Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2007

Kristina Imelda Sitorus

Pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut

viii + 30 halaman

Upaya kesehatan gigi yang dilaksanakan pemerintah selama ini masih berorientasi pada upaya kuratif dan belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Namun, belakangan ini pemerintah telah melaksanakan perubahan upaya kesehatan gigi yang berorientasi pada paradigma sehat dengan lebih menekankan upaya promotif dan preventif dalam bentuk pelayanan kedokteran gigi keluarga.

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu upaya pelayanan bidang kesehatan gigi dan mulut yang bersifat menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dan berkesinambungan yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Tujuan utama pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah tercapainya keluarga yang mandiri dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dan terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi yang optimal, bermutu, terstruktur dan berkesinambungan.


(2)

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memperkenalkan pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai suatu pendekatan baru dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal menuju Indonesia Sehat 2010.


(3)

PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DERAJAT

KESEHATAN GIGI DAN MULUT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

KRISTINA IMELDA SITORUS NIM : 030600029

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 Juni 2007

Pembimbing : Tanda tangan

1. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ………


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 Juni 2007

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Oktavia Dewi, drg.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda J Sitorus, Ibunda K Sinaga, adik-adikku Uli, Agnes dan Bakti, uda Besli, Sr. Goretti dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati serta penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Simson Damanik, drg., M.Kes dan Oktavia Dewi, drg. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar di FKG USU, khususnya di Departemen Ilmu Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat atas ilmu dan didikan yang


(7)

diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Neviyanti, drg., M.Kes atas bantuan bahan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Harry Walensa Manurung atas doa, saran, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku Ocha, Titie, Cicie, Idenk, Utie, Injol, Bengak, Inat, Fenti, Vana, Dian, Rotu dan teman-teman stambuk 2003 atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai masukan yang berharga bagi penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan masyarakat.

Medan, 26 Juni 2007. Penulis,

( Kristina Imelda Sitorus ) NIM : 030600029


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………...

HALAMAN PERSETUJUAN……….... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan………. 3

1.4 Ruang Lingkup………. 4

BAB 2 PENGERTIAN KELUARGA... 5

BAB 3 RENCANA STRATEGIS PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA 3.1 Visi dan Misi Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga………… 9

3.2 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Keluarga………... 11

3.3 Prinsip Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga……….. 12

BAB 4 PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA 4.1 Ruang Lingkup Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga... 15

4.2 Sistem Pembiayaan... 18

4.3 Perizinan Praktik Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga... 20

BAB 5 PERANAN DOKTER GIGI KELUARGA DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT... 23


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………... 27 6.2 Saran... 27


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kompetensi dokter gigi keluarga berdasarkan bidang garapan


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan akhir-akhir ini mulai mengungkapkan kembali kesehatan sebagai hak asasi manusia.1 Paradigma sehat yang dicanangkan oleh presiden pada tanggal 1 Maret 1999 juga mengisyaratkan bahwa setiap bidang pembangunan harus berwawasan kesehatan, paling tidak berkontribusi untuk mengembangkan lingkungan dan perilaku hidup sehat.2 Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang hidup dan berprilaku dalam lingkungan sehat dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga dapat hidup produktif dan sejahtera.2,3 Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan besar sebagai acuan dalam menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) di bidang kesehatan dan berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.4

Upaya kesehatan, sebagai subsistem pertama SKN,4 yang dilaksanakan pemerintah selama ini masih berorientasi pada upaya penyembuhan. Upaya kesehatan dengan pendekatan penyembuhan ini membuat upaya kesehatan dinilai sebagai konsumtif bukan produktif dan menempatkan pelayanan kesehatan di arus pinggir pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera merencanakan perubahan upaya kesehatan yang berorientasi pada pembinaan kesehatan bangsa (shaping the health of nation) yaitu upaya kesehatan berparadigma sehat yang dimulai dengan


(12)

re-orientasi dari sudut pandang semula yaitu upaya kuratif, rehabilitatif, pasif, reaktif dan individual centered menjadi upaya promotif, preventif, proaktif dan community centered. Upaya kesehatan berparadigma sehat dalam jangka panjang akan menempatkan kesehatan di arus tengah pembangunan, menjamin kemandirian yang lebih besar, meningkatkan ketahanan mental dan fisik penduduk serta bermuara pada terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.5

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut keluarga merupakan penjabaran operasional paradigma sehat yang menekankan pada upaya pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut serta pendayagunaan ilmu dan teknologi kedokteran gigi dasar. Dalam hal ini, keluarga diberdayakan dan berperan sebagai subyek menuju kesehatan gigi dan mulut bagi semua.3 Keluarga sudah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.7 Dengan tercantumnya kesehatan keluarga dalam Undang-undang RI No. 23 tahun 1992, berarti kesehatan keluarga telah mendapat perhatian pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI untuk terus dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat.3

Atas dasar inilah Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PBPDGI) dan Direktorat Pelayanan Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan mengupayakan pendekatan “Dokter Gigi Keluarga” melalui pelayanan kesehatan primer yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas dan cost effective.1 Untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga tersebut, telah dikeluarkan Surat Keputusan Menkes No. 1415/Menkes/SK/X/2005 tentang kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga.6


(13)

Pelaksanaan pelayanan kedokteran gigi keluarga dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi antara Departemen Kesahatan, PDGI dan FKG.3 Dengan demikian, pelayanan kedokteran gigi keluarga diharapkan dapat segera dicapai secara bertahap, seperti yang sudah dijalankan di Sleman, Yogyakarta.

