Gangguan pada Kulit Kosmetik

G. Bahan Komedogenik Ada beberapa bahan baku sintetik yang sering dipakai pada produk kosmetik tertentu bersifat komedogenik dan bisa menyebabkan kelainan kulit. Diantaranya seperti isopropyl myristate dan analognya seperti senyawa isopropyl isostearate, butyl stearate, dan sebagainya Jaelani, 2009. H. Bahan Tambahan Lainnya Bahan tambahan yang berfungsi sebagai preservatif yang biasa digunakan dalam formula kosmetik, antara lain dari golongan paraben propil paraben dan metil paraben, asam benzoat, imidazolydinil urea, isothiazolones, benzalkoniumchloride, 2-bromo-2-nitropopanel, dan 3-diol dimethyl-hydantoin Jaelani, 2009.

2.1.4 Gangguan pada Kulit

A. Flek Hitam Flek hitam atau melasma merupakan hiperpigmentasi kecoklatan yang terjadi di wajah, leher, dan lengan, dengan warna yang simetris sama pada sisi kiri dan sisi kanan. Adanya peningkatan melanin atau tidak meratanya distribusi melanin dapat menyebabkan perubahan pigmentasi lokal atau flek. Penyebab melasma sendiri bisa dikarenakan faktor internal seperti ketidakseimbangan hormon maupun faktor eksternal karena paparan sinar matahari, kontak dengan zat kimia, polusi, dan infeksi lokal. Untuk mengatasi masalah flek ini bisa dilakukan dengan proteksi dini terhadap paparan sinar matahari terhadap kulit dengan sunblock. Solusi herbal dengan kosmetik nabati juga bisa digunakan untuk menanggulangi flek hitam ini Jaelani, 2009. B. Iritasi Kulit Pemakaian kosmetik bukan saja dapat mempercantik dan memperindah penampilan. Tetapi apabila kurang hati-hati dalam memilih produk yang sesuai. Apalagi saat ini banyak produk kosmetik yang menggunakan bahan kimia berbahaya sebagai komponen bahan bakunya. Bila hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin terjadi iritasi pada kulit atau luka terutama karena kosmetik yang tidak cocok sehingga bukannya bertambah cantik tetapi malah sebaliknya Jaelani, 2009. C. Jerawat Gangguan dermatologis karena jerawat merupakan permasalahan umum yang dialami setiap orang, terutama anak remaja. Meskipun begitu, justru karena hal inilah rasa percaya diri menjadi berkurang padahal ada bermacam cara untuk mencegah dan mengatasinya sedini mungkin Jaelani, 2009. Jerawat bisa disebabkan oleh meningkatnya produksi kelenjar minyak sebacus gland sehingga menyumbat saluran folikel rambut maupun pori-pori kulit. Selain wajah, jerawat juga bisa terjadi pada bagian tubuh yang lain seperti di bagian punggung, leher, dada, hingga lengan bagian atas. Bahkan kulit kepala, hidung, dan telinga juga bisa menjadi daerah serangan jerawat Jaelani, 2009. Berdasarkan tipe serangannya, jerawat bisa dibedakan dalam tiga kategori yaitu komedo, jerawat biasa, dan jerawat batu. Komedo adalah pori-pori yang tersumbat, bisa dalam kondisi terbuka maupun tertutup. Komedo yang terbuka atau blackhead ini tampak sebagai pori-pori yang membesar dan menghitam, sedangkan komedo tertutup atau whitehead berupa kulit yang tumbuh di atas pori- pori yang tersumbat sehingga tampak seperti benjolan kecil putih Jaelani, 2009. Adapun jerawat biasa, dapat terjadi berupa tonjolan kecil berwarna kemerahan yang diakibatkan oleh infeksi bakteri pada pori-pori yang tersumbat. Gangguan psikologis, hormonal, dan lingkungan juga dapat memperbesar terjadinya jerawat. Sementara jerawat batu cystic acne merupakan jerawat besar dengan peradangan hebat dan berkumpul pada seluruh wajah. Secara genetis, jerawat jenis ini diakibatkan oleh kelenjar minyak yang berlebihan, pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal, dan respons berlebihan terhadap radang sehingga meninggalkan bekas pada kulit Jaelani, 2009. Untuk mengatasi gangguan kulit seperti jerawat ini bisa dilakukan dari dalam dan dari luar. Menjaga kondisi psikis agar tetap stabil dan tenang berpengaruh pada respons hormonal yang menjadi pemicu munculnya jerawat. Demikian juga dengan konsumsi makanan berkadar lemak tinggi perlu dikurangi. Sebagai kompensasi, perbanyak mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan. Sementara itu perawatan kulit secara intensif dan alami bisa segera dicoba dengan mempergunakan bahan-bahan herbal untuk pencegahan dan penyembuhan jerawat Jaelani, 2009. Sedangkan untuk mengatasi jerawat dari luar dapat menggunakan tretinoin. Penggunaan topikal tretionin yaitu bentuk asam dari vitamin A atau isomer isotretinoin bersifat antikomedogenik. Obat-obat ini berguna untuk mengobati jerawat tetapi pasien sebaiknya diperingatkan bahwa kemerahan dan pengelupasan kulit dapat timbul setelah aplikasi untuk beberapa hari tetapi berkurang dengan waktu BPOM RI, 2008. D. Kanker Kulit Secara patologis, kanker kulit dapat diartikan sebagai bentuk abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan sel-sel gerak yang bisa terjadi pada kulit. Paparan cahaya matahari yang berlebihan bisa menjadi penyebab kanker kulit. Hal ini mengingat perkembangan kanker kulit itu tergantung pada jumlah sinar ultraviolet yang terserap kulit, daya tahan tubuh serta jumlah melanin pigmen kulit dari seseorang Jaelani, 2009. Bagi mereka yang kebanyakan bekerja di luar rumah misalnya petani dan nelayan mempunyai risiko tinggi terkena kanker kulit. Apalagi dengan adanya perubahan suhu pada lingkungan global di atmosfer bumi, terutama dengan semakin menipisnya lapisan ozon O 3 akibat efek rumah kaca. Padahal ozon merupakan penyerap yang sangat efektif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Ozon ini membentuk lapisan pelindung di sekeliling bumi sehingga dapat menjaga bumi dari bencana radiasi yang disebabkan oleh sinar ultraviolet Jaelani, 2009. Penyebab kanker kulit bisa terjadi karena paparan terhadap iritan kimia misalnya penggunaan kosmetik sintetik, bahan-bahan polutan akibat buangan limbah pabrik atau industri, dan sebagainya. Bisa juga karena luka pukulan, tekanan, gosokan atau lecet dan goresan fisik. Sementara itu, penyebab bahan biologis bisa berupa infeksi virus atau oleh kondisi patologis di dalam saat kondisi daya tahan tubuh sedang mengalami penurunan Tucker, 1998. Deteksi terhadap kanker kulit dapat diketahui dari beberapa gejala yang menyertainya seperti adanya bintik lebar berwarna keputihan pada daerah yang terkena, adanya lesi yang menonjol pada permukaan kulit dengan lingkaran yang tidak teratur, perubahan nyata dari tahi lalat mole, serta pemborokan kulit pada luka yang lama Tucker, 1998.

2.2 Asam Retinoat