Pada tahun 2010 dilakukan penelitian oleh Syarif Emerlia di RSUP H. Adam Malik Medan dengan judul hubungan paritas dengan mioma uteri dimana jumlah
sampel sebanyak 100 orang sebagai kasus dan sebanyak 100 orang lagi dijadikan sebagai kontrol. Ditemukan kasus mioma uteri lebih sering pada usia 36 – 45 tahun
sekitar 43, sedangkan kelompok usia menarche 13 – 15 tahun paling tinggi sekitar 57.
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan, bahwa penderita mioma uteri mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 penderita mioma uteri di
RSUP H. Adam Malik Medan sekitar 110 orang dan pada tahun 2012 penderita mioma uteri sekitar 168 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan usia menarche dan siklus menstruasi dengan kejadian
mioma uteri”.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan usia menarche dan siklus menstruasi dengan kejadian mioma uteri di RSUP H. Adam
Malik Medan tahun 2012.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia menarche dan siklus menstruasi dengan kejadian mioma uteri.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kejadian mioma uteri di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2012. 2.
Untuk mengetahui distribusi usia menarche pada kelompok kasus maupun kontrol.
3. Untuk mengetahui distribusi siklus menstruasi pada kelompok kasus
maupun kontrol. 4.
Untuk mengetahui hubungan usia menarche dengan kejadian mioma uteri. 5.
Untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dengan kejadian mioma uteri.
D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan
Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan di bidang kebidanan di Rumah Sakit, tentang faktor-faktor penyebab mioma uteri dan cara
penanganannya.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa kebidanan.
3. Bagi Peneliti Kebidanan
Hasil penelitian ini diharakapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MIOMA UTERI 1. Defenisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan mioma uterus dan jaringan yang menumpanginya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid Hanafi Wiknjosastro, 2008.
2. Patogenesis dan Etiologi
Meyer dan de Snoo menunjukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang meberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatik baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesterone atau testosterone. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal.
Menurut Meyer asal mioma uteri adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur Hanafi Wiknjosastro, 2008.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma
terdiri dari reseptor estrogen dengan konsetrasi lebih tinggi dibandingkan dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah di dinding endometrium.
Hormone progesterone meningkatkan mitotik mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesterone memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation aptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matrik ekstraseluler. Dengan adanya stimulasi estrogen
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terjadi proliferasi uterus sehingga menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium sehingga terjadi pertumbuhan mioma uteri
Hadibroto, 2005.
3. Patologi anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1 – 3, sisanya adalah dari korpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai: a.
Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma ini dapat menyebabkan menstruasi yang berat, lama, dan
hebat menyebabkan anemia yang berlangsung terus. Mioma submukosum yang tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks
disebut myomgemburt. b.
Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Jenis ini dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke uterus, sehingga dapat menimbulkan miksi c.
Mioma sebserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum yang tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mima intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamantum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wanderingparasitic fibroid. Apabila mioma dibelah maka
tampak bahwa mioma terdiri dari atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kondepusaran air whole like pattern, dengan pseudocapsule
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini Hanafi Wiknjosastro,2008.
Universitas Sumatera Utara
4. Gejala dan Tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
dikeluhkan tergantung pada tempat sarang mioma ini berada seviks, intramural, submukosum, sub serosum, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut digolongkan sebagai berikut: a.
Perdarahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorargia,
dan dapat juga terjadi metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
1 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium. 2
Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa. 3
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. 4
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miomauteri, sehingga tidak dpat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik Hanafi Wiknjosastro, 2008. b.
Rasa nyeri ` Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan Hanafi Wiknjosastro, 2008
c. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari tempat dan besar mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
reteniso urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
Universitas Sumatera Utara
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan oedema tungkai dan nyeri panggul Hanafi
Wiknjosastro, 2008.
5. Diagnosis
a.
Anamnesis
1
Keluhan utama yang ditemukan:
a Penderita sering mengeluhkan adanya benjolan dan rasa berat pada
perut bagian bawah
b Terdapat gangguan siklus menstruasi berupa menorargia-metrorargia
disertai gumpalan darah, perdarahan yang berkepanjangan dan
dismenorea nyeri haid
2 Keluhan sekunder:
a Penderita mengatakan sering mengalami abortus, persalinan
premature, infertilitas dan keluhan anemia.
3 Jarang ditemukan keluhan komplikasi
Keluhan datang mendadak akibat terjadi torsi mioma bertangkai intra abdominal atau transvaginal.
b.
