Erection dengan Sistem Shoring

4.2 Erection dengan Sistem Shoring

Shoring merupakan sebuah struktur sementara yang digunakan untuk menahan struktur tetap pada posisinya sesuai dengan rencana selama proses konstruksi berlangsung (Gambar 4-1).

Gambar 4-1 Penggunaan Shoring untuk Erection dari Segment Box Girder

4.2.1 Bagian-bagian Shoring

Pada proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi, shoring digunakan sebagai struktur penahan berat sendiri sementara dari segmental box girder. Struktur shoring telah didesain sedemikian rupa agar mampu untuk mengendalikan banana effect selama proses erection berlangsung. Adapun bagian-bagian dari shoring adalah sebagai berikut (Gambar 4-2).

Gambar 4-2 Bagian-bagian dari Shoring

a. Slipper Beton

Fungsi dari slipper beton adalah untuk menyalurkan beban yang ditanggung shoring system ke tanah. Beban yang disalurkan slipper beton ini tidak boleh melebihi daya dukung yang dimiliki oleh tanah. Slipper beton memiliki dimensi sebesar 400x8000x4000 mm (Gambar 4-3).

Gambar 4-3 Ilustrasi Slipper Beton Gambar 4-3 Ilustrasi Slipper Beton

Sebagai dudukan dari jack, bottom beam ini dibuat menyatu dengan slipper beton dengan cara dicor (Gambar 4-4).

Gambar 4-4 Ilustrasi Bottom Frame

c. Jack

Sebagai dudukan dari tower system dan untuk mengatur ketinggian dari shoring system agar sesuai dengan rencana (Gambar 4-5).

Gambar 4-5 Foto Jack dari Shoring Tower

d. Tower System

Tower system merupakan bagian dari sistem shoring yang digunakan untuk menopang bagian-bagian di atasnya seperti long beam, transverse beam dan screw jack sehingga mampu untuk menahan segmental box girder sesuai dengan elevasi rencana. Selain itu, tower system juga berfungsi untuk menyalurkan beban dari segment box girder ke slipper beton (Gambar 4-6).

Gambar 4-6 Ilustrasi Tower System

e. Extension Unit

Merupakan bagian tambahan yang berfungsi untuk menambah ketinggian dari tower system (Gambar 4-7).

Gambar 4-7 Ilustrasi Extension Unit

f. Rotation Block

Rotation block merupakan bagian yang berfungsi untuk menopang long beam serta merupakan bagian yang dapat membuat long beam mengikuti alinyemen horizontal yang telah ditentukan (Gambar 4-8).

Gambar 4-8 Ilustrasi Rotation Block Gambar 4-8 Ilustrasi Rotation Block

Longitudinal beam (long beam) merupakan sebuah balok baja profil IWF yang berfungsi sebagai tempat dudukan dari transverse beam dan screw jack. Dalam satu long beam digunakan untuk menopang 2-2,5 bagian dari segment box girder . Long beam memiliki beberapa varian dimensi panjang, antara lain 12 m, 10 m, 9 m, 8 m, 7 m, dan 4 m (Gambar 4-9).

Gambar 4-9 Ilustrasi Longitudinal Beam

h. Transverse Beam

Transverse beam merupakan balok melintang di bawah shimming block dan screw jack . Transverse beam berguna untuk menyalurkan beban ke long beam serta berperan sebagai pengaku antar dua long beam (Gambar 4-10).

Gambar 4-10 Ilusrasi Transverse Beam

i. Shimming Block

Digunakan untuk membantu meninggikan letak dari screw jack apabila elevasi dari screw jack belum sesuai dengan rencana. Shimming block tersedia dengan tinggi yang bervariasi antara lain, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm, dan 35 cm (Gambar 4-11).

Gambar 4-11 Ilustrasi Shimming Block

j. Screw Jack

Jack yang berfungsi untuk menopang berat dari segment box girder. Screw jack dapat pula diatur sesuai dengan gradien rencana segment box girder (Gambar 4-12).

Gambar 4-12 Foto Screw Jack sebelum Dibebani Segment Box Girder

4.2.2 Perakitan Shoring

Sebelum dilaksanakan erection dengan sistem shoring, shoring perlu dirakit sesuai dengan keperluan dan memiliki elevasi yang sesuai dengan rencana. Perakitan dilakukan secara berbeda setiap spannya mengingat elevasi shoring tiap span berbeda pula tiap span. Adapun tahapan-tahapan perakitan shoring dapat dilihat pada bagan alir berikut (Gambar 4-13).

Start

Data Geometri Control

Land Preparation

Install & Setting Slipper

Install & Setting Shoring Tower

Install Rotation Block

Install Long Beam

Install Transverse Beam

Install Shimming Block

Install Screw Jack

Finish

Gambar 4-13 Bagan Alir Perakitan Shoring System

Gambar 4-14 Pelaksanaan Pemadatan Tanah sebelum Dibebani Shoring

Gambar 4-15 Pelaksanaan Pengecoran Slipper Beton

Gambar 4-16 Pemasangan Shoring Tower

Gambar 4-17 Pemasangan Long Beam

Gambar 4-18 Pemasangan Transverse Beam

Gambar 4-19 Pemasangan Screw Jack

4.2.3 Erection dari Segment Box Girder

Setelah tahapan perakitan shoring selesai dilaksanakan, segment box girder dapat di-erection ke atas shoring tersebut. Erection dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama, segment box girder hanya diletakkan di atas sistem shoring (belum memiliki gradien transversal maupun longitudinal). Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek daya dukung tanah terhadap beban yang diterimanya. Sedangkan tahap kedua merupakan tahap penyesuaian segment box girder agar sesuai dengan gradien rencana baik gradien transversal maupun gradien longitudinal. Adapun tahapan-tahapan erection dari segment box girder menggunakan sistem shoring dapat digambarkan pada bagan alir di bawah ini (Gambar 4-20).

A P erbaiki

Start

Temporary Prestressed

NO

Cek letak

screw jack

YES

Stressing per span

Erection Segment Box Girder

(erection tahap 1)

Perbaiki Grouting & release shoring

Erection tahap 2 & tilting segment

box girder

Perbaiki

NO

Cek geometri

YES

Perekatan segmen dengan epoxy

. Gambar 4-20 Bagan Alir Erection with Shoring System

Gambar 4-21 Erection dari Segment Box Girder

Gambar 4-22 Erection with Shoring System Stage 1

Gambar 4-23 Tilting Segment Box Girder sesuai Geometri Rencana

Gambar 4-24 Erection Geometry Control

Gambar 4-25 Perekatan Segmen dengan Epoxy

Gambar 4-26 Pelaksanaan Temporary Stressing

Gambar 4-27 Pelaksanaan Permanent Stressing

Gambar 4-28 Hasil Grouting

Gambar 4-29 Release Shoring untuk Digunakan di Span Selanjutnya