Deskripsi Permasalahan Penelitian

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Data yang diperoleh di lapangan perlu dideskripsikan secara sistematis sehingga dapat mempermudah penulis dalam melakukan analisis secara cermat yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dari hasi penelitian tersebut. Berkaitan dengan deskripsi permasalahan penelitian maka penulis menguraikan hasil peneitian sebagai berkut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia tahun 2008.

a. Faktor Materi Pekerjaan

1) Keragaman ketrampilan Pekerjaan yang memberikan banyak ragam ketrampilan untuk melakukan akltivitas kerja, akan memberikan rasa tidak cepat bosan pada pekerjaan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan

I pada tanggal 20 Oktober 2008 sebagai berikut: “ Pekerjaan sebagai staff administrasi gudang cukup memberikan ragam ketrampilan, mengorganisir arsip dan dokumen-dokumen perusahaan mempunyai seni tersendiri bagi saya”.

Kegiatan karyawan dalam melakukan pekerjaan pada Housewares Furniture Indonesia terutama bagian produksi cukup beragam, walaupun pada bagian administrasi gudang, karyawan menganggap pekerjaannya cukup mempunyai seni, sehingga karyawan bagian produksi tidak cepat mengalami kebosanan dalam melakukan aktivitas pekerjaannya.

2) Jati diri tugas Merupakan tingkat di mana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian sebagai satu kesatuan dan dapat diidentivikasikan, yang dimaksud di sini adalah dapat melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir dengan hasil yang nyata. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan II pada tanggal 23 Oktober 2008 sebagai berikut:

“Saya mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada saya dengan baik, bila ada kesulitan biasanya saya bertanya kepada rekan kerja “Saya mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada saya dengan baik, bila ada kesulitan biasanya saya bertanya kepada rekan kerja

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia dapat melaksanakan tugas masing-masing dari awal sampai akhir atas beban kerja yang mereka tanggung.

3) Tugas yang penting Rasa pentingnya tugas bagi seorang karyawan akan aktivitas pekerjaan yang dilakukannya memberikan keberartian bagi karyawan. Semakin seorang karyawan menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah penting maka karyawan cenderung mempunyai kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan III pada tanggal 25 Oktober 2008 sebagai berikut:

“Pekerjaan saya pada bagian QC adalah sallah satu bagian terpenting dalam produksi, karena kualitas dari produk yang dihasilkan perusahaan sangat tergantung dari hasil pekerjaan saya, bila saya teledor mdengan pekerjaan saya maka bisa-bisa kualitas produk yang dihasilkan akan berkualitas jelek, sehingga dengan demikian saya merasa saya sangat dibutuhkan perusahaan.”

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa karyawan Housewares Furniture Indonesia berpendapat bahwa pekerjaan mereka sangatlah penting bagi perusahaan.

4) Otonomi Pekerjaan yang memberikan kebebasan dan ketidak ketergantungan, serta memberikan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja. Hasil ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan IV pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai berikut:

“ Posisi saya sebagai Kasi QC memberikan kebebasan kepada saya untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan keadaan perusahaan serta permintaan pasar atau konsumen. Permintaan konsumen bagaimana maka saya mberusaha untuk memenuhinya, mau yang kualitas baik, sedang, atau rendah”

Hasil wawancara diatas dapat diketatahui bahwa otonomi atas pekerjaan yang dilakukan karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia memberikan kepuasan bagi karyawannya.

5) Pemberian balikan atau umpan balik Merupakan tingkat di mana dalam melakukan pekerjaannya seorang karyawan mendapatkan hasil tentang prestasi yang telah dilakukannya, secara langsung dan jujur. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan V pada tanggal 31 Oktober 2008 sebagai berikut:

“Rekan kerja memuji saya ketika saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya kurang dari dead line yang diberikan atasan saya,dan kadang atasan saya juga demikian.Hal-hal kecil demikian membuat saya lebih percaya diri dan senang, karena ada bonus untuk karyawan yang berprestasi. He…”

Karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia berpendapat adanya upaya perusahaan dalam menghargai hasil kerja para karyawan yang bisa diungkapkan dengan pemberian pujian atas hasil kerja karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan dengan pemberian bonus-bonus.

Pekerjaan merupakan bagian dari tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh para pemegang posisi. Pemegang posisi yang dimaksudkan dapat berupa posisi manajerial seperti manajer tingkat atas, menengah, dan bawah maupun posisi non manajerial seperti karyawan. Seorang karyawan apabila di dalam melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian, pendidikan, bakat dan minat sesungguhnya karyawan tersebut akan mengalami kejenuhan di dalam pekerjaannya.

Penempatan karyawan dalam suatu kedudukan haruslah sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian, bakat dan minat karyawan. Hal ini sangat mendukung karyawan dalam mengembangkan pekerjaan, supaya karyawan dapat bekerja secara efektif dan dapat memenuhi standar pelaksanaan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan I pada tanggal 20 Oktober 2008 sebagai berikut :

” Pekerjaan yang saya geluti sudah sesuai dengan keahlian, latar belakang pendidikan, bakat, dan minat di perusahaan.... Beban yang saya tanggung dalam melaksanakan pekerjaan saya rasa biasa- biasa saja, saya merasakannya tidak terlalu berat, hal ini dikarenakan beban pekerjaan ini sesuai dengan kemampuan pikiran dan ketrampilan yang saya miliki”.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa karyawan Housewares Furniture Indonesia merasa sudah puas penempatan pekerjaannya karena sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian, bakat dan minat karyawan serta harapan karyawan.

Hal lain diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : ”Bila hasil pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan harapan

perusahaan maka saya akan sangat menyesal sekali, dan untuk memperbaikinya maka saya akan mencoba mengkonsultasikannya dengan orang-orang yang saya rasa lebih mumpuni dalam hal tersebut”.

Hal senada juga diungkapkan oleh informan II pada wawancara tanggal

23 Oktober 2008 sebagai berikut : ”Pengaruh hasil pekerjaan dengan kepuasan dalam bekerja sangat besar, apabila hasil pekerjaan kita bagus maka akan menimbulkan kepuasan kerja tersendiri”.

Tantangan pekerjaan yang dihadapi karyawan Housewares Furniture Indonesia beragam tergantung dari jabatan/ posisi yang diemban, biasanya mereka menghadapinya dengan cara belajar dan bertanya kepada rekan kerja, atasan, dan tenaga ahli yang lebih mengetahui kesulitan tersebut. Kesulitan-kesulitan (tantangan) yang dihadapi para karyawan dapat dilalui dengan baik, maka akan berdampak pula pada hasil pekerjaan yang telah dilakukan, hasil pekerjaan mereka bagus, maka kepuasan dalam bekerja akan tercapai.

b. Faktor Upah/ Pembayaran Disamping memenuhi kebutuhan tingkat rendah (makan dan perumahan), uang merupakan simbol dan pencapaian (achievement), keberhasilan, dan pengakuan atau penghargaan. Pekerja dan keluarga bergantung pada upah b. Faktor Upah/ Pembayaran Disamping memenuhi kebutuhan tingkat rendah (makan dan perumahan), uang merupakan simbol dan pencapaian (achievement), keberhasilan, dan pengakuan atau penghargaan. Pekerja dan keluarga bergantung pada upah

“Upah yang diberikan perusahaan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari. Upahnya dibandingkan dengan tenaga dan pikiran yang saya keluarkan untuk bekerja sudah cukup sesuai, tetapi bila perusahaan ingin menaikkan lagi ya saya jadi tambah senang. He…”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa Housewares Furniture Indonesia selama ini memberikan upah kepada karyawan sudah sesuai dengan UMK dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari- hari dengan layak, serta sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk bekerja.

Selain mendapatkan upah pokok dari perusahan, karyawan juga mendapat balas jasa lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan II sebagai berikut:

“Selain upah yang saya terima , saya juga memperoleh balas jasa yang lain diantaranya adalah bonus lembur dan jamsostek”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa selain mendapatkan kenaikan upah dari masa kerja di perusahaan, karyawan juga mendapatkan balas jasa lain yaitu bonus lembur dan jamsostek.

c. Faktor Kesempatan Promosi

Promosi merupakan perpidahan dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi di dalam suatu perusahaan yang disertai dengan wewenang dan tanggung jawab yang besar dan disertai pula dengan kenaikan status. Kesempatan promosi sangat didambakan oleh para karyawan apalagi bagi mereka yang telah bekerja lama di perusahaan atau yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan III sebagai berikut:

“Lama masa kerja diperusahaan sangat berpengaruh terhadap kesempatan promosi jabatan.” Hal senada juga diungkapkan oleh informan V sebagai berikut:

“Lama masa kerja menurut saya berpengaruh terhadap kesempatan promosi, selain dilihat dari kinerja, skill dari karyawan juga menjadi pertimbangan disisi lain karyawan yang berpengalaman lebih diutamakan. Selama ini jarang terjadi promosi. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap promosi walaupun ada faktor lain yang menjadi pertimbangan pelaksanan promosi. Pelaksanaan promosi yang saya lihat selama ini sudah adil menurut kriteria yang berlaku sesuai peraturan dari perusahaan.”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa karyawan yang telah bekerja cukup lama di Housewares Furniture Indonesia akan dipromosikan oleh perusahaan dengan melihat pada kredibilitas dalam melaksanakan pekerjaan, memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki kemampuan dan pengalaman di dalam melakukan pekerjaan di perusahaan. Mengenai tingkat keadilan dalam mempromosikan jabatan kepada karyawan selama ini perusahaan berlaku secara adil artinya dalam memberikan promosi jabatan kepada karyawan perusahaan melihat dari sisi lama masa kerja, pendidikan yang dimiliki karyawan, serta kemampuan dan pengalaman yang dimiliki karyawan. Jenjang waktu promosi tidak dilaksanakan secara periodik tetapi disesuaikan dengan tingkat kekosongan pada jabatan di perusahaan.

d. Faktor Pengawasan Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik dengan tujuan-tujuan perusahaan, merancang sisten informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan korektif yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan III pada tanggal 25 Oktober 2008 sebagai berikut:

“…mengadakan pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsukng yang man atujuannya adalah untuk mengontrol kerja kami agar sesuai dengan harapan perusahaan”.

Hal lain diungkapkan informan III sebagai berikut: “Perilaku ketika sedang ada pengawasan dari atasan saya merasakan hal

yang buiasa-biasa saja, saya tidak merasa ketakutan akan aktivitas pekerjaan yang saya lakukan… dengan pengawasan atasan tersebut kerja kami menjadi sangat terkontrol, karyawan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Pengawasan yang dilakukan atasan sudah sesuai dengan kondisi karyawan”.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan di Housewares Furniture Indonesia, karyawan yang diawasi atasan perilakunya biasa-biasa saja dan tidak ada perilaku yang tegang maupun takut kalau pekerjaan yang dilakukannya tidak beres, selain itu atasan juga bisa sebagai tempat konsultasi mengenai pekerjaan.

Bentuk pengawasan yang dilakukan atasan terhadap aktivitas pekerjaan, dilaksanakan secara langsung yaitu atasan terjun sendiri untuk mengawasi aktivitas-aktivitas pekerjaan karyawan, maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menugaskan orang kepercayaan atasan untuk mengawasi pekerjaan karyawan. Pengaruh bentuk pengawasan yang mana akan menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, rasa disiplin, ketelitian, serius dalam bekerja, dan karyawan merasa pekerjaannya terkontrol, sehingga dapat mencapai target ataupun sesuai dengan deadline atasan.

e. Faktor teman Kerja Keberadaan rekan kerja tidak dapat dikesampingkan begitu saja, karena keberadaan mereka tidak lepas dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial, karyawan harus menjalin hubungan sosial dengan rekan kerja mereka. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan III sebagai berikut:

“…saya sering mendapat dukungan dari rekan kerja saya, mereka selalu memotivasi saya untuk lebih baik lagi dalam bekerja. Pergaulan yang terjadi di perusahaan antar rekan kerja saya merasakan sudah berjalan dengan harmonis”.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan dengan rekan kerja yang baik dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam bekerja. Sesama rekan kerja membantu dan bekerja sama dalam Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan dengan rekan kerja yang baik dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam bekerja. Sesama rekan kerja membantu dan bekerja sama dalam

f. Faktor Kondisi Kerja Kondisi kerja merupakan faktor yang cukup penting dalam melaksanakan proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kerja yang meliputi:

1) Penerangan Penerangan di sini tidak hanya terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan yang berasal dari sinar matahari. Penerangan yang baik adalah penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan, penerangan harus disesuaikan dengan luas ruangan kerja dan kondisi mata. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan IV pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai berikut: ”Penerangan ditempat kerja saya sudah baik, tidak menyilaukan mata juga tidak terlalu redup sehingga kerja kami juga baik”. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penerangan pada Housewares Furniture Indonesia dirasakan cukup dan tidak menyiaukan mata, sehingga bisa membuat karyawan betah dalam bekerja. Kondsi penerangan yang cukup dapat menunjang aktivitas pekerjaan para karyawan karena kondisi penerangan yang baik dapat membuat karyawan bekerja dengan lebih baik.

2) Suhu udara Suhu udara pada ruang kerja karyawan perusahaan akan sangat

mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan III sebagai berikut:

”Suhu udara yang sejuk dan nyaman juga dapat menunjang saya dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Ventilasi udara di tempat saya bekerja sudah mencukupi.” Hal senada juga diungkapkan oleh informan VI pada wawancara tanggal 4 Oktober 2008 sebagai berikut: ”Suhu udara yang saya rasakan nyaman untuk bekerja karena tidak terlalu

panas”. Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa suhu udara

di Housewares Furniture Indonesia adalah cukup nyaman untuk bekerja karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, sehingga karyawan merasa nyaman dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya. Ventilasi udara yang ada dirasakan para karyawan sudah sesuai dan dan berfungsi dengan baik yang bisa membuat sinar matahari masuk ke ruang kerja dan membuat sirkulasi udara cukup baik.

3) Suara bising Menurut Mc. Cormic dalam Ashar S. Munandar (2006: 143) ”Suara bising adalah suara yang tidak diinginkan dengan batasan bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan”Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan V pada tanggal 31 Oktober 2008 sebagai berikut: ”Tingkat kebisingan di tempat kerja tidak terlalu bising karena jauh dari kendaraan umum tapi jadi agak bising saat mesi beroperasi”. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan yang terjadi di Housewares Furniture Indonesia adalah tergolong cukup bising karena dalam ruang kerja bagian produksi terdapat mesin-mesin yang cukup keras suaranya ketika beroperasi,akan tetapi karena suara bising tersebut berasal dari mesin produksi yang mana hal itu merupakan bagian dari aktivitas kerja mereka maka hal itu bisa dikatakan tidak mengganggu aktivitas kerja karyawan.

4) Keamanan kerja dalam perusahaan Keamanan kerja di tempat bekerja sangatlah penting, karena keamanan kerja dapat menciptakan situasi yang kondusif serta nyaman. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan V sebagai berikut: ”Alat keamanan tersedia seperti tabung pemadam kebakaran dan pakaian kerja.... Kondisi alat kerja baik karena jika ada kerusakan akan segera diperbaiki. Keamanan akan barang-barang karyawan terjamin dengan baik”. Hal senada juga diungkapkan oleh informan VI sebagai berikut: ”Keamanan di tempat kerja saya terjamin karena selama ini saya merasakan tidak adanya laporan kehilangan barang yang berarti. Kondisi peralatan kerja dalam keadaan layak pakai. Bila terjadi kerusakan akan segera diperbaiki.” Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi keamanan peralatan kerja, peralatan kerja bekerja sebagaimana mestinya, dan bila terjadi kerusakan dengan segera akan diperbaiki, penyediaan alat-alat keamanan seperti tanda bahaya, alat pemadam kebakaran, pakaian kerja, dan lain-lain di Housewares Furniture Indonesia sudah cukup memadai. Keamanan barang-barang karyawan sudah cukup aman. Selama ini belum pernah terjadi pencurian atas barang-barang maupun kendaraaan para karyawan.

2. Faktor-faktor yang lebih dominan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia Untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia ini didasarkan pada pendapat para karyawan di Housewares Furniture Indonesia sebagai berikut:

a. Informan I ”...Rekan kerja karena kita bekerja ibarat sebuah keluarga yang harus saling membantu baik saat ada masalah maupun saat tidak ada masalah”

b. Informan II

”Faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut saya pribadi adalah faktor pengawasan, karena dengan adanya pengawasan selain kerja saya menjadi lebih terkontrol, saya mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dengan atasan saya”

c. Informan III ”faktor yang sangat dominan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah faktor pengawasan, karena selama ini yang saya rasakan saya seperti diperhatikan oleh pihak perusahaan,dan dengan pengawasan tersebutsaya merasa pekerjaan saya menjadi lebih terkontrol ya walaupun tanpa pengawasan saya juga bekerja dengan baik, namun dengan adanya pengawasan tersebut saya menjadi nyaman dalam bekerja”

d. Informan IV ”Faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan kerja saya adalah upah kerja karena pada dasarnya yang dicari pada kerja adalah upah, dengan upah yang sesuai dengan kebutuhan karyawan memungkinkan karyawan untuk lebih berpikir untuk memberikan yang terbaik untuk perusahaan, dan hal itu bisa memberikan kepuasan tersendiri yang pada akhirnya akan memberikan kemanfaatan pada perusahaan”

e. Informan V ”Faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah upah kerja kami,karena memasuki dunia kerja yang dicari adalah upah selain pengalaman kerja dan ingin mengembangkan kemampuan yang saya miliki di perusahaan,dengan kemampuan yang saya miliki itulah saya mendapatkan upah”

f. Informan VI ”faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan kerja saya adalah faktor upah dan materi pekerjaan, jika upah yang saya terima sesuai dengan pengorbanan dari beban kerja yang harus sya selesaikan maka saya akan merasa puas,saya merasa pekerjaan saya dihargai”

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagi tiaptiap individu Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagi tiaptiap individu

Dari pernyataan d atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia adalah faktor pembayaran atau upah dan faktor pengawasan, faktor-faktor selain tersebut tetap mempunyai pengaruh terhadap kapuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia tetapi tidak dominan dari ketiga faktor tersebut.

3. Gejala timbulnya ketidakpuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia Karyawan bisa menggunakan hampir semua faktor yang melibatkan upah, jam kerja, atau kondisi kerja sebagai dasar ketidakpuasan kerja.

a. Keluar (Exit). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan baru. Seperti yang diungkapkan oleh informan II sebagai berikut: ”Saya pernah berkainginan untuk pindah kerja tapi itu dulu saat awal-awal saya bekerja karena saya merasa kurang nyaman dengan rekan kerja saya....”. Hal senada juga diungkapkan oleh informan IV sebagai berikut: ”Saya secara pribadi pernah merasakan ingin pindah kerja....”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala ketidakpuasan kerja karyawan adalah berupa keinginan untuk pindah kerja.

b. Menyuarakan (Voice). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk

memberikan saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan VI sebagai berikut:

