LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE KERJA PEMAS

HALAMAN JUDUL LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE KERJA PEMASANGAN BOX GIRDER PADA PROYEK PENGEMBANGAN SIMPANG SUSUN SEMANGGI

Diajukan Untuk Memenuhi Kurikulum Tingkat Sarjana S1 Departemen Teknik

Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh: YOGIE ANDRIANTO HANDOYO

13 / 349410 / TK / 41105

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan Kerja Praktik ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademis dalam mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah menerima bantuan, petunjuk, bimbingan maupun saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Orang tua penulis atas dukungan sehingga penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan laporan ini

2. Dr. –Ing. Ir. Djoko Sulistyo, selaku dosen pembimbing kerja praktik yang telah memberikan arahan dan petunjuk selama masa pelaksanaan kerja praktik.

3. Dani Widiatmoko, selaku pembimbing lapangan dari PT Wijaya Karya (Persero) tbk. yang telah memberikan arahan dan petunjuk selama masa pelaksanaan kerja praktik berlangsung

4. Ida Ayu Fara Febrina atas semangat yang telah ditularkan baik secara lisan maupun melalui tulisan

5. Semua pihak di lokasi proyek atas semua bimbingan dan ilmunya serta atas keramahannya

6. Pihak-pihak lain yang telah membantu kelancaran dalam proses pelaksanaan kerja praktik maupun penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan

ini sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2017

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran mahasiswa tidaklah hanya di dalam kelas. Proses pembelajaran dapat pula dilakukan melalui kegiatan observasi di lapangan. Oleh karena itu, Program Studi Strata Satu Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, mensyaratkan mahasiswanya untuk menempuh kerja praktik.

Dengan beban studi sebanyak 2 sks, kerja praktik diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman tentang aplikasi ilmu ketekniksipilan dalam kondisi nyata bagi mahasiswa. Dalam pelaksanaannya, kerja praktik ini dilakukan dengan observasi dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan di lingkungan kerja perusahaan atau proyek.

Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi merupakan salah satu proyek pembangunan jembatan baru yang menghubungkan ruas Jalan Jenderal Sudirman dan ruas Jalan Gatot Subroto dalam rangka penguraian kemacetan yang sering terjadi di Jembatan Semanggi saat ini. Nantinya para pengendara mobil dari arah Cawang dapat langsung belok di Semanggi menuju arah Bundaran HI dan dari arah Slipi dapat langsung belok di Semanggi apabila ingin menuju ke arah Blok M. Pada pelaksanaan proyek ini digunakan segmental box girder precast yang kemudian di-stressing (Gambar 2.1; Lampiran 1).

Dikarenakan geometri jalan yang memiliki kelengkungan vertikal dan horizontal, akan timbul momen torsi akibat dari beban berat sendiri segmental box girder tersebut. Momen torsi ini selanjutnya disebut sebagai “banana effect”. Pengendalian banana effect ini ditangani secara berbeda tergantung lokasi span jembatan berada. Untuk span jembatan yang minim gangguan lalu lintas digunakan sistem shoring untuk pelaksanaan pemasangan (erection) segment box girder , sedangkan untuk area yang melintang di atas jalan raya, digunakan metode erection sistem semi-balanced cantilever dengan menggunakan sistem lifter sehingga tidak mengganggu lalu lintas di bawahnya.

Metode erection sistem semi-balanced cantilever sendiri ialah metode erection dengan menyiapkan counter-weight span terlebih dahulu sebelum digunakan sistem lifter.

1.2 Tujuan Kerja Praktik

a. Mempelajari penerapan ilmu tentang struktur jembatan yang diperoleh di kampus dalam praktik di lapangan;

b. Mempelajari metode kerja pada suatu konstruksi jembatan, khususnya pada pelaksanaan pemasangan segment box girder dengan menggunakan sistem shoring maupun sistem lifter;

c. Mempelajari permasalahan-permasalahan yang timbul pada pelaksanaan konstruksi.

1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktik

Batasan masalah dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini ditentukan sebagai berikut:

a. Laporan kerja praktik hanya berdasarkan pengamatan mahasiswa secara visual mengenai proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi;

b. Permasalahan yang ditinjau dalam laporan ini hanya mengenai metode kerja pemasangan segment box girder menggunakan sistem shoring maupun menggunakan sistem lifter;

c. Dalam menghitung kekuatan shoring tower, luas penampang hanya berdasarkan luas penampang bruto.

1.4 Manfaat Kerja Praktik

a. Mampu menjelaskan tahapan dalam pelaksanaan konstruksi flyover;

b. Mampu menjelaskan tentang metode kerja pemasangan segment box girder dengan menggunakan sistem shoring maupun sistem lifter;

c. Mampu menjelaskan penanganan yang digunakan terhadap masalah yang timbul pada pelaksanaan konstruksi jembatan.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Waktu : 19 Desember 2016 s/d. 27 Januari 2017 Tempat : Kantor Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

BAB 2 ORGANISASI PROYEK

2.1 Deskripsi Proyek

Simpang Susun Semanggi merupakan salah satu contoh dari persimpangan tidak sebidang yang ada di Indonesia. Sejak tahun 1962, simpang susun Semanggi dianggap telah mampu mengatasi kemacetan Jalan Jenderal Gatot Subroto yang berada melintang di atas Jalan Jenderal Sudirman. Namun seiring dengan berjalannya waktu, volume lalu lintas yang melintas simpang susun ini terus bertambah sehingga menyebabkan kemacetan parah pada jam-jam puncak terutama di bagian jalan melingkar yang memiliki lebar lebih sempit dibandingkan jalan utama.

Hal ini mendorong pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk melakukan pengembangan terhadap simpang susun Semanggi guna meningkatkan kembali daya dukung Simpang Susun Semanggi dalam menangani kemacetan di Ibukota. Dengan adanya Peraturan Gubernur Nomor 175 tahun 2015 tentang Pengenaan Kompensasi Terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan, pemerintah provinsi DKI Jakarta menyerahkan proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi ini kepada PT. Mitra Panca Persada sebagai kompensasi atas pengajuan izin penambahan koefisien lantai bangunan gedung Wisma Sudirman, miliknya, yang mana kemudian PT. Mitra Panca Persada menyerahkan pelaksanaan proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Pengembangan yang dimaksud adalah berupa pembangunan ramp baru dari arah Grogol menuju Blok M dan dari arah Cawang menuju Thamrin. Sehingga nantinya pengendara dari arah Grogol dapat langsung belok di Semanggi menuju Blok M dan pengendara dari arah Cawang dapat langsung menuju Thamrin tanpa melalui kolong Jembatan Semanggi seperti saat ini. Selain itu juga, dilakukan pergeseran dan pelebaran loop akibat adanya pembangunan ramp tersebut.

