4 - 18
h Mengamati karakter aliran sungaimorfologi yang mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi
pertimbangan dalam perencanaan berikutnya. 5. Survai Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan pada survai dampak lingkungan adalah : a Inventarisasi terhadap zona lingkungan awal yang bertujuan untuk
mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitif, yang meliputi: b Aspek Fisik, kimia dan biologi.
c Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
d Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas umum dsb. e Pengambilan contoh air.
f Pengamatan kondisi. g Foto dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan analisa.
h Membuat rencana kerja untuk survai detail. 6. Foto Dokumentasi
a Foto asli, perlu dilakukan sebagai bukti nyata kondisi lokasi jembatan b Pengambilan medan yang difoto disarankan minimal 4 arah dua memanjang
dan dua melintang Saran dan catatan – catatan lain :
Setiap masing masing kelompok kegiatan dan saran-saran di atas agar dibuatkan sketsadenah serta catatan yang terkait dengan rencana item pekerjaan misalnya
lokasi jembatan, lokasi titik sondir dan bor, profil sungai serta data yang terkait dengan hidrologi secara visual dll yang semuanya dilengkapi ukuran-ukuran
perkiraan yang penting
b. Survai Topografi untuk jembatan
Survai topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan pada jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki. Pertimbangan lokasi jembatan didasarkan
rekomendasi dari Studi Kelayakan. Daerah sekitar sungai yang perlu diukur meliputi :
200m pada kiri dan kanan sungai sepanjang jalan.
4 - 19
100m pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai. 50m dari kiri dan kanan tepi sungai.
Pekerjaan Topografi meliputi pekerjaan : 1. Pekerjaan Perintisan
a Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.
b Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan sebagainya.
c Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi atau atas petunjuk Kepala SatkerProject officer.
2. Pekerjaan pengukuran a Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang
baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat tersebut.
b Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat titik tetap BM yang diambil dari titik triangulasi atau lokal.
c Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap BM. d Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan di sepanjang
rencana as jalan mengikuti koridor rintisan dengan mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan
sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang ditentukan.
1 Pengukuran Titik Kontrol Horizontal Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon tertutup.
Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter diukur dengan peges ukur meteran.
Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-patok untuk titik ikat adalah dari beton.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit jenis Wild- T2.
4 - 20
2 Titik-titik ikat BM harus diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat
pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas meteranjarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik poligon.
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan pada
setiap jarak 5 km kurang lebih 60 titik poligon pada titik akhir pengukuran.
Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri 4 biasa dan 4 luar biasa.
3 Pengukuran Titik Vertikal Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah
cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat. Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm. Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam arti
pembagian skala jelas dan sama. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 tiga pembacaan, benang atas,
tengah dan bawah. Benang Atas BA, Benang Tengah BT dan Benang Bawah BB,
mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB. Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis. 4 Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri To. Ketelitian alat yang dipakai adalah 10“.
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
Untuk tempat–tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain, pengukuran harus diperluas lihat pengukuran khusus.
4 - 21
Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan di photo jenis dan lokasi
material. 5 Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran Penampang memanjang dilakukan di sepanjang sumbu rencana jalan.
Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain yang mempunyai ketelitian yang sama.
6 Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan
landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan pegunungan setiap 25 m.
Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan ke arah dalam 75 m.
Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as jalan.
Khusus untuk perpotongan dengan sungaijalan dilakukan dengan ketentuan khusus lihat pengukuran khusus.
Alat yang digunakan adalah sejenis Wild – To.
7 Pengukuran Khusus Jembatan Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup
semua keterangan yang ada di sepanjang jalan dan jembatan, misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan,
pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, sawah,
kebun, arah aliran air dan lain sebagainya. Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan
dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang
direncanakan.
4 - 22
Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah
sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.
Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To. 8 Pemasangan Patok – Patok
Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang 2 dua buah, masing-masing pada awalakhir, dan pada
patok antara, dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan antara rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang –
menyeberang. Patok beton tersebut harus tertanam kedalam tanah sepanjang ±
45 cm yang terlihat di atas tanah ± 15 cm. Patok-patok BM diberi tanda BM dan Nomor Urut.
Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-
tanda tertentu misalnya …. nomor urut 2008. Patok poligon maupun patok station diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran.
Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda.
9 Perhitungan dan Penggambaran Peta Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik–titik
ikat yang dipergunakan. Penggambaran titik–titik poligon harus didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis. Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter
dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan dan skala 1:500 untuk situasi jembatan.
4 - 23
Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan–keterangan penting. Ketinggian titik
tersebut perlu dicantumkan.
c. Survai Geoteknik Jembatan