”Bila kami mendapati kesulitan dalam tugas yang kami terima maka kami biasanya minta tolong pada rekan kerja dan apabila mereka tidak bisa membantu maka saya berkonsultasi dengan atasan saya. Atasan saya selalu bersedia memberikan masukan-masukan kepada para karyawan bagaimana kami harus menghadapi permasalahan kami....”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa para karyawan Housewares Fdurniture Indonesia jika terjadi masalah dalam melaksanakan tugas pekerjaan mereka,mereka tidak hanya diam saja akan tetapi mendiskusikan dengan rekan kerja atau atasan mereka.

c. Mengabaikan (Neglect). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, termasuk misalnya sering absen, atau datang terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat semakin banyak.

d. Kesetiaan (Loyalty). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik, termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa organisasi dan manajemen akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki kondisi.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa gejala yang timbul dari ketidakpuasan karyawan Housewares Furniture Indonesia diungkapkan dengan dua cara yaitu keluar dan menyuarakan ketidakpuasan mereka.

4. Usaha-usaha yang dilakukan Housewares Furniture Indonesia dalam usaha meningkatkan kepuasan kerja karyawan Housewares Furniture Indonesia selalu berusaha untuk dapat mengembangkan kepuasan kerja karyawannya semaksimal mungkin, akan 4. Usaha-usaha yang dilakukan Housewares Furniture Indonesia dalam usaha meningkatkan kepuasan kerja karyawan Housewares Furniture Indonesia selalu berusaha untuk dapat mengembangkan kepuasan kerja karyawannya semaksimal mungkin, akan

a. Pendekatan tidak langsung (non directive coumselling) dilakukan dengan cara perusahaan mengadakan tatap muka langsung antara pimpinan perusahaan dengan para karyawan. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan keluhan-keluhan yang mereka rasakan selama bekerja di perusahaan untuk selanjutnya dapat ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang di perusahaan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I sebagai berikut

”Penanganan keluhan karyawan di perusahaan saya ini cukup bagus yaitu dengan adanya departemen HRD yang menyelesaikan permasalahan- permasalahan karyawan. Dengan adanya departemen tersebut kami merasa cukup terbantu....”

Hal senada juga diungkapkan oleh informan II sebagai berikut Penanganan keluhan di perusahaan saya, saya merasakan cukup sigap, tiap kali terjadi masalah kami para karyawan maka perusahaan akan mencari penyebabnya untuk selanjutnya dicari jalan penyelesaiannya.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tidak langsung telah diterapkan pada perusahaan Housewares Furniture Indonesia.

b. Non directive approach Yaitu pendekatan dengan cara mencaritahu permasalahan karyawan

dengan jalan membicarakan permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi karyawan yang bisa dilakukan pada waktu pengawasan berlangsung dan berusaha memberikan solusi-solusi kepada karyawan yang bermasalah tersebut.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan II sebagai berikut:

”...Pinpinan biasanya saat terjun langsung mengawasi kami beliau berbincang-bincang engan kami walau hanya sebentar tapi saya merasakan itu cukup berpengaruh terhadap apa yang saya rasakan... Biasanya pimpinan saya memberikan masukan-masukan tentang bagaim,ana saya harus menyikapi masalah yang saya hadapi.”

Hal senada juga diutarakan oleh informan III sebagai berikut ”...beliau selalu bersedia memberikan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah kami. Dan hal itu sangat kami harapkan dan sangat kami butuhkan.” Dari hasil wawancara dengan informan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan non directive approach diterapkan di perusahaan Housewares Furniture Indonesia.

c. Pendekatan perubahan Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara pengubahan terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakpuasan kerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan II sebagai berikut ”Pimpinan tidak pernah melakukan perubahan-perubahan terhadap manajemen perusahaan karena dirasakan menejemen yang dijalankan di perusahaan selama ini sudah cukup baik dan belum perlu untuk diadakan perubahan yang berarti.” Hal senada juga diungkapkan oleh informan V sebagai berikut: ”Pimpinan saya lihat selama ini kurang begitu mengadakan perubahan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan kecuali pada faktor upah kerja karena upah kerja pada perusahaan kami disesuaikan dengan UMK yang berlaku di wilayah klaten.” Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan perubahan hanya berlaku pada faktor upah saja di perusahaan Housewares Furniture Indonesia.

