4 - 5
17. NCHRP Report 529, “Guidelines and Recommended Standard for Geofoam Applications in Highway Embankments”, Transport Research Board, 2004
18. Pembebanan untuk Jembatan RSNI T-02-2005. 19. Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, RSNI T-03-2005.16
20. AASHTO LFRD Bridge Design Specification, 3
rd
Edition. 21. Japanese Specifications for Highways Bridges.
22. EN 1994 Eurocode 4:Design of Composite Steel and Concrete Structures. 23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43PRTM2007 tentang Standard dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi 24. Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan , Direktur Jenderal Bina
Marga no UM 0103 –Db242, Maret 2008 25. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 008BM2008, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.
4.5 PELAKSANAAN PERENCANAAN TEKNIS JALAN
Tahapan perencanaan teknis jalan pada umumnya mencakup kegiatan sebagai berikut:
4.5.1 Pengumpulan Data Lapangan
a. Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan atau Reconnaissance Survai meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder, penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan data sekunder dan
melakukan survai lapangan. Survai Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Mempersiapkan peta dasar berupa peta topografi skala 1:250.000 sd 1:25.000 dan peta-peta pendukung lainnya seperti peta geologi skala 1:250.000 sd 1:25.000,
tata guna tanah dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan, data demografi, sosial ekonomi dan
lingkungan serta data geografi, geoteknik dan hidrologi.
4 - 6
2. Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan instansi terkait di daerah sehubungan dengan akan dilaksanakannya perencanaan teknis jalan.
3. Konsultan harus mengumpulkan informasi mengenai: a Harga satuan upahbahan pada Dinas Bina Marga setempat;
b Harga satuan upahbahan pada proyek yang sedang berjalan. 4. Melakukan identifikasi trase di lapangan berdasarkan gambar rencana trase yang
telah ditetapkan. 5. Melakukan pematokan sepanjang rencana trase jalan dengan patok kayu bernomor
dengan interval 50m, untuk memudahkan tim pengukuran. 6. Membuat foto dokumentasi lapangan sekurang-kurangnya pada:
a Awal dan akhir rencana trase; b Setiap 1 satu km dengan identifikasi arah pengambilan foto
c Lokasi yang diperkirakan memerlukan jembatan misal: sungai, alur; d Lokasi yang perlu penanganan khusus;
e Persimpanganpertemuan dengan jalan lainnya; f Lokasi Quarry.
g Membuat laporan lengkap perihal pada butir a sd f diatas dan memberikan saran-saran yang diperlukan untuk pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
b. Survai Topografi
Tujuan survai topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan bumi sepanjang rencana trase jalan didalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan.
Prosedur Pekerjaan Pengukuran : 1. Pemeriksaan dan Koreksi Alat Ukur
a Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi;
b Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
4 - 7
2. Pemasangan Patok-patok a
Patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75cm atau pipa pralon ukuran 4 inci, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM
dipasang setiap 1 satu km dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang 3 buah patok;
b Untuk setiap titik poligon dan sipat datar harus digunakan patok. 3. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
a Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon tertutup;
b Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100m;
c Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit, dalam detik, dan tingkat
ketelitian pengukuran untuk sudut horizontal dengan kesalahan tidak lebih dari 10 detik kali akar jumlah titik poligon, serta kesalahan azimuth tidak lebih dari 5
detik, disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat; d
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk setiap interval
5km; 4. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal:
a Pengukuran titik kontrol vertikal memakai alat ukur automatic level dengan
tingkat ketelitian kesalahan pengukuran tidak lebih besar dari 10 milimeter akar panjang Km;
b Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiripembacaan double
stand; c
Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran poligon, sipat datar dan potongan melintang dan titik BM;
d Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar,
jelas dan sama. 5. Pengukuran situasi
a Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri; b Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar; c Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
4 - 8
6. Pengukuran Penampang Melintang a Persyaratan:
Kondisi Lebar Koridor
m Interval
m
Datar, landai dan lurus 75 + 75
50 Pegunungan
75 + 75 25
Tikungan 50 luar + 100 dalam
25 b Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolitsipat
datar. 7. Penggambaran:
a Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1:1.000;
b Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm; c
Koordinat grid terluar dari gambar harus dicantumkan harga absis x dan ordinat y-nya;
d Pada setiap lembar gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara;
e Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh
dilakukan secara grafis; f Setiap titik ikat BM agar dicantumkan nilai X, Y, Z-nya dan diberi tanda khusus.
8. Pelaporan Laporan topografi yang mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut: a Data proyek;
b Peta situasi proyek; c Kegiatan perintisan untuk pengukuran;
d Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal; e Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal;
4 - 9
f Kegiatan pengukuran situasi; g Kegiatan pengukuran penampang melintang;
h Kegiatan pengukuran khusus bila ada; i
Perhitungan dan penggambaran; j
Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya; k Dokumentasi foto ukuran 3R mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan Bench Mark BM, pengamatan matahari,
dan semua
obyek yang
dianggap penting
untuk keperluan
perencanaan jalan; l
Deskripsi BM sebagai lampiran.
c. Survai Geoteknik Jalan