Menyadari banyaknya faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, termasuk penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan lintas sektor dan lintas program serta pemberdayaan masyarakat. Dorongan dan pengaturan pemerintah diperlukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga yang bermutu, merata dan berdayaguna.3

1.2 Perumusan Masalah

Pada penulisan skripsi ini, yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut dapat disosialisasikan kepada masyarakat.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memperkenalkan pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai salah satu upaya kesehatan yang diperlukan agar tercapai keluarga yang mandiri dalam menjaga dan memelihara kesehatan giginya dan terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi yang optimal.


(14)

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para dokter gigi tentang peran program pelayanan kedokteran gigi keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan skripsi ini mencakup pengertian keluarga, rencana strategis pelayanan kedokteran gigi keluarga, penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga dan peranan dokter gigi keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.


(15)

BAB 2

PENGERTIAN KELUARGA

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI 1988).8 WHO menyatakan bahwa keluarga merupakan pelaku sosial primer (primary social agent) dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.7,9 Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.8

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga.8 Pelayanan kesehatan keluarga adalah tingkat pelayanan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat.8,10 Ada beberapa alasan keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan, yaitu:8

1. Keluarga merupakan unit dasar masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah atau mengatasi masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.


(16)

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan keluarga dapat diperoleh melalui pelayanan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga merupakan praktek kedokteran dalam pelayanan primer atau pada kontak pertama yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan komprehensif (menyeluruh).11,12 Pelayanan berkesinambungan bukan berarti bahwa dokter keluarga harus memberikan perhatian fisik 24 jam sehari dan 365 hari setahun, tetapi bahwa dia memiliki tanggung jawab berkesinambungan terhadap pelayanan pasien,11 sehingga proses pelayanan tidak hanya berlangsung sesaat ketika terjadi kontak saja. Selain itu, dokter keluarga tetap harus melayani pasiennya walaupun pertemuan dilakukan di rumah, tempat kerja atau rumah sakit. Pelayanan harus diberikan walaupun pasien dalam keadaan tidak mampu membayar. Oleh karena itu, pelayanan dokter keluarga harus dikaitkan dengan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang disebut dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).12 Pelayanan komprehensif berarti bahwa dokter keluarga tidak membatasi dirinya dalam penanganan penyakit pada kelompok usia, jenis kelamin atau organ


(17)

tubuh tertentu. Ini tidak berarti bahwa dia mengetahui segalanya, tetapi dia berkompeten mengatasi segala jenis penyakit yang sering ditemui di masyarakat.11

Pada keadaan tertentu dokter keluarga merasa kurang mampu menangani pasiennya sehingga perlu mengirimkan pasiennya kepada dokter lain yang lebih berpengalaman untuk memperoleh pendapat lain. Tetapi bila sudah jelas tidak mampu sama sekali, dia harus merujuk pasiennya kepada dokter lain yang lebih kompeten.12

Tujuan utama pelayanan kesehatan keluarga adalah peningkatan kesehatan keluarga secara menyeluruh pada setiap anggota keluarga. Peningkatan kesehatan merupakan suatu proses yang positif, dinamis, yang berfokus untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan, tidak semata-mata menghindari penyakit, yang meliputi pendekatan prilaku yang terdiri atas sejumlah tindakan dan aktivitas yang tujuannya mencapai derajat kesehatan yang tinggi. Peningkatan kesehatan keluarga meliputi upaya peningkatan kesehatan sistem keluarga. Gerakan peningkatan kesehatan ini mengacu kepada perawatan diri, latihan untuk hidup sehat dan modifikasi gaya hidup.7

Salah satu upaya peningkatan kesehatan yang merupakan alat penting dalam kesehatan masyarakat adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses memberitahu, memotivasi dan membantu orang menerima dan mempertahankan perilaku dan gaya hidup sehat, menganjurkan perubahan lingkungan yang dibutuhkan untuk memfasilitasi tujuan ini dan mengadakan latihan dan penelitian professional untuk tujuan yang sama. Pendidikan kesehatan ini dapat dilakukan pada tingkat individu/keluarga, kelompok dan masyarakat.13


(18)

Pencegahan primer juga meliputi upaya perlindungan khusus yaitu pemeliharaan dan perbaikan tingkat resistensi individu dan keluarga terhadap penyakit tertentu. Tujuan utama pencegahan primer adalah meningkatkan resistensi terhadap kekuatan-kekuatan sosial, emosional, dan biologis yang mempercepat penyakit dan didukung oleh gaya hidup sejahtera. Untuk itu, perlu adanya upaya perlindungan khusus seperti imunisasi dan fluoridasi.7

