c Membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat untuk
mendapatkan pertolongan pada saat persalinan, selama masa nifas dan masa menyusui Dr Khan dkk,2008.
D. Tanda Bahaya Umum pada Anak Usia 2-59 bulan
Tanda bahaya adalah kondisi dimana anak harus segera mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan. Jika anda menemukan anak dengan satu atau
lebih tanda bahaya umum, rujuk SEGERA ke fasilitas kesehatan. Empat tanda bahaya umum yang mungkin terjadi pada anak sakit :
1. Tidak bisa menyusu minum
2. Memuntah kan semua yang diminum dimakan
3. Kejang-kejang
4. Tidak sadar kesadaran menurun Depkes RI, 2008
Mengenal tanda bahaya khusus pada penyakit diare, batuk dan demam
Gambar 2. 1 Tanda Bahaya Khusus Pada Anak Sakit Batuk, Demam Dan Diare
Universitas Sumatera Utara
E. Diare
1. Pengertian diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja Ngastiyah,2005.
a. Faktor penyebab diare
Penyebab utamanya adalah beberapa kuman usus penting yaitu rotavirus, eschericia coli ,shigella, cryptosporidium, vibrio cholerae dan
salmonella. Selain kuman ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu :
1 Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan. 2
Menggunakan botol susu. 3
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. 4
Air minum tercemar dengan tinja. 5
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan Nursalam,2005.
2. Jenis-jenis Diare
Menurut pedoman MTBS 2008 diare dapat diklasifikasikan menjadi : a.
Diare akut Mulai dengan tiba-tiba, mungkin berlangsung selama beberapa hari
dan berhenti sebelum 2 minggu. Sebagian besar diare akut yang
menyebabkan dehidrasi berat adalah karena Kolera.
b.
Diare Persisten :
Universitas Sumatera Utara
Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. Sekitar 20 dari diare akut akan berlanjut menjadi diare persisten.
c. Disentri
1 Disentri ditandai dengan adanya darah dalam tinja, dengan atau tanpa
lendir. 2
Adanya darah dalam tinja merupakan petunjuk adanya infeksi kuman umumnya SHIGELA yang menyerang dinding usus halus pada anak –
anak . 3
Dalam keadaan ini anak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika yang tepat dari petugas kesehatan.
4 Seorang anak bisa terkena diare akut dan disentri secara bersamaan.
3. Menangani diare di rumah
Cara menangani diare di rumah berdasarkan MTBS : a.
Memberi cairan tambahan antara lain : ASI lebih sering dan lebih lama, air matang, cairan rumah tangga yang lain seperti larutan gula garam,
cairan makanan kuah sayur, air tajin dan oralit. b.
Pemberian tablet Zinc selama sepuluh hari walaupun anak tidak diare lagi.
c. Melanjutkan pemberian makan pada anak Modul 4;21.
4. Langkah-langkah membuat oralit :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Siapkan gelas berukuran 200 ml gunakan gelas belimbing yang bersih.
c. Isi gelas dengan air matang yang sudah direbus sampai mendidih,
kemudian dinginkan, atau air minum yang sudah tersedia, dari wadah yang bersih dan tertutup.
Universitas Sumatera Utara
d. Tuang seluruh bubuk oralit ukuran 200 ml ke dalam gelas berisi air
tersebut. e.
Aduk sampai seluruh bubuk oralit larut. f.
Berikan kepada anak dengan menggunakan sendok bersih atau langsung dari gelas sedikit demi sedikit.
5. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger. Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku 2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain: a.
Tidak memberikan Air Susu IbuASI ASI eksklusif, memberikan Makanan
b. PendampingMP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak
terhadap kuman c.
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
d. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi ASImakan, setelah Buang Air Besar BAB, dan setelah membersihkan BAB anak
e. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Universitas Sumatera Utara
Faktor lingkungan antara lain: a.
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
b. Kakus MCK
c. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang
gizimalnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensiimunosupresi dan penderita campak Kemenkes RI, 2011.
6. Cara Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI 2006 adalah sebagai berikut:
a. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare
Depkes RI, 2006. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
Universitas Sumatera Utara
formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk Depkes RI, 2006.
b. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
1 Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih
sering 4 kali sehari setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan
pemberian ASI bila mungkin. 2
Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasibubur dan biji- bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih. 3
Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak Depkes RI, 2006 c.
Menggunakan air bersih yang cukup Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah Depkes RI, 2006.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: 1
Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
2 Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,
membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber. 3
Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
4 Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan Depkes RI,
2006 d.
Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare Depkes
RI, 2006. e.
Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban Depkes RI, 2006. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1 Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga. 2
Bersihkan jamban secara teratur.
Universitas Sumatera Utara
3 Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang
air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari
sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki Depkes RI, 2006. f.
Membuang Tinja Bayi yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan
benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan: 1
Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
2 Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih
dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan
seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus. 3
Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya Depkes RI, 2006.
F. Pneumonia