Aborsi Tujuan Pemidanaan Tinjauan Pustaka

akibat atas perbuatan yang dilakukannya setiap orang yang telah bersalah.

b. Unsur-unsur Tindak Pidana

Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih mendalam dari tindak pidana itu sendiri, maka didalam tindak pidana tersebut terdapat unsur-unsur tindak pidana, yaitu: 1. Unsur Objektif Unsur Objektif adalah unsur yang terdapat diluar si pelaku, yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan, seperti: Sifat melawan hukum, kualitas dari si pelaku, kausalitas 2. Unsur Subjektif Unsur Subjektif adalah unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk didalamnya segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya, seperti: kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa, Maksud pada suatu percobaan, macam-macam maksud , merencanakan terlebih dahulu, dan perasaan takut. 16

2. Aborsi

Aborsi adalah Keluarnya atau dikeluarkan hasil konsepsi dari kandungan seorang ibu sebelum waktunya. Aborsi atau Abortus dapat 16 Teguh Prasetyo, Op.cit. hal 50-51 Universitas Sumatera Utara terjadi secara spontan dan aborsi buatan, aborsi secara spontan merupakan mekanisme alamiah keluarnya hasil konsepsi yang abnormal keguguran. 17 Istilah Aborsi adalah pengguguran kandungan. Walaupun dari sudut menggugurkan tidak sama persis artinya dengan praktik aborsi karena dari sudut hukum pidana pada praktik aborsi terdapat dua bentuk perbuatan, yaitu : a. Perbuatan menggugurkan afdrijven kandungan. b. Perbuatan mematikan doon‟doen kandungan. 18 Aborsi buatan legal dilakukan hanya berdasarkan indikasi medik, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutansuami, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten di suatu sarana kesehatan tertentu. Cara yang digunakan untuk aborsi buatan legal ini dapat berupa tindakan operatif paling sering dengan cara kuretase atau aspirasi vakum atau dengan cara medical, dan dilaksanakan di rumah-rumah sakit atau klinik. Cara operatif itu dilakukan juga oleh dokter-dokter atau tenaga paramedik tertentu pada kasus-kasus aborsi buatan illegal. 19

3. Tujuan Pemidanaan

Muladi membagi teori-teori tentang tujuan pemidanaan menjadi 3 kelompok yaitu sistem peminadanaan : 17 Notoatmodjo. Loc.cit. Halaman 135. 18 Yunanto. Hukum Pidana Malpraktik medik. Penerbit Andi Yogyakarta. Halaman 59. 19 Amir. Op.Cit. Halaman 94. Universitas Sumatera Utara a. Teori Absolut atau pembalasan Memandang bahwa pemindanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga berorientasi pada perbuatan dan terletak pada terjadinya kejahatan itu sendiri.Teori ini mengedapankan bahwa sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan semata- mata karena orang yang telah melakukan sesuatu kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan sehingga sanksi yang bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan. b. Teori Relatif atau teori tujuan Memandang bahwa pemindanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku tetapi sarana mencapai tujuan yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan masyarakat.Sanksi dikenakan pada tujuannya, yaitu untuk mencegah agar orang yang tidak melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk pemuasan absolut untuk keadilan. Teori ini muncul tujuan pemidanaan yang sebagai sarana pencegahan, baik pencegahan khusus yang ditunjukan kepada pelaku maupun pencegahan umum yang ditunjukan kepada masyarakat. c. Teori gabungan Memandang bahwa tujuan pemidanaan bersifat plural, karena mengabungkan antara prinsip-prinsip relatif tujuan dan retribusi sebagai satu kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana pemindanaan mengandung karakter retributif sejauh pemindanaan dilihat sebagai Universitas Sumatera Utara suatu kritik moral dalam menjawab tindakan yang salah, sedangkan karakter utilitariannya terletah pada ide bahwa tujuan kritik moral tersebut ialah suatu reformasi atau perubahan perilaku terpidana dikemudian hari. Teori ini digunakan untuk mengetahui tindak pidana putusan pengadilan untuk mencegah terjadinya malpraktek kepada pasien.

4. Dukun Beranak