antara manusia dalam bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui media massa Notoatmodjo, 2007.
C. Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat MTBS-BM
1. Pengertian Umum
Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat MTBS-BM merupakan pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita terintegrasi di
tingkat masyarakat sesuai standar. Menurut Hidayat 2009, manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk ini sebagai salah satu cara
efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak, mengingat pengelolaan ini dapat dilakukan pada pelayanan tingkat pertama
seperti di unit rawat jalan, puskesmas, polindes, dan lain-lain. Yang dimaksud berbasis masyarakat adalah strategi dalam penerapan
pendekatan MTBS dengan melibatkan masyarakat atau kader. Yang disebut bayi muda adalah rentang usia bayi mulai dari baru lahir hingga sebelum genap
berusia dua bulan. Sedangkan balita dalam konteks pedoman ini dimulai dari bayi berusia dua bulan hingga sebelum genap berusia lima tahun Pedoman
Perancanaan dan Pelaksanaan MTBS-BM, hal 11. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll. Upaya
ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena
Universitas Sumatera Utara
meliputi upaya preventif pencegahan penyakit, perbaikan gizi, upaya promotif berupa konseling dan upaya kuratif pengobatan terhadap penyakit
– penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. MTBS berbasis keluarga masyarakat merupakan upaya untuk mendorong
diterapkannya dan dipertahankannya perilaku kunci dalam keluarga yang mendukung kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam
kerangka pengembangan kapasitas masyarakat. 2.
Strategi MTBS MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan seperti yang
dijelaskan dalam publikasi CORE USAID 2009 yaitu: a
Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit menggunakan pedoman MTBS yang telah
diadaptasi di negara-negara tersebut. b
Komponen II : Memperbaiki sistem kesehatan melalui penguatan perencanaan dan manajemen kesehatan di tingkat kabupatenkota, melalui
penyediaan saranaprasarana kesehatan dan obat-obatan esensial, pemberian dukungan dan supervise, peningkatan system rujukan kasus dan
system informasi kesehatan, serta mengatur tata kerja yang efisien di fasilitas kesehatan.
c Komponen III : Meningkatkan praktekperan keluarga dan masyarakat
dalam perawatan balita sakit dan sehat di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit.
Dari ketiga komponen diatas, komponen III sebenarnya memiliki potensi terbesar dalam berkontribusi meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangan anak. Komponen tersebut dikenal sebagai MTBS Berbasis
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat atau Community-Integrated Management of Chaildhood Illness atau C-IMCI.
3. Perilaku kunci yang dianjurkan untuk menjamin kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan perkembangan anak a.
Perilaku yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan mental anak. 1
Memberikan ASI ekslusif paling sedikit selama 6 bulan. 2
Memberikan makanan pendamping ASI yang kaya zat gizi mulai usia 6 bulan sambil meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih.
3 Memberikan zat gizi mikro yang cukup terutama vit.A dan zat besi,
baik melalui menu makanan dengan gizi seimbang maupun suplemen. 4
Memenuhi kebutuhan anak untuk perkembangan mental dan sosialnya melalui interaksi aktif, bermain dan menciptakan lingkungan yang
mendukung terjadinya perkembangan tersebut. b.
Perilaku untuk pencegahan penyakit 1
Membawa anak sesuai jadwal untuk mendapatkan imunisasi lengkap BCG, DPT, Polio dan campak sebelum bayi berusia 1 tahun.
2 Membuang tinja anak Balita di jamban, mencuci tangan setelah cebok,
setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makan meneteki anak.
3 Melindungi anak dari serangan penyakit malaria di daerah endemik
malaria dengan mengunakan kelambu yang sudah dicelup anti serangga, pada waktu tidur.
4 Mempraktekkan dan mempertahankan perilaku untuk mencegah
penularan HIVAIDS dan memberikan perhatian kepada orang-orang
Universitas Sumatera Utara
yang menderita akibat HIVAIDS, termasuk anak yatim yang orangtuanya meninggal karena HIVAIDS.
c. Perilaku dalam pengasuhan dan perawatan anak di rumah
1 Meneruskan pemberian makanan dan memberikan cairan lebih banyak,
termasuk ASI, ketika anak sakit. 2
Memberikan pengobatan yang tepat di rumah terhadap penyakit infeksi yang diderita anak.
3 Melakukan tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani kasus-
kasus trauma dan kecelakaan di rumah dan di luar rumah. 4
Mencegah terjadinya kekerasan dan penelantaran anak dan melakukan tindakan yang tepat jika hal ini terjadi.
5 Kaum laki-laki berperan secara aktif dalam pengasuhan anak dan
kesehatan reproduksi di dalam keluarga. d.
Perilaku pencarian pertolongan kesehatan 1
Mengenal tanda-tanda kapan anak sakit, memerlukan pertolongan dari tenaga kesehatan dan mencari pertolongan dari tenaga kesehatan yang
tepat. 2
Mengikuti nasihatanjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang pengobatan, tindak lanjut dan rujukan anak sakit.
3 Setiap ibu hamil :
a Harus mendapatkan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali
dari petugas kesehatan yang tepat. b
Harus mendapatkan imunisasi TT 2 kali.
Universitas Sumatera Utara
c Membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat untuk
mendapatkan pertolongan pada saat persalinan, selama masa nifas dan masa menyusui Dr Khan dkk,2008.
D. Tanda Bahaya Umum pada Anak Usia 2-59 bulan