Pemeriksaan fisik
1
Palpasi abdomen
Teraba tumor pada bagian bawah abdomen, padat atau padat kenyal, dapat
mobile atau terfiksir
2
Pemeriksaan dalam
Teraba uterus membesar, mungkin berbenjol-benjol. Pada inspekulo sonde memastikan besarnya mioma. Jika terjadi perdarahan dilakukan
Universitas Sumatera Utara
mikrokuretase umtuk pemeriksaanpatologi anatomi kemungkinan kombinasi daengan endometrial karsinoma.
c. Pemeriksaan penunjang
1 USG abdominaltransvaginal
Dengan pemeriksaan ini maka terlihat uterus membesar 2
CT Scan untuk konfirmasi lebih jelas Ida ayu, ida bagus gede fajar, ida bagus gede, 2010.
6. Perubahan sekunder
a. Atrofi
Sesudah menopause ataupu sesudah kehamilan mioma uteri akan menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita yang berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian atau
hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabutotot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerh kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seprti agar-
agar, dapat terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan yang menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari
kista ovarium atau suatu kehamilan. d.
Degenerasu membatu calsireous degeneration
Universitas Sumatera Utara
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam dapur pada mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen e.
Degenerasi merah carneous degeneration Perubahan ini biasany terjadi pada kehamilan dan nifas. Pathogenesis:
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelaha dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwana
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. f.
Degenerasi lemak Jarang terjadi, merupakan kelanjutan dari degenerai hialin Hanafi
Wiknjosastro, 2008.
7. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 dari seluruh mioma. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. b.
Torsi putaran tangkai Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi Sehingga menalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut
Hanafi Wiknjosastro, 2008.
8. Penanganan a. Pengobatan operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada
Universitas Sumatera Utara
myoma gemburt denga cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dilakuakn karena ingin punya anak , maka kemungkinan akan terjadi
kehamilan adalah 30 – 50. 1
25 – 35 dari penderita mioma uteri masih memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma serviks uteri. histerktomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. 2
Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk
tindakan opratif dan tidak ada keganasan pada uterus.
b. Pengobatan konservatif
1 Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55 dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan
atau keluhan. Walupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan.
2 Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uteri dengan
GnRH agonist GnRHa. Hal ini didasrkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri dari sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen.
GnRH yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempngaruhi leiomioma.
3 Pemberian GnRHa buseriline acetat selam 16 minggu pada mioma uteri
mengahasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian
Universitas Sumatera Utara
GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengndung reseptor
estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
B. Usia menarche
Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki
masa reproduksi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya usiA menarche
seseorang antara lain yaitu faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Wanita yang mengalami menstruasi pertama kali pada usia 16 tahun atau
disebut amenorea sekunder. Bila hal ini terjadi, perlu dilakukan pemeriksaan medis untuk mengetahui penyebabnya. Biasanya penyebabnya adalah karena tidak terdapat
lubang aliran menstruasi pada selaput dara. Menstruasi pada usi dini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor
internal karena ketidak seimbangan hormone bawaan lahir. Faktor eksternal seprti asupan gizi dan makanan yang dikonsumsi belum memenuhi atau masih kurang
Atikah, 2009
Universitas Sumatera Utara
C. Siklus Mensrtuasi
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari ada pula setiap 21 hari dan 35 hari
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu: a.
Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersama dengan dinding endometrium yang robek. Dapat juga diakibatkan
karena berhentinya sekresi hormone dalam darah menjadi tidak ada. b.
Fase proliferasifasefolikuler ditandai dengan menurunnya hormone progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan
merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de graff yang masak
menghasilkan hormone estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding
endonetrium yang robek. c.
Fase ovulasifase luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang matang akan
meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormone progesterone
yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
d. Fase pasca ovulasifase sekresi ditandai dengan korpus luteumyang mengecil
dan menghilang dan berubah menjadi korpus albikans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesterone sehingga hipofisis aktif
mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
endometrium mongering dan robek. Terjadilah fase perdarahanmenstruasi Atikah, 2009
Lamanya siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari. Lamanya menstruasi antara 3 – 7 hari . Ada juga wanita yang mengalami menstruasi 1 – 2 hari, kemudian
diikuti dengan perdarahan sedikit-sedikit. Sebagian lagi mengalami menstruasi yang lama, yaitu 7 – 10 hari. Jumlah darah haid yang dikeluarkan selama menstruasi
sekitar 35 cc 2 – 3 kali ganti pembalut perhari Atikah, dkk, 2009 Siklus menstruasi terjadi selama masa reproduksi dari masa pubertas hingga
masa reproduksi sebagai reaksi terhadap variasi-variasi gerak hormon.
D. Hubungan Usia Menarche dan Siklus Mentruasi dengan Kejadian Mioma Uteri