Gambar 2-1 Layout Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

2.1.1 Informasi Proyek

Nama Proyek : Pengembangan Simpang Susun Semanggi Lokasi Proyek

: Jl. Gatot Subroto / Jl. Jenderal Sudirman

Jakarta Selatan

Sistem Kontrak : Lump Sum Fixed Price – Design and Build Waktu Total

: 540 Hari Kalender

 Waktu

: 60 Hari Kalender

Perencanaan  Waktu

: 480 Hari Kalender

Pelaksanaan Masa Pemeliharaan

: 365 Hari Kalender

Pemberi Kerja

: PT. Mitra Panca Persada

Penerima Aset : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi

DKI Jakarta

Nilai Kontrak : Rp 345.067.000.000 (Termasuk PPN) Sistem Pembayaran

: Monthly Progress

2.1.2 Data Teknis Proyek

Berikut adalah data-data teknis (Tabel 2-1) dari Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi:

Tabel 2-1 Data Teknis Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Panjang Total 796 m

826 m

Tinggi Pier Minimal 6,30 m

6,90 m

Tinggi Pier Maksimal 13,43 m (P6) 12,55 m (P6) Bentang Terpendek

38 m

29 m

Bentang Terpanjang

80 m

80 m

Lebar Jalan

8 m/jalur

8 m/jalur

Jenis Girder Segmental Box Girder Segmental Box Girder Jenis Fondasi

Bore Pile (Ø 1,2 m; 0,8 m; 0,6 m) Bore Pile (Ø 1,2 m; 0,8 m; 0,6 m) Kedalaman Fondasi

± 30 m & ± 20 m ± 30 m & ± 20 m Perkerasan Jalan

Surfacing by Asphalt Concrete Surfacing by Asphalt Concrete

2.1.3 Data Struktur

Berikut disajikan data-data struktur dari Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi (Gambar 2-2; Gambar 2-3; Gambar 2-4; Gambar 2-5; Tabel 2-2; Tabel 2-3), untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 2-2 Layout Ramp 1 Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Gambar 2-3 Potongan Memanjang Ramp 1

Tabel 2-2 Detail Ramp 1 Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Konfigurasi Panjang

Gradien Bentang

A1a-A1

30 +4% A1-P1

Slab on Pile

Precast Slab

38 +4% P1-P2

Box Precast

Shoring

64 0% > 5.2 m P2-P3

Box Precast

Lifting Frame

52 +4% P3-P4

Box Precast

Shoring

40 +4% P4-P5

Box Precast

Shoring

40 +4% P5-P6

Box Precast

Shoring

60 +4% P6-P7

Box Precast

Shoring

80 0% > 5.2 m P7-P8

Box Precast

Lifting Frame

57.3 -6% P8-A2

Box Precast

Shoring

42.7 -6% A2-A2a

Box Precast

Shoring

Slab on Pile

Precast Slab

30 -6%

Gambar 2-4 Layout Ramp 2 Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Gambar 2-5 Potongan Memanjang Ramp 2

Tabel 2-3 Detail Ramp 2 Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Konfigurasi Panjang

Gradien Vertical Bentang

A1a-A1

22.5 +4% A1-P1

Slab on Pile

Precast Slab

38 +4% P1-P2

Box Precast

Shoring

64 0% > 5.2 m P2-P3

Box Precast

Lifting Frame

50.5 +4% P3-P4

Box Precast

Shoring

37 +4% P4-P5

Box Precast

Shoring

37 +4% P5-P6

Box Precast

Shoring

58.5 +4% P6-P7

Box Precast

Shoring

80 0% > 5.2 m P7-P8

Box Precast

Lifting Frame

60 -6% P8-P9

Box Precast

Shoring

40 -6% P9-A2

Box Precast

Shoring

29 -6% A2-A2a

Box Precast

Shoring

Slab on Pile

Precast Slab

30 -6%

a. Beton

Tabel 2-4 Mutu Beton Jembatan Box Precast

No.

Elemen Struktur

fc’ (MPa)

1. Segmental Box Girder

4. Bore pile

5. Pile cap

Tabel 2-5 Mutu Beton Jembatan Slab on Pile

No.

Elemen Struktur

fc’ (MPa)

1. Pelat Dek

2. Pelat Injak

4. Capping Beam

5. Bore Pile

Tabel 2-6 Tebal Selimut Beton

No.

Elemen Struktur

Tebal (mm)

1. Dek & Plat

4. Abutment (Menyentuh Tanah)

5. Abutment (Eksterior)

6. Dasar Pile cap

7. Bagian lain dari Pile cap 7. Bagian lain dari Pile cap

Adapun mutu baja tulangan beton pada desain Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi (Tabel 2-7; Tabel 2-8) adalah sebagai berikut:

Tabel 2-7 Mutu Baja Tulangan

Modulus longitudinal (E)

MPa Poisson ratio ( ν)

0.3 Modulus geser (G)

MPa Koefisien muai suhu

1/ ˚C Berat jenis

1.2x10 -5

78.5 kN/m 3 Kuat tarik leleh, f sy (BJTS40, Ø > 13 mm)

MPa

Tabel 2-8 Daftar Kriteria Penulangan

Kriteria Penulangan

Nilai

Panjang penyaluran 40D Panjang tumpangan untuk tekan

20D Panjang tumpangan untuk tarik atau area yang di-stressing

40D Panjang tumpangan untuk sengkang tertutup

20D

c. Strand Prestresss dan Tendon

Adapun mutu baja prategang minimum (Tabel 2-9; Tabel 2-10) mengikuti ASTM A416-85 Grade 270 adalah sebagai berikut:

Tabel 2-9 Mutu Strand Prestress Diameter 0,5"

Tipe 7 wires low relaxation steel Diameter nominal

12.7 mm Luas nominal

98.7 mm 2 Massa nominal

kg/m Modulus elastisitas

MPa Kuat tarik ultimit, fpu

MPa Kuat tarik leleh, fpy

MPa Minimal breaking load, Pn

kN Relaksasi maksimum setelah 1000 jam

Tabel 2-10 Mutu Strand Prestress Diameter 0,6"

Tipe 7 wires low relaxation steel Diameter nominal

15.2 mm Luas nominal

mm 2 Massa nominal

1.10 kg/m Modulus elastisitas

MPa Kuat tarik ultimit, fpu

MPa Kuat tarik leleh, fpy

MPa Minimal breaking load, Pn

kN Relaksasi maksimum setelah 1000 jam

Pada proyek ini digunakan dua tipe Lead Rubber Bearing (LRB) yaitu LRB720x151G1 (Tabel 2-11) dan LRB770x153G1 (Tabel 2-12). Adapun data teknis dari masing-masing tipe adalah sebagai berikut:

Tabel 2-11 Data Teknis LRB720x151G1

Vertical Load

4000 kN

Max. Displacement

± 188 mm

Shear Strain at

Equivalent Damping

Horizontal Stiffness

8,02 kN/mm

First Branch Stiffness, K1

12,4 kN/mm

Second Branch Stiffness, K2

1,9 kN/mm

Characteristics Force, Qd

Tabel 2-12 Data Teknis LRB770x153G1

Vertical Load

6000 kN

Max. Displacement

± 180 mm

Shear Strain at

Equivalent Damping

Horizontal Stiffness

8,08 kN/mm

First Branch Stiffness, K1

11,2 kN/mm

Second Branch Stiffness, K2

1,7 kN/mm

Characteristics Force, Qd

e. Perkerasan Jalan

Pada pekerjaan perkerasan jalan, proyek ini memiliki kriteria untuk masing-masing itemnya seperti; agregat kasar (Tabel 2-13), agregat halus (Tabel 2-14) dan aspal (Tabel 2-16) sendiri.

Tabel 2-13 Kriteria Agregat Kasar

Kekekalan bentuk agregat terhadap

Maks 12% larutan natrium dan magnesium sulfat Abrasi

SNI 3407:2008

Campuran AC Maks 30% dengan mesin bergradasi kasar Los Angeles

Semua jenis campuran

Maks 40% aspal bergradasi lainnya

SNI 2417:2008

Kelekatan agregat terhadap aspal

Min 95% Angularitas (Kedalaman dari permukaan

SNI 2439:2011

95/90 <10 cm)

DoT’s Pennsylvania Test Angularitas (Kedalaman dari permukaan

80/75 ≥ 10 cm

Method, PTM No.621

Partikel Pipih dan Lonjong

ASTM D4791

Maks 10%

Perbandingan 1:5

Material lolos ayakan No.200

SNI 03-4142-1996

Maks 1%

Tabel 2-14 Kriteria Agregat Halus

Min 60% Kadar Lempung

Nilai Setara Pasir

SNI 03-4428-1997

Maks 1% Angularitas (Kedalaman dari permukaan

SNI 3424:2008

Min 45 <10 cm)

SNI 03-6877-2002

Angularitas (Kedalaman dari permukaan Min 40 ≥10 cm)

Tabel 2-15 Presentase Agregat Lolos Saringan

Ukuran % berat Yang Lolos terhadap total agregat dalam campuran Ayakan

Gradasi Kasar WC

Gradasi Halus

BC Base

WC

BC Base

90-100 73-90 12.5 90-100

71-90 55-76 9.5 72-90

58-80 45-66 4.75 54-69

37-56 28-39.5 2.36 39.1-53

23-34.6 19-26.8 1.18 31.6-40

15-22.3 12-18.1 0.6 23.1-30

10-16.7 7-13.6 0.3 15.5-22

7-13.7 5-11.4 0.15 9-15

5-11 4.5-9 0.075

4-8 3-7 Catatan: Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari biasanya seperti pada daerah pegunungan, gerbang tol atau pada dekat lampu lalu lintas

Tabel 2-16 Kriteria Aspal yang Digunakan

Jenis Pengujian

Metode Pengujian

Tipe I Aspal Pen. 60-70

Penetrasi pada 25°C (0.1

SNI 06-2456-1991

60-70

mm) Viskositas 135°C (cSt)

AASHTO T201-03

Titik Lembek (°C)

SNI 06-2434-1991

Indeks Penetrasi

≥ -1.0

Daktilitas pada 25°C, (cm)

SNI-06-2432-1991

Titik Nyala (°C)

SNI-06-2433-1991

Kelarutan dalam

AASHTO T44-03

Trichloroethylene Berat Jenis

SNI 06-2441-1991

Stabilitas penyimpanan (°C)

ASTM D 5967 part 6.1

Tabel 2-17 Kriteria Pengujian Residu Hasil TFOT (SNI 06-244-1991) atau

RTFOT (SNI 03-6835-2002)

Jenis Pengujian

Metode Pengujian

Tipe I Aspal Pen 60/70

Berat yang hilang (%)

SNI 06-2441-1991

Penetrasi pada 25 ⁰C (%)

SNI 06-2456-1991

Indeks Penetrasi

≥ -1.0

Keelastisan Setelah

AASHTO T 301-98

Pengembalian (%) Daktilitas pada 25°C (cm)

SNI 06-2432-1991

Partikel yang lebih halus

dari 150 micron (μm) (%)

2.2 Bentuk dan Struktur Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan sebuah proyek diperlukan adanya suatu organisasi yang merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan suatu proyek. Organisasi dalam arti badan dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja orang yang bekerja sama dalam suatu kelompok-kelompok kerja yang saling terkait, bertanggung jawab dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok-kelompok kerja tersebut terdiri atas; pemberi tugas, konsultan perencana, kontraktor pelaksana, konsultan pengawas/konsultan manajemen konstruksi (MK). Unsur-unsur pelaksana yang terlibat dalam proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2-6 Struktur Organisasi Proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi

Berbagai unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing- masing, berikut merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing- masing unsur-unsur tersebut.

1. Pemberi Tugas Pemberi tugas adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki proyek dan menyediakan dana guna merealisasikan proyek tersebut. Pada proyek ini, yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah PT Mitra Panca Persada. Tugas dan wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut:

a. Membayar sejumlah biaya perencanaan dan pelaksanaan proyek sesuai dengan nilai kontrak yang telah disetujui;

b. Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai target pekerjaan sesuai rencana baik dari segi mutu, biaya maupun waktu;

c. Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang memuat tentang tugas dan kewajiban sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan;

d. Menandatangani surat perintah kerja dan dokumen penting lainnya;

e. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan;

f. Menerima hasil pekerjaan dari kontraktor sebagai pelaksana proyek

2. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bertindak sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Arkonin, tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan lengkap, meliputi gambar detail, rencana kerja dan syarat (RKS), detail perhitungan struktur, hingga perencanaan anggaran biaya;

b. Penyiapan dokumen lelang;

c. Membantu penjelasan rencana proyek serta membuat berita acara penjelasan dalam pelelangan proyek;

d. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas dalam pengambilan keputusan terkait perubahan pekerjaan; d. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas dalam pengambilan keputusan terkait perubahan pekerjaan;

3. Konsultan Pengawas/MK Konsultan pengawas merupakan badan yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proyek pembangunan. Konsultan pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan perencana dalam suatu proyek. Dalam proyek ini, PT Bina Karya (Persero) berperan sebagai konsultan pengawas dan memiliki tugas serta wewenang sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk, dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang telah dikerjakan;

b. Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana untuk meminta dana kepada pemberi tugas guna membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya;

c. Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-gambar teknis;

d. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek kepada pemberi tugas.

4. Kontraktor Pelaksana Kontraktor pelaksana merupakan sebuah badan yang diberikan tugas oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur pelelangan maupun penunjukan langsung. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh pihak terkait. Dalam proyek ini, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bertindak sebagai kontraktor pelaksana yang memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat dan peraturan yang tertuang dalam dokumen kontrak;

b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan; b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan;

d. Melakukan perbaikan atas kerusakan dan/atau kekurangan pekerjaan yang diakibatkan oleh kesalahan pihak pelaksana proyek tanpa biaya tambahan;

e. Membuat dokumen tagihan bulanan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah disetujui dan dilaksanakan di lapangan;

f. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada owner setelah proyek benar-benar selesai dan disetujui oleh semua pihak.

Dalam pekerjaannya, pihak kontraktor pelaksana dapat meminta bantuan kepada sub kontraktor sesuai perjanjian antar pihak pelaksana dan sub kontraktor terkait.

2.3 Hubungan Kerja antar Unsur Pelaksana

Dalam penyelenggaraan pelaksanaan suatu bangunan, semua unsur pelaksana harus mengikuti dan berpedoman pada ketentuan, persyaratan dan peraturan yang telah disepakati baik dari segi teknis maupun administratif. Selain itu pula semua unsur harus mempunyai arahan maupun koordinasi dengan unsur pelaksana lainnya dalam suatu proyek. Pada proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi, unsur-unsur pelaksana proyek serta hubungan antar unsur tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 2.7).

Gambar 2-7 Skema Koordinasi antar Unsur Pelaksana Proyek

Berbagai unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing- masing, berikut merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing- masing unsur-unsur tersebut.

1. General Superintendent dan Deputy General Superintendent General Superintendent adalah penanggung jawab utama dalam hal menjamin bahwa setiap persyaratan yang ditetapkan dalam “project quality plan” yang mungkin diisyaratkan sesuai dengan syarat-syarat mutu untuk proyek. Tugas General Superintendent yaitu:

a. Mengkoordinasi seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan

b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai

c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan mutlak

d. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Sedangkan tugas dari Deputy General Superintendent yaitu:

a. Bertanggung jawab kepada General Superintendent a. Bertanggung jawab kepada General Superintendent

c. Membantu General Superintendent dalam mengkoordinasi pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai

2. Tim Ahli Tim Ahli merupakan institusi independen yang direkrut oleh kontraktor pelaksana untuk membantu melaksanakan pekerjaan kontraktor. Dalam proyek ini yang bertindak sebagai Tim Ahli Perencana (designer) adalah PT Cipta Graha Abadi. Tugas dari designer dalam proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi antara lain:

a. Penyusunan basic design dan melakukan perhitungan teknis untuk keperluan tender

b. Penyusunan Detail Engineering Design (DED) pada saat pelaksanaan proyek

c. Supervisi pada saat pelaksanaan atas desain dan menerbitkan justifikasi teknis terkait dengan perubahan struktural Selain itu terdapat pula YWL Engineering Pte. Ltd. pada Tim Ahli yang berperan sebagai Independent Proof Checker (IPC) dan Construction Engineering Service (CES) dan bertanggung jawab atas,

a. Advisor pada tahap penyiapan basic design terkait dengan evaluasi atas metode kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek

b. Independent Proof Checker (IPC) untuk Detail Engineering Design (DED) dari konsultan perencana

c. Contruction Engineering Service (CES) dan geometry control untuk fabrikasi dan pemasangan segmen

d. Supervisi untuk fabrikasi segmen, lifter dan segment moulding

e. Perencana temporary works untuk bagian jembatan yang melengkung.

3. Manajer Teknik & QA/QC Manajer Teknik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam serangkaian gambar-gambar teknis dan metode pelaksanaan yang 3. Manajer Teknik & QA/QC Manajer Teknik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam serangkaian gambar-gambar teknis dan metode pelaksanaan yang

a. Staf Teknik

b. Staf Quality Assurance

c. Staf Quality Control

d. Surveyor

e. Drafter

4. Manajer Komersial Manajer komersial merupakan orang yang menyiapkan rencana kebutuhan sumber daya dan jadwal kegiatan konstruksi, menetapkan target kegiatan konstruksi, melaksanakan pengukuran kinerja biaya dan waktu serta mengevaluasi biaya dan waktu pengerjaan suatu proyek. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Komersial dibantu orang-orang diposisi seperti:

a. Quantinty Engineer

b. Estimator

c. Staf komersial

5. Manajer Pengadaan dan Peralatan Manajer Pengadaan dan Peralatan bertanggungjawab langsung kepada pimpinan di dalam menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan peralatan untuk proyek. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Pengadaan dan Peralatan dibantu orang-orang diposisi seperti:

a. Gudang/Logistik

b. Staf Pengadaan

6. Manajer Administrasi dan Keuangan Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang administrasi dan keuangan proyek dengan berbagai macam tugasnya. Peran administrasi proyek dimulai dari masa persiapan pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan kontrak kerja. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Administrasi dan Keuangan dibantu orang-orang diposisi seperti: 6. Manajer Administrasi dan Keuangan Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang administrasi dan keuangan proyek dengan berbagai macam tugasnya. Peran administrasi proyek dimulai dari masa persiapan pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan kontrak kerja. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Administrasi dan Keuangan dibantu orang-orang diposisi seperti:

b. Akuntansi

c. Sekretaris

d. Staf personalia

e. Keamanan

f. Umum

7. Manajer K3L Manajer K3L bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) di lingkungan proyek seperti alat-alat perlengkapan dasar dapat berfungsi sebagaimana yang dibutuhkan ketika ada benda-benda yang terjatuh. Selain itu Manajer K3L juga bertugas untuk mempersiapkan lingkungan kerja yang aman dan memberikan briefing kepada pembantu pelaksana, mandor, dan subkontraktor. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer K3L dibantu oleh orang-orang diposisi seperti:

a. Safety Officer

b. Safety Man

8. Manajer Konstruksi Manajer Konstruksi berperan dalam pencapaian tujuan proyek dengan melakukan apa yang menjadi tahapan-tahapan proses project management. Tahapan-tahapan itu antara lain yaitu:

a. Pengendalian Waktu

b. Pengendalian Biaya

c. Pengendalian Mutu Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Konstruksi dibantu oleh orang- orang diposisi seperti:

a. Pelaksana Pekerjaan Tanah

b. Pelaksana Pekerjaan Struktur

c. Pelaksana Perkerasan Jalan

d. Pelaksana Perlengkapan Jalan

e. Administrasi Lapangan

BAB 3 LINGKUP PEKERJAAN PROYEK

3.1 Standar Desain

Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan sebuah acuan yang dipakai untuk menentukan sebuah standar minimum kualitas yang diharapkan dapat menjadi patokan agar mutu dari hasil proyek tersebut terjamin kualitasnya. Adapun standar desain yang digunakan dalam proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi adalah sebagai berikut:  Bridge Design Manual (BMS), Desember 1992  Pembebanan untuk Jembatan SNI-1725:2016  Perencanaan Jembatan terhadap Beban Gempa SNI-2833:2016  Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan SNI-12-2004  AASHTO LRFD Bridge Design Specification, 6 th Edition , 2012  Building Code Requirements for Structural Concrete, ACI 318M-08  Guide Specification for Designs and Construction of Segmental Concrete

Bridges, 1989  ATC Report ATC-32, Redwood City, California, 1996  CEB-FIP Model Code for Creep and Shrinkage, 1992

3.2 Unsur-unsur Kegiatan Proyek

Lingkup pekerjaan proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi meliputi pelaksanaan pekerjaan jalan dan/atau jembatan (termasuk pekerjaan pendukungnya). Secara garis besar pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

3.2.1 Pekerjaan Utama

Pada proyek ini pekerjaan utama akan diterapkan pada ruas jalan termasuk pekerjaan jembatan minor yang pengembalian kondisinya telah selesai dan dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi jalan termasuk jembatan minor ke kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya. Pekerjaan utama juga Pada proyek ini pekerjaan utama akan diterapkan pada ruas jalan termasuk pekerjaan jembatan minor yang pengembalian kondisinya telah selesai dan dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi jalan termasuk jembatan minor ke kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya. Pekerjaan utama juga

3.2.2 Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Minor

Pekerjaan pengembalian kondisi dimaksudkan untuk mengembalikan jalan lama dan jembatan minor yang ada ke suatu kondisi yang dapat digunakan, konsisten dengan kebutuhan normal untuk jalan dan/atau jembatan menurut jenisnya.

3.2.3 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pekerjaan pemeliharaan rutin meliputi pekerjaan yang bersifat untuk mencegah setiap kerusakan jalan dan/atau jembatan lebih lanjut namun tidak dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi jalan dan/atau jembatan ke kondisi semula atau ke kondisi yang lebih baik dari semula.

3.3 Penjabaran Unsur-unsur Kegiatan Proyek

Namun untuk laporan kerja praktik ini, pekerjaan hanya dibatasi kepada pekerjaan struktur jembatan baru. Di dalam pekerjaan struktur jembatan sendiri terdapat beberapa unsur pekerjaan. Berikut adalah unsur-unsur kegiatan pekerjaan struktur jembatan baru tersebut:

a. Pekerjaan Bore Pile

b. Pekerjaan Pile Cap

c. Pekerjaan Pier

d. Pekerjaan Lead Rubber Bearing

e. Pekerjaan Pemasangan (Erection) Segment Box Girder

f. Pekerjaan Parapet

g. Pekerjaan Perkerasan

3.3.1 Pekerjaan Bore Pile

Fondasi bore pile merupakan salah satu jenis fondasi dalam yang berbentuk tabung yang berfungsi untuk meneruskan beban bangunan ke dalam permukaan tanah di bawahnya.

a. Spesifikasi Teknis

Di dalam pelaksanaannya pekerjaan bore pile membutuhkan beberapa parameter seperti data survei, data investigasi tanah, perhitungan teknis, pengamatan visual, posisi elevasi, daya dukung dan keutuhannya. Selain itu juga terdapat syarat mutu yang harus dipenuhi, dalam proyek itu syarat mutunya berupa Pile Integrity Tester, Pile Driving Analyzer dan memiliki mutu beton K-350. Pada pengerjaan fondasi dari jembatan digunakan metode kerja wash boring pile.

b. Metode Pelaksanaan

Pada pelaksanaan pekerjaan bore pile digunakan metode wash boring pile. Metode ini merupakan salah satu teknik pengerjaan bore pile dengan menggunakan teknik pengeboran basah, yang lebih praktis dikarenakan perpindahan alat tidak diperlukan seperti metode bore pile konvensional pada umumnya. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Penentuan titik lokasi pengeboran oleh surveyor (Gambar 3-1).

Gambar 3-1 Stacking dan Marking Lokasi Pengecoran

2. Pekerjaan instalasi alat wash boring bersamaan dengan pembuatan bak sirkulasi. Bak ini berfungsi untuk menampung lumpur hasil pengeboran serta sirkulasi air untuk pengeboran (Gambar 3-2; Gambar 3-3).

Gambar 3-2 Mesin Bore Pile untuk Wash Boring

Gambar 3-3 Pelaksanaan Pembuatan Bak Sirkulasi

3. Setelah pemasangan alat wash boring perlu diperiksa kelurusan vertikalnya. Setelah itu dilakukan pemasangan temporary casing. Temporary casing ini dipasang untuk melindungi bagian dinding galian agar tidak terjadi keruntuhan (Gambar 3-4)

Gambar 3-4 Pemasangan Temporary Casing

4. Setelah temporary casing terpasang pada kedalaman yang disyaratkan, dilakukan pengeboran sampai ke kedalaman rencana. Apabila sebelum mencapai kedalaman rencana ditemukan lapisan batuan keras yang tidak mampu ditembus oleh alat bor, pengeboran harus dihentikan untuk dilakukan evaluasi ulang (Gambar 3-5).

Gambar 3-5 Pelaksanaan Pengeboran

5. Setelah pengeboran mencapai kedalaman yang telah ditentukan, dilakukan pembersihan lubang bor dengan menggunakan cleaning bucket. Pembersihan ini berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa lumpur dari tanah pada dasar lubang serta dinding lubang bor (Gambar 3-6).

Gambar 3-6 Pembersihan Lubang Bor

6. Setelah pekerjaan pembersihan selesai, dilakukan pemasangan besi tulangan yang telah dirakit terlebih dahulu. Penyambungan dapat dilakukan dengan cara pengelasan maupun overlap (40d). Pada saat pemasukan besi tulangan, dilakukan pemasangan beton decking pada sisi-sisi besi untuk menjaga posisi besi tetap berada di tengah lubang bor (Gambar 3-7).

