnya.

13. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui kegiatan-kegiatan agama di lingkungan rumahnya.

14. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui gerakan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

15. Pernah mendapatkan KIE kesehatan

reproduksi melalui gerakan masyarakat di sekolah melalui usaha kesehatan sekolah.


(74)

16. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat seperti puskesmas.

III. Kuisioner Pengetahan Kesehatan Reproduksi

No. Pernyataan Tindakan

Ya Tidak

1. Melakukan perawatan kesehatan reproduksi

sehari hari meliputi kesehatan alat genital 2. Setiap hari secara teratur melakukan

pembilasan alat genital setelah buang air kecil dan besar.

3. Melakukan pembilasan alat genital dari depan ke belakang secara baik

4. Memakai deodorant dan alat pembilasan

kimia saat membersihkan alat kelamin

5. Pada saat menstruasi menggunakan

pembalut yang lembut

6. Mengganti pembalut 4-5 x sehari secara

teratur

7. Memeriksakan secara rutin kepada dokter

mengenai kesehatan reproduksi

8 Menggunakan pakaian dalam yang terbuat

dari bahan katun.


(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mei Novalina Hastuti Damanik

Tempat/ Tanggal Lahir : Mariah Dolok, 23 Mei 1990

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Berdikari No 86 pasar 1 Padang Bulan Medan

Riwayat pendidikan :

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 091387 Huta Saing.

Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 2 Pematang Raya.

Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Pematang Raya.


(1)

16. Pernah mendapatkan KIE kesehatan reproduksi melalui gerakan masyarakat seperti puskesmas.

III. Kuisioner Pengetahan Kesehatan Reproduksi

No. Pernyataan Tindakan

Ya Tidak

1. Melakukan perawatan kesehatan reproduksi sehari hari meliputi kesehatan alat genital 2. Setiap hari secara teratur melakukan

pembilasan alat genital setelah buang air kecil dan besar.

3. Melakukan pembilasan alat genital dari depan ke belakang secara baik

4. Memakai deodorant dan alat pembilasan kimia saat membersihkan alat kelamin 5. Pada saat menstruasi menggunakan

pembalut yang lembut

6. Mengganti pembalut 4-5 x sehari secara teratur

7. Memeriksakan secara rutin kepada dokter mengenai kesehatan reproduksi

8 Menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(2)

Lampiran 9

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(4)

Lampiran 10

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

Lampiran 11

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mei Novalina Hastuti Damanik Tempat/ Tanggal Lahir : Mariah Dolok, 23 Mei 1990

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Berdikari No 86 pasar 1 Padang Bulan Medan

Riwayat pendidikan :

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 091387 Huta Saing. Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 2 Pematang Raya. Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Pematang Raya.

Tahun 2008 – 2011 :Akademi Kebidanan ARTA Kabanjahe.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara