RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Jaya , pada tanggal 25 Maret 1992, merupakan putra dari kedua dari ketiga bersaudara
pasangan Ayahanda H. Juari dan Ibunda Hj.Komariah.
Jenjang pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak TK Tanjung Jaya persada selesai tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Jaya Lampung
Tengah selesai pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjung Kedokan selesai pada tahun 2006,Sekolah Menengah Kejuruan 2 mei Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2009.
Pada Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri SNMPTN program pendidikan Strata 1 S1 dan mengambil bagian Hukum Pidana.
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat
menyelesaikan skripsi
yang berjudul:
“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANAPEMILU LEGILATIF DALAM PASAL 309 UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 2012Studi Perkara Nomor: 70Pid.2014PT.Tjk.”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus
kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembimbing Isatu yang telah meluangkan waktu dan sabar membimbing saya dalam
mengerjakan skripsi ini. 3.
Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Selaku pembimbing II dua yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan koreksi yang sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis
4. Bapak A. Irzal Fardiansyah, S.H., M.H. selaku Pembahas I satu yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan koreksi yang sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis.
5. Bapak Deni Ahmad, S.H., M.H. selaku Pembahas II dua dua yang telah
memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini 6.
Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas masukan dan arahanya selama penulis menjalani kuliah.
7. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staf administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung;
8. Keluarga Besar Bagian Hukum Pidana dan Keluarga Besar Fakultas Hukum
2010 terimakasih telah menjadi bagian perjalanan hidupku, besar harapan silaturahmi tak berujung.
9. Bapak Nelson Panjaitan, S.H.,M.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri Tanjung
Karang yang telah bersedia memberikan bantuan, pendapat dan meluangkan waktu.
10. Kedua orang tuaku yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis, Ayahanda Hi. Juari dan Ibunda Hj. Komariah, terimakasih telah menjadi orang tua
terhebat, kalian lah inspirasiku, pengorbanan dan kasih sayang kalian tidak akan aku sia-siakan. Maaf atas kesalahan yang telah aku perbuat tapi
percayalah selalu ada bagian diri ini yang tidak pernah berhenti berjuang untuk membahagiakan kalian. Gelar ini ku persembahkan untuk kalian.
11. Kakak dan Adikku Meri Ariyanti dan Yos Idrison telah memotivasiku dan memberikan canda tawa, kalian adalah kakak dan adik terkeren yang aku
punya. 12. Untuk seseorang yang nantinya akan mejadi pendamping dalam hidup ku
semoga dia orang yang terbaik yang ditujuk oleh alloh swt amin 13. Sahabat-sahabatku Beni Pramiza S.H, Cahaya Rama Putra S.H, , Ardi saputra
panduwinata S.H Lek, Lukman Hakim, Johan Aziz S.H, Gudal, Rizky adhya pratama S.H,Ardi Muhari, Istana Laundry, Artnivora Studio
yang telah memberikan motivasi dan kenangan indah selama menjalani lika-liku
kehidupan kampus. 14. Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.Semoga Allah SWTmembalasnya dengan kebaikan.
Akhir kata, sangat penulis sadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Sedikit
harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 30 Juli 2015 Penulis,
Beri Prasetyo
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan Umum Pemilu Legislatif pada dasarnya merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu Legislatif diselenggarakan untuk memilih anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota yang berasal dari partai politik. Pemilihan para wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif ini
merupakan perwujudan dari demokrasi Indonesia yang menganut sistem kepartaian melalui partai politik.
Pemilihan para calon anggota legislatif dari partai politik secara langsung, mengindikasikan bahwa suara rakyat adalah penentu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan kehidupan politik, karena partai politik sebagai penyalur aspirasi rakyat. Upaya yang lebih penting lagi adalah untuk memberdayakan
partai politik, agar partai lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan partai yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Rakyat dalam wacana negara
demokrasi menjadi titik sentral karena pada hakikatnya demokrasi adalah pemerintahan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk rakyat.