Gambar 3-7 Pembesian Bore Pile

7. Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan teknik tremie yang dibantu dengan service crane atau concrete pump untuk kemudian pipa tremie dimasukkan sampai ke dasar galian. Pengecoran dilakukan dengan 7. Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan teknik tremie yang dibantu dengan service crane atau concrete pump untuk kemudian pipa tremie dimasukkan sampai ke dasar galian. Pengecoran dilakukan dengan

Gambar 3-8 Pengecoran Bore Pile

8. Setelah beton mulai mengeras dilakukan pemotongan kepala bore pile untuk dilanjutkan pekerjaan pile cap (Gambar 3-9).

Gambar 3-9 Pengangkatan Temporary Casing

c. Peralatan

1. Mesin Bore Pile

2. Service crane

3. Temporary casing

4. Drilling tools (auger, bucket, cleaning bucket), rock tools

5. Excavator

6. Water Container

7. Silo

8. Tremie set

9. Water pump(s), Welding set(s), generator set(s)

10. Lighting Equipment

d. Safety

1. Pengikatan alat bore pile sesuai prosedur dan standar,

2. Pemeriksaan/inspeksi kondisi sling & pengait sebelum crane beroperasi,

3. Operator alat harus memiliki SIO (Surat Izin Operator) dan alat harus memiliki SIA (Surat Izin Alat),

4. Traffic management yang baik (terutama pada lokasi lalu lintas yang padat),

5. Pengamanan area kerja dengan rambu-rambu lalu lintas dan K3,

6. Pekerja dilengkapi dengan APD standar (helm, rompi, sepatu bot), sarung tangan serta masker.

3.3.2 Pekerjaan Pile Cap

Setelah pengerjaan bore pile selesai dilaksanakan, dilanjutkan ke pekerjaan pile cap . Pile cap sendiri merupakan suatu cara untuk mengikat fondasi sebelum didirikan pier di bagian atasnya. Pile cap memiliki fungsi untuk menerima beban dari pier yang kemudian akan disebar ke masing-masing pile yang ada di bawahnya.

a. Spesifikasi Teknis

Di dalam pelaksanaannya pekerjaan pile cap membutuhkan beberapa parameter seperti nilai slump, dimensi dan tebal selimut dasar pile cap serta pengamatan visual. Selain dibutuhkan syarat mutu berupa memiliki mutu beton K-350 dan baja tulangan ulir BjTS 39.

b. Metode Pelaksanaan

1. Penentuan batas-batas konstruksi (koordinat) oleh surveyor, ditandai dengan marking dari cat/spidol.

2. Proteksi galian area pile cap, untuk mencegah terjadinya longsor dilakukan pemancangan sheetpile di sekeliling lokasi yang akan digali. Pemancangan sheetpile menggunakan alat vibro hammer (Gambar 3- 10).

Gambar 3-10 Pemancangan Sheetpile

3. Penggalian di area pile cap, pekerjaan penggalian dilaksanakan dengan menggunakan excavator. Material hasil galian sebagian akan dibuang ke disposal area dan sebagian disimpan untuk pekerjaan embankment (Gambar 3-11).

Gambar 3-11 Penggalian Area Pile Cap

4. Pengurugan pasir dan pembuatan lantai kerja, pasir dihamparkan setinggi 7 cm dan pengecoran lean concrete dilaksanakan setinggi 10 cm. Sebelum penghamparan tanah harus dipadatkan secara manual dengan menggunakan mesin stamper. Setelah itu baru dilaksanakan pengecoran dengan menggunakan beton dari concrete mixer yang dialirkan dengan chute (talang) (Gambar 3-12).

Gambar 3-12 Pengecoran Lantai Kerja (Lean Concrete)

5. Pelaksanaan Tes PIT dan PDA, Pile Integrity Tester (PIT) adalah peralatan dari Pile Dynamic Inc (PDI) yang terdiri dari mini-computer, accelerometer dan palu. Tujuan dilaksanakan PIT pada tumpukan adalah untuk memastikan integritas tiang profil dan kedalaman penetrasi. Tes PIT dilaksanakan berdasarkan ASTM D-5882-07. Sedangkan Pile Driving Analyzer (PDA) merupakan pengujian dinamis fondasi bore pile yang mana bertujuan untuk memberikan informasi penting yang berkaitan dengan interaksi fondasi bore pile terhadap beban aksial yang diberikan. Tes PDA dilaksanakan berdasarkan ASTM D4945-96 (Gambar 3-13; Gambar 3-14).

Gambar 3-13 Skematik Pile Integrity Tester (PIT)

Gambar 3-14 Ilustrasi PDA Test

6. Pemotongan kepala tiang bore pile, pemotongan kepala tiang bore pile diawali dengan pemotongan elevasi top kepala tiang bore pile dengan concrete cutter yang dimaksudkan sebagai batas potongan agar pembobokan teratur tidak melewati batas potongan (Gambar 3-15).

Gambar 3-15 Pemotongan Kepala Bore Pile

7. Pemasangan formwork dan instalasi besi untuk tulangan pile cap, formwork dibuat dari multiplek 15 mm dengan perkuatan balok-balok kayu. Setelah itu baru dilakukan penyetelan besi untuk tulangan pile cap. Antar tulangan dengan lantai kerja maupun formwork harus dipasang beton decking untuk mencegah perubahan posisi. Kemudian dilanjutkan instalasi besi dan besi stek untuk kolom (Gambar 3-16).

Gambar 3-16 Pembesian Pile Cap

8. Pengecoran beton, pengecoran pile cap dengan mutu beton K-350 dilaksanakan setelah pemasangan tulangan selesai. Sebelum pengecoran dilaksanakan, kebersihan tempat pengecoran harus dijaga dari segala macam kotoran. Untuk memindahkan beton dari truck mixer ke tempat pengecoran digunakan chute. Pemadatan beton dilaksanakan

selama ±10 menit tiap m 3 merata ke seluruh bagian menggunakan electric vibrator untuk mencegah terjadinya segregasi pada beton

(Gambar 3-17).

Gambar 3-17 Pengecoran Pile Cap

c. Peralatan

1. Vibro hammer

5. Concrete cutter

6. Concrete pump

7. Electric Vibrator

8. Chute 8. Chute

1. Operator alat harus memiliki SIO (Surat Izin Operator) dan alat harus memiliki SIA (Surat Izin Alat),

2. Traffic management yang baik (terutama pada lokasi lalu lintas yang padat),

3. Pengamanan area kerja dengan rambu-rambu lalu lintas dan K3,

4. Pekerja dilengkapi dengan APD standar (helm, rompi, sepatu bot), sarung tangan serta masker.

3.3.3 Pekerjaan Pier

Pier termasuk struktur utama penopang yang berfungsi untuk meneruskan beban-beban yang bekerja pada upper structure suatu jembatan untuk kemudian diteruskan ke pile cap. Dalam pelaksanaannya metode kerja yang digunakan dapat berbeda-beda tergantung dari tipe dan ketinggian dari pier itu sendiri.

a. Spesifikasi Teknis

Pada proyek Pengembangan Simpang Susun Semanggi terdapat tiga tipikal struktur pier. Tipikal struktur tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah berikut ini (Gambar 3-18; Gambar 3-19; Gambar 3-20).

Gambar 3-18 Pier Tipe 1

Gambar 3-19 Pier Tipe 2

Gambar 3-20 Pier Tipe 3

Di dalam pekerjaannya semua tipe pier memiliki parameter yang hampir sama seperti nilai slump, pengamatan visual, dimensi serta tebal selimut beton. Terdapat pula syarat mutu berupa baja tulang ulir BjTS 39 dan kuat tekan beton K-350 dan K-500 untuk struktur pier tipe 1 dan pier head tipe

b. Metode Pelaksanaan

Pada pelaksanaan pekerjaan pier terdapat metode pengerjaan yang berbeda untuk struktur pier tipe 1 dengan struktur pier tipe 2 dan 3. Untuk Pada pelaksanaan pekerjaan pier terdapat metode pengerjaan yang berbeda untuk struktur pier tipe 1 dengan struktur pier tipe 2 dan 3. Untuk

1. Tim survei melakukan stake out dan marking untuk pengambilan koordinat kolom pier.

2. Pemasangan besi tulangan kolom pier sesuai gambar shop drawing, sebelum pemasangan besi tulangan, dilakukan pemasangan scaffholding dan platform untuk melakukan pekerjaan. Setelah itu harus dilakukan pengecekan terhadap vertikalitas pembesian (Gambar 3-21).

Gambar 3-21 Pembesian Pier Tahap 1

3. Pemasangan pipa drainase dan pipa kabel, dalam pemasangannya harus disesuaikan dengan spesifikasi desain dan vertikalitas harus tetap dijaga. Setelah pekerjaan ini perlu diadakan checklist terhadap pembesian (Gambar 3-22).

Gambar 3-22 Pemasangan Pipa Utilitas Pier

4. Pemasangan formwork/bekisting, pemasangan bekisting disesuaikan dengan dimensi pier rencana. Bekisting harus dipastikan tidak memiliki celah agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran. Bracing push-pull dipasang untuk perkuatan dan pengaturan verticality dari bekisting pier kolom (Gambar 3-23).

Gambar 3-23 Pemasangan Formwork Pier Tahap 1

5. Pengecoran pier, pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete mixer dan dibantu dengan concrete pump. Pengecoran harus dilakukan sesuai dengan mutu desain. Dalam pengecoran perlu diperhatikan tinggi jatuh dari beton untuk mencegah terjadinya segregasi beton. Selain itu, dilakukan perataan distribusi beton segar di dalam bekisting dengan menggunakan concrete vibrator (Gambar 3-24).

Gambar 3-24 Pengecoran Pier Tahap 1

6. Curing beton pier, curing beton bertujuan untuk menjaga kualitas beton pasca pengecoran. Curing beton dilakukan dengan menggunakan curing compound yang disemprotkan pada permukaan beton pier. Setelah itu permukaan beton diselimuti dengan menggunakan plastic wrap (Gambar 3-25).

Gambar 3-25 Curing Beton Pier

7. Selanjutnya dilaksanakan instalasi pembesian pier tahap 2 dan diikuti dengan check list pembesiannya (Gambar 3-26).

Gambar 3-26 Pembesian Pier Tahap 2

8. Setelah pembesian selesai dilaksanakan, dilanjutkan ke pemasangan formwork tahap 2 (crown pier) beserta dengan support-nya. Dilakukan pula pengecekan vertikal bekisting agar tidak terjadi kemiringan pier kolom (Gambar 3-27).

Gambar 3-27 Pemasangan Formwork Pier Tahap 2 (Pier Crown)

9. Pengecoran tahap 2, sama seperti tahap sebelumnya. Pengecoran harus sesuai dengan mutu beton desain dengan menggunakan concrete mixer yang dibantu concrete pump. Pemadatan beton tetap dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator (Gambar 3-28).

Gambar 3-28 Pengecoran Pier Tahap 2

10. Setelah pengecoran selesai, dilakukan pembongkaran formwork yang bisa dilakukan 2 x 24 jam sejak selesainya pengecoran sesuai instruksi Konsultan MK.

11. Curing beton, seperti pada tahap sebelumnya. Curing beton menggunakan curing compound yang disemprotkan pada permukaan beton (Gambar 3-29).

Gambar 3-29 Curing Beton Pier Tahap 2

Sedangkan tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan struktur spesial pier V sebagai berikut:

1. Tim survei melakukan stake out dan marking untuk pengambilan koordinat pier V.

2. Persiapan lantai kerja dan instalasi slipper beton, pekerjaan ini dibantu oleh crane untuk mengangkat slipper yang telah disiapkan sebelumnya (Gambar 3-30).

Gambar 3-30 Persiapan Lantai Kerja dan Instalasi Slipper

3. Pemasangan sistem shoring yang diikuti dengan pemasangan platform dan bottom formwork (Gambar 3-31).

Gambar 3-31 Instalasi Shoring System, Platform serta Bottom Formwork

4. Pekerjaan pembesian, sama seperti pada pekerjaan struktur pier kolom, pekerjaan harus sesuai dengan shop drawing (Gambar 3-32).

Gambar 3-32 Pekerjaan Pembesian Struktur Pier Spesial V

5. Pemasangan tendon, tendon dipasang guna memasukkan strand untuk keperluan stressing (Gambar 3-33).

Gambar 3-33 Pemasangan Tendon Pier

6. Pemasangan side formwork yang kemudian diikuti top formwork (Gambar 3-34).

Gambar 3-34 Pemasangan Side Formwork dan Top Formwork

7. Pengecoran, pengecoran dilakukan secara bertahap melalui jendela cor yang telah disiapkan. Pengecoran dilakukan dengan concrete mixer dengan dibantu oleh concrete pump (Gambar 3-35).