Perlindungan khusus berhubungan dengan penyakit atau masalah kesehatan tertentu dan meliputi perilaku menghindar. Perlindungan khusus terdiri atas kegiatan-kegiatan yang tujuannya melindungi seseorang dari penyakit tertentu dan mengurangi kemungkinan mereka mendapat penyakit atau masalah kesehatan.7 Tindakan perlindungan khusus dalam kesehatan gigi dan mulut antara lain pemakaian fluor baik secara sistemik maupun lokal, pengawetan pit dan fisur, pembersihan karang gigi, penggunaan space maintainer dan lain-lain.14

Dalam melaksanakan suatu pelayanan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong berisiko tinggi dalam bidang kesehatan.8 Tenaga kesehatan dapat membuat suatu prakiraan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada pasien, kemudian menganjurkan perubahan gaya hidup dan penanganan medis untuk mengurangi resiko tersebut. Keluarga juga memegang peranan penting dalam upaya pengurangan risiko yang pada umumnya berhubungan dengan perbaikan pola hidup. Upaya ini melibatkan keputusan dan partisipasi keluarga.7


(19)

BAB 3

RENCANA STRATEGIS PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu upaya pelayanan bidang kesehatan gigi dan mulut secara paripurna yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Dengan pengertian tersebut, pendekatan pelayanan kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan memperhatikan faktor-faktor risiko serta sistem rujukan.3

4.1 Visi dan Misi Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Pelayanan kedokteran gigi keluarga merupakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang mempunyai visi tercapainya kemandirian dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi melalui unit keluarga yang terselenggara secara efisien, efektif, merata dan bermutu. Sedangkan misi pelayanan kedokteran gigi keluarga yaitu:3,6

1. Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.

2. Mengusahakan tersedianya pelayanan dokter gigi keluarga yang merata, bermutu dan terjangkau.

3. Memberikan pelayanan, memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi perorangan serta masyarakat (keluarga binaan) sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan.


(20)

4. Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dalam mengemban peran, tugas dan fungsinya.

5. Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi pendidikan dan pihak-pihak terkait.

Tujuan pelayanan kedokteran gigi keluarga antara lain tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut, terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi yang optimal, bermutu, terstruktur dan berkesinambungan, tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga, tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga dan terbinanya profesionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan.3

Dalam istilah dokter gigi keluarga terkandung makna khusus bidang kesehatan gigi yang menjadi fokus pelayanan dokter gigi keluarga. Dengan mengacu pada pengertian dokter gigi keluarga, dapat ditarik beberapa aspek filosofis yang mendasari fokus pelayanannya, yaitu:3

1. Memandang individu baik yang sakit maupun sehat sebagai bagian dari unit keluarga dan komunitasnya.

2. Mengutamakan pendekatan promotif–preventif melalui analisis psikososial berdasarkan kebutuhan perawatan dan asuhan sesuai perkembangan Ilmu pengetahuan kedokteran gigi.


(21)

4. Manajemen yang efisien, cost-effective dan penjagaan mutu.

4.2 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Keluarga

Dengan mengacu pada fokus pelayanan dokter gigi keluarga, maka struktur anggota yang menjadi target adalah Ibu, Bapak, Anak yang dimulai sejak janin dalam kandungan, balita, remaja, dewasa muda dan lansia. Apabila ditinjau dari fase tumbuh kembang yang ada dalam suatu keluarga, maka kebutuhan pelayanan dan asuhan secara spesifik dapat diidentifikasi melalui pertanyaan: masalah kesehatan gigi apa saja yang paling sering ditemui pada suatu keluarga?3

Ditinjau dari fase tumbuh kembang dalam suatu keluarga, ada beberapa masalah kesehatan gigi keluarga antara lain:3

1. Fase tumbuh kembang awal/janin yaitu gizi.

2. Fase kanak-kanak yaitu gizi, kebiasaan buruk dan masalah pedodonsia. 3. Fase remaja yaitu masalah gigi dan mulut terkait hormon, ortognatik dan estetik.

4. Ibu yaitu masalah gigi dan mulut terkait hormon, sistemik dan penyakit gigi dan mulut umum.

5. Bapak yaitu masalah gigi dan mulut umum, terkait sistemik, stres dan merokok.

6. Lansia yaitu masalah gigi dan mulut terkait geriatrik.

7. Komponen perilaku kesehatan yaitu kebutuhan modifikasi perilaku dan konseling.


(22)

8. Komponen mutu dan kompetensi yaitu masalah standar profesi yang terkait.

4.3 Prinsip Pelayanan Dokter Gigi Keluarga

Pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama merupakan pelayanan paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya dari pengguna jasa dalam konteks keluarga. Untuk itu, dokter gigi keluarga selaku pemberi pelayanan dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan kedokteran gigi keluarga yang merupakan landasan berpikir dan bertindak secara profesional, yaitu:6

1. Dokter gigi kontak pertama (first contact)

Dokter gigi keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui oleh pasien dalam menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi keluarga berfungsi sebagai kontak pertama dan penapis rujukan ke fasilitas yang lebih mampu.

2. Layanan bersifat pribadi (personal care)

Dokter gigi keluarga memberikan pelayanan kepada perorangan (pribadi) dengan memperhatikan bahwa setiap orang merupakan bagian dari keluarganya. Adanya hubungan timbal balik antara dokter gigi keluarga dengan pasien dan seluruh keluarganya memberi peluang bagi seorang dokter gigi keluarga untuk memahami masalah pasien secara lebih luas. Dengan demikian, keputusan medis dibuat tidak


(23)

hanya dari aspek medis tetapi juga dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan ekonomi si pasien beserta keluarganya.

3. Pelayanan paripurna (comprehensive)

Dokter gigi keluarga memberikan pelayanan menyeluruh dengan pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun, dalam memberikan layanannya, dokter gigi keluarga lebih menekankan pada upaya promotif, perlindungan khusus, deteksi dan tindakan penanganan dini.

4. Paradigma sehat

Pelayanan kesehatan gigi keluarga berorientasi pada paradigma sehat. Dokter gigi keluarga mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

5. Pelayanan berkesinambungan (continuous care)

Pelayanan kedokteran gigi keluarga berpusat pada pasien (patient-oriented). Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara dokter gigi keluarga dan pasiennya dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkesinambungan dalam beberapa tahap kehidupan manusia.

6. Koordinasi dan kolaborasi

Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya, dokter gigi keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis dan memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien. Oleh karena itu, dokter gigi keluarga bertindak sebagai koordinator yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan gigi


(24)

dan mulut pasien. Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensinya, dokter gigi keluarga seharusnya bekerja sama dan mendelegasikan penanganan pasien kepada pihak lain (dokter gigi spesialis, dokter keluarga dan dokter spesialis) yang lebih kompeten dalam menangani kebutuhan pasiennya.

7. Family and community oriented

Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter gigi keluarga mempertimbangkan kondisi si pasien terhadap keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja. Dokter gigi keluarga harus tetap memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.


(25)

BAB 4

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA

Pelayanan kedokteran gigi keluarga yang diselenggarakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut keluarga binaan harus menerapkan azas kewilayahan yang berarti dokter gigi keluarga yang berada di wilayah kerjanya bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Setiap dokter gigi keluarga membina 500 kepala keluarga atau 2500 penduduk. Selain itu, pelayanan kedokteran gigi keluarga juga harus menerapkan azas pemberdayaan masyarakat yang berarti dokter gigi keluarga wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga antara lain melalui Kader Posyandu, Upaya Kesehatan Gigi Sekolah, Kader Posyandu Usila dan lain-lain. Semua tenaga kesehatan bekerja secara aktif dalam pelayanan dokter gigi keluarga, baik yang memiliki pendidikan kedokteran gigi keluarga maupun yang mendapatkan pelatihan kedokteran gigi keluarga. Pelatihan dan pendidikan dokter gigi keluarga diselenggarakan atas kerjasama Departemen Kesehatan, institusi pendidikan (FKG) dan organisasi profesi (PDGI).6

4.1. Ruang Lingkup Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan dengan pola pelayanan berlapis melalui sistem rujukan berjenjang (Level of Care) dengan pendekatan


(26)

menyeluruh dengan tingkat-tingkat pelayanan yang dikaitkan dengan sumberdaya yang ada di masyarakat.6

Upaya tersebut di atas dimaksudkan untuk menjaga fungsi gigi dan mulut sebagai bagian dari sistem cerna yang sangat penting untuk kesehatan seseorang, sebagai bagian dari sistem bicara dan pembentukan estetika wajah. Di samping itu, upaya tersebut dimaksudkan untuk menjaga kondisi gigi dan mulut agar tidak menjadi sumber penyakit (focal infection) bagi organ lainnya dan deteksi dini penyakit sistemik yang bermanifestasi di dalam rongga mulut.6

Ruang lingkup kerja dokter gigi keluarga meliputi beberapa pelayanan yaitu:6 a. Pelayanan darurat/basic emergency care yang terdiri atas:

Basic life support/pertolongan pertama pada keadaan darurat dan gawat darurat untuk selanjutnya dilakukan rujukan bila diperlukan.

• Mengurangi rasa sakit dan atau eliminasi infeksi/pertolongan pertama pada gigi dan mulut karena penyakit/cedera.

• Reposisi dislokasi sendi rahang • Replantasi gigi

• Penyesuaian oklusi (akut)/occlusal adjustment

b. Pelayanan Pencegahan/preventive care yang terdiri dari: • Pendidikan kesehatan gigi (individu/kelompok)

• Menghilangkan kebiasaan buruk/jelek yaitu dentofasial functional abnormalities, abnormal swallowing dan menggigit lidah, bibir atau jari.


(27)

• Tindakan perlindungan khusus yaitu aplikasi fluor dan perlindungan terhadap permukaan dan fisura gigi.

• Tindakan penanganan dini (early detection & prompt treatment) yaitu atraumatic restorative treatment, skeling dan pembersihan akar.

• Memberi advokasi untuk menanggulangi kelainan saliva dan masalah nutrisi gizi/diet.

c. Pelayanan medik gigi dasar/simple care meliputi:

• Tumpatan gigi (glassionomer/komposit resin/tumpatan kombinasi)

• Ekstraksi gigi (gigi sulung persistensi/gigi tetap karena penyakit/keperluan ortodonti/pencabutan serial gigi sulung)

• Perawatan pulpa (pulp capping/pulpotomi/perawatan saluran akar gigi anterior)

• Perawatan/pengobatan abses • Penanganan dry socket

• Mengobati ulkus rekuren (apthosa) • Pengelolaan halitosis

d. Pelayanan medik gigi khusus/moderate care meliputi:

• Konservasi gigi meliputi penumpatan dengan logam tuang, pulpektomi, perawatan saluran akar dan bleaching (internal).

• Pedodonsi meliputi pencegahan maloklusi pada anak, space maintainers, mengatasi single crossbite (anterior/posterior) dan pengelolaan anak penderita karies rampan.


(28)

• Periodonsia meliputi kuretase gingival, gingivektomi, gingivoplasti, penyesuaian oklusi (kronis) dan periodontal splinting.

• Bedah mulut meliputi pencabutan akar gigi dengan pembedahan, insisi abses ekstra oral, pengelolaan fistula ekstra oral, odontektomi, pengelolaan korona gigi terpendam dan pengelolaan fraktur dento-alveolar.

• Orthodonti meliputi pengelolaan maloklusi dengan piranti lepasan yang memerlukan pencabutan dan pengelolaan maloklusi kelas I dengan piranti lepas/cekat.

• Prostodonsia meliputi pembuatan GTSL akrilik/kerangka logam, pembuatan GTL akrilik, pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate, pembuatan mahkota/jembatan dan reparasi/reline/rebase.

Oral medicine meliputi mengobati stomatitis (berbagai sebab/keadaan), pengelolaan defisiensi nutrisi dan pengelolaan penyakit jaringan lunak mulut,

supportive, maintenance dan penyesuaian oklusi sederhana.

4.2. Sistem Pembiayaan

Pada dasarnya pembiayaan pada pelayanan dokter gigi keluarga haruslah cukup, dikelola dengan efisien, adil dan berkelanjutan serta transparan dan akuntabel. Kondisi ini dapat tercapai jika pelayanan dokter gigi keluarga diselenggarakan dalam satu sistem jaminan, sehingga peserta yang menjadi tanggung jawabnya terlindungi. Dengan demikian, diharapkan kebutuhan dasarnya akan kesehatan terpenuhi melalui penyelenggaraan kesehatan yang terkendali, baik mutu maupun biayanya. Sisi lain dari jaminan kesehatan ini adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam


(29)

memperoleh dan membiayai pemeliharaan kesehatan serta pembentukan budaya prilaku hidup sehat.6

Pada sistem jaminan kesehatan, dengan pembayaran pra-upaya yang diterima dari badan penyelenggara JPK, dokter gigi keluarga sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) akan menekankan pada upaya promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Dokter gigi keluarga sangat dihargai, hal ini mengingat bahwa melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dia mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit sebagian pesertanya, bertindak sebagai ”gate keeper”, manajer dan koordinator dalam pelayanan rujukan.6

Bentuk pokok pembiayaan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) sebagaimana tercantum dalam SKN adalah sebagai berikut :6

1. Dana untuk UKP dari individu dalam kesatuan keluarga melalui JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) wajib dan JPK sukarela.

2. Dana untuk UKP masyarakat rentan dan keluarga miskin dari pemerintah melalui JPK wajib.

3. Dana dari mayarakat (dana sehat dan dana sosial keagamaan) digunakan untuk UKM dan UKP.

Dalam SKN dinyatakan pula bahwa jika sistem jaminan kesehatan telah berjalan, secara bertahap UKP strata I akan diselenggarakan dengan penerapan konsep dokter gigi keluarga, kecuali untuk daerah sangat terpencil masih akan dilakukan oleh Puskesmas.6


(30)

Pada dasarnya ada 3 (tiga) bentuk pembiayaan secara pra-upaya:6

1. Kapitasi: pembayaran di muka yang besarnya sesuai dengan kesepakatan harga dihitung untuk setiap peserta dalam waktu tertentu.

2. Sistem paket: pembayaran di muka berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk paket pelayanan kesehatan tertentu.

3. Sistem anggaran (budget system): pembayaran di muka berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan PPK.

Pembiayaan dokter gigi keluarga dalam proses yang masih berkembang, tidak menutup kemungkinan seorang dokter gigi keluarga menarik biaya secara ”fee for service”, yaitu pembayaran langsung dari pengguna jasa setelah pelayanan kesehatan diberikan. Jadi model pembiayaan dokter gigi keluarga dapat berupa fee for service, pihak ketiga (asuransi, dll) atau membership.

4.3. Perizinan Praktik Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga merupakan syarat mutlak untuk penyelenggaraan praktik dokter gigi keluarga. Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kedokteran gigi keluarga yang bermutu, aman dan nyaman bagi masyarakat maka pihak yang menyelenggarakan pelayanan perorangan/berkelompok yang mengajukan izin penyelenggaraan harus memenuhi persyaratan tertentu.6

Perizinan praktik dokter gigi keluarga dapat diberikan kepada pihak yang menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk:6


(31)

a. Perorangan/praktik solo yaitu praktik dokter gigi keluarga yang diselenggarakan oleh satu orang dokter gigi keluarga.

b. Praktik berkelompok yaitu praktik dokter gigi keluarga yang diselenggarakan oleh beberapa dokter/dokter gigi keluarga.

Tata cara perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga dilakukan melalui:6

1. Sertifikasi

Sertifikasi adalah pengakuan akan kompetensi yang dimiliki seseorang. Sedangkan sertifikasi kompetensi adalah syarat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus kompetensi. Sertifikasi ini diberikan oleh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dokter gigi keluarga, dalam hal ini adalah Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia (KKGI), organisasi profesi (PDGI) dan Depkes.

2. Registrasi

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter gigi yang telah memiliki kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya. Surat tanda registrasi dokter gigi berlaku selana 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan-persyaratan.

Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter gigi keluarga oleh Konsil Kedokteran Indonesia maka seorang dokter gigi keluarga :


(32)

a) memiliki ijazah dokter gigi dan sertifikat pelatihan dokter gigi keluarga b) mempunyai syarat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter gigi c) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP

d) memiliki sertifikasi kompetensi dokter gigi keluarga

e) membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi

3. Lisensi/surat izin praktik

Lisensi/surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter gigi yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.


(33)

BAB 5

PERANAN DOKTER GIGI KELUARGA DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Upaya kesehatan gigi di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa kurang.3 SKRT 2001 menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif (belum ditangani/untreated) pada penduduk umur 10 tahun ke atas adalah 52,3% dan penduduk yang pernah mengalami karies pada usia ini sebesar 71,20%. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,26, yang berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorang adalah lebih dari lima gigi. Persentase karang gigi dijumpai pada 46,2% penduduk. Performance Treatment Index atau motivasi untuk menumpat gigi yang mengalami karies pada umur 12-18 tahun sangat rendah sekitar 4-5%, sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan (Required Treatment Index) pada usia ini sebesar 72,²%-82,5%..3,15

Data tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan gigi baru ditangani pada kondisi penyakit yang sudah lanjut. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, ketidaktahuan (ignorance), mahalnya biaya, perilaku dokter gigi yang masih bersifat pasif dan cenderung memberikan pelayanan kuratif.3,15

Alasan berobat karena keluhan sakit gigi merupakan pendekatan yang tidak tepat menurunkan angka penyakit dan kelainan gigi dan mulut masyarakat. Sifat dan


(34)

prilaku pasien yang berobat karena alasan sakit gigi tersebut harus diubah menjadi memelihara kesehatan gigi dan mulut yang direalisasikan dalam kerangka pelayanan kedokteran gigi keluarga. Dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga, keluarga diberdayakan dan tidak hanya berperan sebagai objek eliminasi penyakit dan kecacatan, tetapi juga sebagai subyek menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal sehingga mutu pelayanan akan lebih terjamin.3

Kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut keluarga dapat diidentifikasi melalui masalah kesehatan yang paling sering terjadi pada suatu keluarga. Berdasarkan hal ini, maka kompetensi dokter gigi keluarga dapat digambarkan seperti pada Tabel 1.3

Dokter gigi keluarga mengarah kepada the five star doctor yaitu sebagai care provider (pemberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut), decision maker (mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara rasional berdasarkan evidence based dentistry), communicator (ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat pertama), community leader (penggalang peran serta masyarakat) dan manager (koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan keluarganya dengan bekerja sama dengan setiap individu dan institusi).3

Dengan adanya pelayanan kedokteran gigi keluarga, maka berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan kesehatan gigi akan terpenuhi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi akan mudah dilakukan karena dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga tersedia semua jenis pelayanan kedokteran gigi. Selain itu, biaya kesehatan


(35)

Tabel 1. Kompetensi dokter gigi keluarga berdasarkan bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang keluarga dan masalahnya)3

Bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang kelurga dan masalahnya)

Kompetensi yang diperlukan Fase janin:

- tumbuh kembang - gizi dan diet Ibu:

- gangguan hormonal - penyakit gigi dan mulut

- oral hygiene

- prilaku dan motivasi calon ibu Anak-anak:

- masalah klinis pedodonsia - kebiasaan buruk anak - awal masalah oklusi

Bapak:

- penyakit sistemik - penyakit gigi dan mulut - merokok dan stres

- pembiayaan kesehatan keluarga - pengambilan keputusan keluarga Hubungan dokter pasien:

- rasa takut dan cemas - ketidakpuasan - ketidakpercayaan - persepsi biaya mahal Manajemen:

- data kepenyakitan - pembiayaan - data SDM

- data fasilitas dan logistik - pengolahan limbah

Etika dan hukum dalam kedokteran gigi keluarga:

- pelanggaran etik - malpraktik

- pelanggaran perjanjian oleh pihak ke-3

- pelanggaran hukum

- analisis gizi dan diet

- identifikasi faktor-faktor risiko - modifikasi prilaku dan kebiasaan

- perubahan prilaku

- penatalaksanaan pasien anak

- diagnosis dini dan perawatan yang tepat

- identifikasi faktor-faktor risiko - ortodonti untuk diagnosis dini dan

perawatan segera

- intervensi klinik pasien dewasa - kontrol terhadap perokok - manajemen stres

- manajemen faktor risiko

- pengaturan dana kesehatan keluarga - manajemen ketakutan dan cemas - komunikasi dan edukasi

- penataan klinik yang nyaman

- perawatan sesuai standar operasi perawatan

- diagnosis dan perawatan klinik - manajemen data epidemiologis klinis - pembiayaan