Arti penting pemilu dalam negara demokrasi berkaitan dengan tiga fungsi utamanya yaitu 1 Legitimasi politik, Melalui Pemilu, legitimasi pemerintah atau
penguasa dikukuhkan karena pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihari rakyat terbanyak yang memiliki kedaulatan. 2 Sirkulasi elit politik. Dengan Pemilu,
terjadinya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap
memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang tidak. 3 Pendidikan politik. Hal ini menunjukkan bahwa Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan
pendidikan politik bagi warga negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan
warga negara akan mendapat pelajaran langsung tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi
1
Konteks sistem pemilu dan sistem kepartaian tidak terlepas dari sistem pemerintahan suatu negara. Sistem pemerintahan mempengaruhi cara atau metode
seseorang dalam memperoleh kekuasan tertinggi maupun jabatan strategis lainnya. Sebut saja sistem pemerintahan monarki yang secara otomatis
mengangkat seseorang berdasarkan garis keturunan, kekuasaan terletak pada raja. Sistem pemerintahan sosialis atau lebih dikenal dengan sistem komunis
berdasarkan satu partai tunggal yang paling berkuasa dinegara tersebut dengan menjalankan sistem perekrutan indoktrinasi kader-kadernya sejak usia dini
hingga pemaksaan terhadap rakyatnya. Kekuasaan terletak pada pemerintah. Kemudian pada sistem pemerintahan demokrasi dimana kekuasaan diperoleh
1
Muhammad A.S. Hikaam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di Indonesia Penerbit Bentara. Jakarta. 2002.hlm. 7
melalui sistem Pemilihan umum dengan beberapa partai yang mengikutinya, kekuasaan berada di tangan rakyat.
Sistem pemerintahan Indonesia menerapkan sistem demokrasi dalam menjalankan
pemerintahannya. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses Pemilihan yang bebas. Maknanya adalah demokrasi
merupakan suatu sistem yang meletakan kekuasaan atas rakyat melalui perwakilan yang ada diparlemen yang dipilih secara langsung dalam suatu Pemilihan umum.
2
Upaya yang dilakukan untuk menciptakan pemilu yang berkualitas adalah
menciptakan integritas dan profesionalitas penyelenggara pemilu. Komitmen menyelenggarakan pemilu berintegritas yang telah dibangun secara nasional tidak
boleh terciderai oleh adanya kepentingan individu dan kepentingan sesaat dan oknum penyelenggara. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara
meski masuk dalam kategori pelanggaran ringan, tetap harus dikenai sanksi. Hal ini penting untuk memberikan peringatan kepada setiap penyelenggara bahwa
KPU secara berjenjang tetap melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara. integritas dan profesionalitas mutlak dimiliki semua jajaran
penyelenggara pemilu. Penyelenggara harus memiliki daya tahan terhadap setiap godaan yang datang dari luar, termasuk godaan yang datang dari para kandidat
yang ikut berkontestasi dalam pemilu. Pelaksanaan supervisi secara berjenjang
2
Arifin Rahman Sistem Politik Indonesia. SIC. Surabaya. 2006. hlm. 21
harus ditingkatkan untuk memastikan kinerja penyelenggara di kabupatenkota, kecamatan, desakelurahan dan TPS sesuai dengan SOP yang ditetapkan.
Penyelenggara Pemilu Legislatif baik harus dapat bekerja sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa azas penyelenggara Pemilu yang harus dijadikan pedoman bagi setiap penyelenggara
Pemilu, yaitu mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas,
efisiensi dan efektivitas. Pelaksanaan pemilu Legislatif Tahun 2014 memiliki potensi konflik dan tindak
pidana dalam tiap tahapannya, mulai dari pelaksanaan kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi suara sampai dengan tahapan penetapan dan
pengumuman hasil Pemilihan, di antaranya adalah: a.
Tahap Kampanye Berpotensi memperebutkan pengaruh terhadap calon pemilih yang
berbuntut pada terjadinya bentrok antar pendukung, perusakanpencabutan tanda gambar peserta, pelanggaran jadwal kampanye, tuntutan
memberikan sanksi terhadap calon tertentu karena dianggap melanggar aturan main kampanye, politik uang, kemacetan dan pelanggaran lalu
lintas, kegaduhari, intimidasi, fitnah, teror, ancaman, provokasi, aksi fanatisme, pendiskreditan nama baik, kerumunan massa, isu negatif untuk
menjatuhkan nama baik calon, perang dingin, pengrusakan, pembakaran, dll.
b. Tahap Pemungutan Suara
Dalam persiapan pembuatan Tempat Pemungutan Suara TPS, kelengkapan alat, surat panggilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
berpotensi terjadi intimidasi, tata cara pencoblosan yang tidak sesuai, ketidaktegasan, kecurangan, penolakan pemantau, saksi, kesalahan nama,
hilangrusak surat suara, sabotase, penggalangan massa, lokasi pemungutan suara, jadwal waktu disediakan, sampai pada masalah
konsumsi termasuk pembagian honor bagi yang bertugas.