Gambar 3-35 Pengecoran Struktur Spesial Pier V

8. Pembongkaran formwork, top dan side formwork dapat dilepas satu hari setelah pengecoran dilakukan, sedangkan untuk bottom formwork baru dapat dilepas setelah pekerjaan stressing selesai dilaksanakan.

9. Pekerjaan temporary external stressing, pekerjaan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menghemat penggunaan shoring. Dikarenakan jumlah yang sedikit sedangkan penggunaannya banyak diperlukan alternatif untuk tetap menopang pier agar tetap stabil. Alternatif yang digunakan adalah dengan melakukan external stressing dengan bracket.

10. Curing beton, sama seperti tahapan sebelumnya curing beton dilakukan dengan menggunakan curing compound.

11. Pelepasan bottom formwork dapat dilakukan dan formwork dapat digunakan untuk pier lain. Pekerjaan struktur pier spesial V tahap 1 telah selesai (Gambar 3-36).

Gambar 3-36 Sketsa Struktur Pier Spesial V Tahap 1

Untuk tipe pier 1 dan 2 pekerjaan masih dilanjutkan ke tahap pengerjaan box girder cast in situ. Berikut adalah tahapan-tahapan pengerjaannya.

1. Pemasangan shoring samping yang berfungsi sebagai support system dari bekisting box girder diikuti dengan pemasangan bekisting bawah (Gambar 3-37).

Gambar 3-37 Ilustrasi Pemasangan Support System

2. Pembesian bagian dan belakang box girder diikuti dengan pembesian bawah dari box girder cast in situ.

3. Pemasangan bekisting box girder bagian samping diikuti dengan pelaksanaan pembesian bagian web dari box girder (Gambar 3-38).

Gambar 3-38 Ilustrasi Pemasangan Bekisting Samping

4. Pekerjaan dilanjutkan ke pemasangan bekisting bagian dalam dari box girder

5. Pembesian top box girder dan pemasangan ducting untuk strand

6. Pengecoran box girder, dilakukan dengan menggunakan beton ready mix yang disalurkan menggunakan concrete pump

7. Setelah kekuatan beton tercapai dilakukan stressing agar box girder bersifat monolit dengan kolom di bawahnya.

8. Bracket yang telah dipasangkan sebelumnya dapat dilepaskan.

9. Pekerjaan dilanjutkan kepada pelaksanaan stressing box girder

10. Pekerjaan struktur pier spesial V telah selesai (Gambar 3-39).

Gambar 3-39 Sketsa Struktur Pier Spesial V dengan Box Girder Cast in Situ

c. Peralatan

1. Concrete Mixer

2. Concrete Pump

3. Electric Vibrator

4. Shoring System

5. Formwork

d. Safety

1. Operator alat harus memiliki SIO (Surat Izin Operator) dan alat harus memiliki SIA (Surat Izin Alat),

2. Pengamanan area kerja dengan rambu-rambu lalu lintas dan K3,

3. Pekerja dilengkapi dengan APD standar (helm, rompi, sepatu bot), sarung tangan serta masker,

4. Pekerjaan di tempat tinggi dilakukan sesuai dengan ketentuan bekerja pada tempat tinggi yang memerlukan pengaman seperti terali pengaman jaring, jaring pengaman dan safety harness.

3.3.4 Pekerjaan Lead Rubber Bearing

Lead Rubber Bearing (LRB) merupakan suatu komponen struktur yang berfungsi sebagai peletakan konstruksi untuk mendukung kekuatan struktur dan kemampuan deformasi (perpindahan) seismik. Dengan adanya Lead Rubber Bearing (LRB) merupakan suatu komponen struktur yang berfungsi sebagai peletakan konstruksi untuk mendukung kekuatan struktur dan kemampuan deformasi (perpindahan) seismik. Dengan adanya

a. Spesifikasi Teknis

Di dalam pelaksanaannya pekerjaan LRB membutuhkan beberapa parameter seperti pengamatan visual, elevasi dari LRB serta koordinat panjang stek/angkur. Selain itu dibutuhkan syarat mutu berupa kuat tekan dan kuat geser (kapasitas LRB). Terdapat pula spesifikasi umum yang harus dilaksanakan, yaitu:

 Toleransi ketepatan antara piston dan blok berongga harus + 0,75 mm sampai 1,25 mm  Pedoman kekasaran permukaan geser logam tidak boleh melebihi 0,5 mikron  Lubang penyetelan pada pelat peletakan. Bilamana toleransi yang diperlukan pada posisi untuk titik pusat lubang-lubang penyetelan harus sebagaimana dirinci atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan

b. Metode Pelaksanaan

Sebelum pekerjaan instalasi LRB dimulai, pekerjaan diawali dengan instalasi bracket sebagai alat bantu. Adapun tahapan pekerjaan instalasi bracket adalah sebagai berikut:

1. Tim survei melakukan marking untuk posisi winch.

2. Shoring dipasangkan sementara sebagai area pekerja pada pemasangan bracket .

3. Winch, sling, pulley, dan chain block dipasangkan. Alat-alat ini berfungsi untuk mengangkat bracket.

4. Bracket dirakit terlebih dahulu di atas tanah sebelum diangkat ke posisi setelah selesai dirakit, bracket dihubungkan ke sling dan chain block

5. Winch diaktifkan untuk mengangkat bracket dengan para pekerja yang berada di atas shoring memosisikan bracket sesuai dengan rencana (Gambar 3-40).

Gambar 3-40 Plan View Pemasangan Bracket

6. Setelah bracket berada pada posisi yang direncanakan, bracket digantungkan menggunakan sling pada temporary fixity yang ada pada pier agar bracket dapat berdiri pada posisinya. Pekerjaan diulangi sampai semua bracket telah terpasang (Gambar 3-41).

Gambar 3-41 Pemasangan Bracket pada Pier

7. Setelah semua bracket terpasang, stressing dilakukan pada stress bar dengan beban preload sebesar 1 ton.

8. Setelah stressing dilakukan, beban counter-weight sebesar 300 kg diberikan tepat pada posisi yang direncanakan. Setelah itu bracket dapat digunakan sesuai dengan rencana awal (Gambar 3-42).

Gambar 3-42 Posisi Bracket yang Telah Terpasang

Setelah pemasangan bracket selesai dilaksanakan, pekerjaan dilanjutkan ke tahap instalasi LRB. Adapun tahap-tahap instalasi LRB adalah sebagai berikut:

1. Tim survei melakukan marking posisi bearing terhadap pedestal sesuai desain.

2. Angkur atas dan bawah bearing diposisikan pada lubang bearing yang digantungkan dengan menggunakan tali.

3. Posisi concrete support diatur sebagai pengatur tinggi grouting.