- manajemen SDM - manajemen logistik - manajemen limbah

- prinsip dasar etika - hukum kedokteran

- kaitannya dengan undang-undang kedokteran dan lain-lain


(36)

akan lebih terkendali sebab pelayanannya diselenggarakan secara terpadu sehingga kemungkinan terjadinya tumpang tindih pelayanan kedokteran gigi sangat sedikit. Mutu pelayanan juga akan lebih meningkat karena perhatian utama pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah pada klien sebagai manusia seutuhnya dengan pendekatan yang bersifat holistik sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang ditemukan. Dengan demikian, diharapkan derajat kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia akan meningkat.6

Kecenderungan ke depan, peranan dokter gigi keluarga dapat mendorong kemitraan unsur terkait, termasuk masyarakat dan badan usaha di bidang kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu akan memacu pelayanan holistik, komprehensif, pendidikan dan riset, termasuk penyediaan alat kesehatan gigi dan mulut, obat dan komoditas yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.3


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu pendekatan baru dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui pelayanan kesehatan primer yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas dan cost effective yang memusatkan pelayanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan dengan pola pelayanan berlapis melalui sistem rujukan berjenjang yaitu pelayanan darurat, pencegahan, medik gigi dasar dan medik gigi khusus.

Penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga dapat dilakukan dalam bentuk praktik perorangan maupun berkelompok. Untuk menyelenggarakan praktik dokter gigi keluarga, seorang dokter gigi harus memenuhi tata cara perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga yaitu sertifikasi, registrasi dan lisensi.

Dengan adanya penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga maka berbagai kebutuhan dan tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan terpenuhi, pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan mudah dilakukan, biaya kesehatan akan lebih terkendali dan mutu pelayanan akan lebih meningkat.

6.2 Saran

Agar penyelenggaraan pelayanan skedokteran gigi keluarga dapat terlaksana dengan baik, maka disarankan agar dokter gigi berperan serta dalam upaya sosialisasi


(38)

pelayanan kedokteran gigi keluarga sehingga dapat membangkitkan aspirasi pada upaya promotif dan preventif.


(39)

DAFTAR RUJUKAN

1. Susanto GW. Mempersiapkan dokter gigi keluarga. 2002. http://www.suara

merdeka.com/harian/0203/09/ragam4.htm (19 November 2003).

2. Anwar SA. Revitalisasi menuju Indonesia Sehat. 2005. http://www.suara

merdeka.com/harian/0511/12/x_opi.html (02 April 2007).

3. Departemen Kesehatan Indonesia. Kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2005

4. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sistem Kesehatan Nasional, 2005

5. Sampoerno D. Paradigma sehat dan promosi kesehatan di saat kritis. 1998.

2007).

6. Departemen Kesehatan Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2006

7. Friedman MM. Family nursing : theory and practice. Alih Bahasa. Ina Debora, Yoakin Asy. Jakarta : EGC, 1995 : 3-49.

8. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. ed 2. Jakarta : EGC, 1998 : 32-44.

9. Alisjahbana A. Keluarga, kesehatan dan lingkungan keluarga Indonesia dalam transisi?. Dalam Buku : Setiono K, Mahsjur JS, Alisjahbana A. Manusia, kesehatan dan lingkungan. Bandung : Alumni, 1998: 148-73.


(40)

10.Hennen BK. Continuity of care and the family as the unit of care. In : Shires DB, Hennen BK, Rice DI. Family medicine:A guide book for practitioners of the art. New York : McGraw-Hill Book Company, 1987 : 3-23.

11.Fong B, Yuen N. Primary health care and family medicine:Coping with work, demand and expectations. In : Fry J, Yuen N. Principles and practice of primary care and family medicine : Asia-Pacific perspectives. Oxford and New York : Radcliffe Medical Press, 1994 : 92-119.

12.Kuswadji S. Penjaminan mutu praktek dokter keluarga. Jakarta : Widya Medika, 1996 : 1-4.

13.Debnath T. Ashok’s public health and preventive dentistry. 1st ed. New Delhi : AITBS Publishers and Distributors(Regd), 2002 : 1-3

14.Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. ed 1. Medan : Universitas Sumatera Utara Press, 1995 : 4-6.

15.Anonymous. Meneropong penyakit melalui gigi


(1)

Tabel 1. Kompetensi dokter gigi keluarga berdasarkan bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang keluarga dan masalahnya)3

Bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang kelurga dan masalahnya)

Kompetensi yang diperlukan

Fase janin:

- tumbuh kembang - gizi dan diet Ibu:

- gangguan hormonal - penyakit gigi dan mulut - oral hygiene

- prilaku dan motivasi calon ibu Anak-anak:

- masalah klinis pedodonsia - kebiasaan buruk anak - awal masalah oklusi

Bapak:

- penyakit sistemik - penyakit gigi dan mulut - merokok dan stres

- pembiayaan kesehatan keluarga - pengambilan keputusan keluarga Hubungan dokter pasien:

- rasa takut dan cemas - ketidakpuasan - ketidakpercayaan - persepsi biaya mahal Manajemen:

- data kepenyakitan - pembiayaan - data SDM

- data fasilitas dan logistik - pengolahan limbah

Etika dan hukum dalam kedokteran gigi keluarga:

- pelanggaran etik - malpraktik

- pelanggaran perjanjian oleh pihak ke-3

- pelanggaran hukum

- analisis gizi dan diet

- identifikasi faktor-faktor risiko - modifikasi prilaku dan kebiasaan

- perubahan prilaku

- penatalaksanaan pasien anak

- diagnosis dini dan perawatan yang tepat

- identifikasi faktor-faktor risiko - ortodonti untuk diagnosis dini dan

perawatan segera

- intervensi klinik pasien dewasa - kontrol terhadap perokok - manajemen stres

- manajemen faktor risiko

- pengaturan dana kesehatan keluarga - manajemen ketakutan dan cemas - komunikasi dan edukasi

- penataan klinik yang nyaman

- perawatan sesuai standar operasi perawatan

- diagnosis dan perawatan klinik - manajemen data epidemiologis klinis - pembiayaan

- manajemen SDM - manajemen logistik - manajemen limbah

- prinsip dasar etika - hukum kedokteran

- kaitannya dengan undang-undang kedokteran dan lain-lain


(2)

akan lebih terkendali sebab pelayanannya diselenggarakan secara terpadu sehingga kemungkinan terjadinya tumpang tindih pelayanan kedokteran gigi sangat sedikit. Mutu pelayanan juga akan lebih meningkat karena perhatian utama pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah pada klien sebagai manusia seutuhnya dengan pendekatan yang bersifat holistik sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang ditemukan. Dengan demikian, diharapkan derajat kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia akan meningkat.6

Kecenderungan ke depan, peranan dokter gigi keluarga dapat mendorong kemitraan unsur terkait, termasuk masyarakat dan badan usaha di bidang kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu akan memacu pelayanan holistik, komprehensif, pendidikan dan riset, termasuk penyediaan alat kesehatan gigi dan mulut, obat dan komoditas yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.3


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu pendekatan baru dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui pelayanan kesehatan primer yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas dan cost effective yang memusatkan pelayanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan dengan pola pelayanan berlapis melalui sistem rujukan berjenjang yaitu pelayanan darurat, pencegahan, medik gigi dasar dan medik gigi khusus.

Penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga dapat dilakukan dalam bentuk praktik perorangan maupun berkelompok. Untuk menyelenggarakan praktik dokter gigi keluarga, seorang dokter gigi harus memenuhi tata cara perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga yaitu sertifikasi, registrasi dan lisensi.

Dengan adanya penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga maka berbagai kebutuhan dan tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan terpenuhi, pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan mudah dilakukan, biaya kesehatan akan lebih terkendali dan mutu pelayanan akan lebih meningkat.

6.2 Saran

Agar penyelenggaraan pelayanan skedokteran gigi keluarga dapat terlaksana dengan baik, maka disarankan agar dokter gigi berperan serta dalam upaya sosialisasi


(4)

pelayanan kedokteran gigi keluarga sehingga dapat membangkitkan aspirasi pada upaya promotif dan preventif.


(5)

DAFTAR RUJUKAN

1. Susanto GW. Mempersiapkan dokter gigi keluarga. 2002. http://www.suara merdeka.com/harian/0203/09/ragam4.htm (19 November 2003).

2. Anwar SA. Revitalisasi menuju Indonesia Sehat. 2005. http://www.suara merdeka.com/harian/0511/12/x_opi.html (02 April 2007).

3. Departemen Kesehatan Indonesia. Kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2005

4. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sistem Kesehatan Nasional, 2005

5. Sampoerno D. Paradigma sehat dan promosi kesehatan di saat kritis. 1998. 2007).

6. Departemen Kesehatan Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2006

7. Friedman MM. Family nursing : theory and practice. Alih Bahasa. Ina Debora, Yoakin Asy. Jakarta : EGC, 1995 : 3-49.

8. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. ed 2. Jakarta : EGC, 1998 : 32-44.

9. Alisjahbana A. Keluarga, kesehatan dan lingkungan keluarga Indonesia dalam transisi?. Dalam Buku : Setiono K, Mahsjur JS, Alisjahbana A. Manusia, kesehatan dan lingkungan. Bandung : Alumni, 1998: 148-73.


(6)

10.Hennen BK. Continuity of care and the family as the unit of care. In : Shires DB, Hennen BK, Rice DI. Family medicine:A guide book for practitioners of the art. New York : McGraw-Hill Book Company, 1987 : 3-23.

11.Fong B, Yuen N. Primary health care and family medicine:Coping with work, demand and expectations. In : Fry J, Yuen N. Principles and practice of primary care and family medicine : Asia-Pacific perspectives. Oxford and New York : Radcliffe Medical Press, 1994 : 92-119.

12.Kuswadji S. Penjaminan mutu praktek dokter keluarga. Jakarta : Widya Medika, 1996 : 1-4.

13.Debnath T. Ashok’s public health and preventive dentistry. 1st ed. New Delhi : AITBS Publishers and Distributors(Regd), 2002 : 1-3

14.Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. ed 1. Medan : Universitas Sumatera Utara Press, 1995 : 4-6.

15.Anonymous. Meneropong penyakit melalui gigi