Siasat penuh risiko

Siasat penuh risiko

Siasat bersandiwara yang dilaku- kan Umar awalnya sempat meng- gemparkan tanah rencong. Bagai- mana tidak, seorang bangsawan terhormat yang sejak remaja telah menyulitkan Belanda, suami bangsawan terhormat, Cut Nyak Dien dengan mudah menyerah kepada Belanda pada 30 September 1893.

Tak hanya itu, Teuku Umar pun meng- iyakan ajakan Gubernur Aceh van Teijn untuk masuk ke dalam dinas militer Belanda dan menjadi Pang- lima Aceh bagi Belanda. Tak butuh waktu lama bagi Teuku Umar untuk mengambil hati Belanda de ngan menghancurkan pos-pos daerah VI Mukim, IX Mukim sampai Sagi XXVI Ia bahkan diberikan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan oleh Belanda.

Teuku Umar sudah memikirkan dengan matang langkah yang penuh risiko itu. Tak banyak yang menyadari pos-pos yang ia hancurkan merupakan pos pihak- pihak yang sedang terpecah belah lantaran dendam turun-temurun

antar-desa. Sebagian bahkan secara terang-terangan memiliki rencana menggulingkan Sultan Aceh.

Teuku Umar berharap, dengan serangan demi serangan itu Aceh tak lagi disibukkan dengan perang saudara. Kudeta terhadap sultan pun dapat dihindari. Lambat laun rakyat Aceh semakin bersatu dan fokus mengusir Belanda.

Sementara jika harus menyerang rekan-rekan

seperjuangannya sendiri Umar sengaja datang dengan pasukan besar untuk membuat mereka mundur. Ia pun hanya menembakkan senjata ke udara.

Selama hampir tiga tahun Umar menjalankan siasatnya tanpa seorang pun yang tahu. Cacian, hinaan serta itnah dari para pejuang Aceh hampir setiap hari ia terima, namun Teuku Umar tak bergeming. Bahkan amarah sang istri, Cut Nyak Dien hanya ia jawab dengan permintaan untuk mempercayai dirinya.

Ya, Teuku Umar tak membutuhkan pencitraan untuk meraih cita- cita mulia. Ia rela menelan itnah bahkan keraguan dari orang-orang yang ia cintai demi kemerdekaan tanah Aceh atau syahid dalam memperjuangkannya. Sebuah sikap teramat langka saat ini.

Selama hampir tiga tahun Umar menjalankan siasatnya tanpa seorang pun yang tahu. Cacian, hinaan serta itnah dari para pejuang Aceh hampir setiap hari ia terima.

Silaturahmi

Pesantren Madinah Darul Barokah

melewati jalan besar untuk menuju kampung tersebut masih banyak pohon di sepanjang kanan kiri jalan.

Buah Istikamah

Bahkan, lokasi yang saat ini digunakan sebagai pesantren tersebut dulunya merupakan lahan perkebunan yang

dalam Berdakwah

juga banyak ditumbuhi tanaman dan pohon besar.

Sulit membayangkan apa yang ada dalam benak polisi yang satu ini. Ketika banyak orang berusaha membuat

Ketika mengunjungi ponpes ini,

hidup nyaman, dia justru lebih memilih ’mengasingkan

jangan membayangkan sebagai

diri’ di desa untuk mendirikan pondok pesantren. pondok yang telah mapan dengan

beragam fasilitasnya. Ada kesan

Tujuannya hanya satu, agar tempat itu bisa menjadi

kesederhanaan ketika menginjakkan

tempat mengaji anak-anak daerah setempat.

kaki di ponpes itu. Di antara masjid yang nampak belum lama dibangun

P itu berdiri saung-saung yang disusun

ondok pesantren (ponpes) itu

redaksi ZAKAT bersilaturahim ke

dari kayu berjejer membentuk letter dengan masjidnya yang juga

adalah Madinah Darul Barokah

ponpes itu awal Mei lalu, waktu yang

u. Tidak jauh dari situ, terdapat menggunakan nama yang sama.

dibutuhkan mencapai lebih dari 2,5

pula bangunan dua lantai dengan Berlokasi di Desa Dangdeur, Kec.

jam via tol Cikampek.

dominasi cat hijau mencolok untuk Bungursari, Kab. Purwakarta. Bukan

asrama santriwan dan santriwatinya. perjalanan singkat untuk mencapai

Jauh dari hingar bingar kota, tempat

syiar dan belajar agama Islam di

daerah yang berjarak sekitar 90 km

Aiptu Budiman, pendiri sekaligus dari pusat kota Jakarta itu. Ketika

wilayah itu suasananya terbilang

masih asri khas pedesaan. Selepas

pengasuh pesantren itu mengatakan,