d. Pendekatan pemindahan pekerja Pendekatan ini dilakukan dengan cara memindahkan karyawan dari satu divisi ke divisi lain dalam perusahaan atau biasa disebut dengan rotasi karyawan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan I sebagai berikut: ”Rotasi karyawan pada perusahaan kami belumpernah terjadi karena tiap-

tiap divisi pada perusahaan kami memerlukan ketrampilan atau kemampuan yang berbeda-beda sehingga untuk melakukan rotasi antar tiap divisi pada perusahaan kami memerlukan ketrampilan atau kemampuan yang berbeda-beda sehingga untuk melakukan rotasi antar

Hal senada juga diungkapkan oleh informan II sebagai berikut: ” Rotasi karyawan antar divisi tidak pernah terjadi karena kemampun yang

dibutuhkan untuk tiap-tiap divisi adalah berlainan, sehingga untuk melaksnakan rotasi antar divisi dirasakan tidak memungkinkan karena bila hal itu dilakukan maka karyawan harus mendapatkan trainning baru untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik, dan selain menyita waktu perusahaan juga harus mengeluarka dana ekstra untuk program trainning tersebut.”

Dari hasi wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pemindahan kerja tidak pernah berlaku pada Housewares Furniture Indonesia.

e. Pendekatan pengubahan persepsi pendekatan pengubahan persepsi dilakukan dengan jalan jika ada kesalahan informasi yang sampai kepada karyawan yang biasanya terjadi karena human error, karena terkadang informasi perusahaan hanya disampaikan melalui mulut ke mulut maka akan disampaikan informasi yang sebenarnya melalui informasi tertulis.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan IV sebagai berikut: ”Jalannya informasi perusahaan sehingga sampai ke tangan karyawan

melalui dua cara yaitu perpindahan informasi dari mulut ke mulut karyawan dan dengan informasi secara tertulis dari perusahaan. Jika terjadi salah informasi maka perusahan akan segera melekukan klarifiksi atas informasi tersebut.”

Hal senada juga diungkapkan oleh informan VI sebagai berikut: ”Informasi-informasi perusahaan sampai ke tangan atau telinga karyawan

melalui informasi secara tertulis dan melalui mulut ke mulut. Melalui informasi tertulis yaitu perusahaan memberikan selebaran yang berisikan informasi yang ingin disampaikan kepada karyawan. Sedangkan melalui mulut ke mulut yaitu dengan memberikan informasi pokok pada pimpinan divisi untuk selanjutnya disampaikan kepada para karyawan bawahannya. Langkah yang dilakukan perusahaan jika terjadi salah informasi adalah jika terjadi salah informasi yang cukup parah maka akan dilakukan diskusi antara perwakilan karyawan dengan pimpinan perusahaan. Tetapi jika melalui informasi secara tertulis dan melalui mulut ke mulut. Melalui informasi tertulis yaitu perusahaan memberikan selebaran yang berisikan informasi yang ingin disampaikan kepada karyawan. Sedangkan melalui mulut ke mulut yaitu dengan memberikan informasi pokok pada pimpinan divisi untuk selanjutnya disampaikan kepada para karyawan bawahannya. Langkah yang dilakukan perusahaan jika terjadi salah informasi adalah jika terjadi salah informasi yang cukup parah maka akan dilakukan diskusi antara perwakilan karyawan dengan pimpinan perusahaan. Tetapi jika

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pengubahan persepsi telah dilakukan pada Housewares Furniture Indonesia Dari analisis hasil wawancara-wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan para karyawan bagian produksi Housewares Furniture Indonesia di atas tentang usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan karyawannya adalah dengan cara pendekatan tidak langsung, non directive approach , perubahan, dan pengubahan persepsi, sedangkan pendekatan pemindahan pekerja tidak diterapkan pada Housewares Furniture Indonesia.