Kurikulum Membentuk Buku Teks

B. Kurikulum Membentuk Buku Teks

Sejarah memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan manusia. Sejarah menjadi embrio dari peradaban berikutnya ketika masa silam menjadi guru kehidupan di masa yang akan datang. Kehidupan masa depan menjadi baik ataupun terpuruk hanya bisa dipilih oleh manusia yang belajar dari guru kehidupan tersebut. Dari masa ke masa manusia memiliki pemahaman terhadap Sejarah dan kemudian menimbulkan keberagaman fungsi sejarah dan keberagaman fungsi sejarah menurut Suud (1990) meliputi genesis, didaktis dan kajian ilmu. Fungsi sejarah secara genesis artinya sejarah difungsikan untuk mengetahui asal usul atau awal mula suatu kejadian Sejarah memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan manusia. Sejarah menjadi embrio dari peradaban berikutnya ketika masa silam menjadi guru kehidupan di masa yang akan datang. Kehidupan masa depan menjadi baik ataupun terpuruk hanya bisa dipilih oleh manusia yang belajar dari guru kehidupan tersebut. Dari masa ke masa manusia memiliki pemahaman terhadap Sejarah dan kemudian menimbulkan keberagaman fungsi sejarah dan keberagaman fungsi sejarah menurut Suud (1990) meliputi genesis, didaktis dan kajian ilmu. Fungsi sejarah secara genesis artinya sejarah difungsikan untuk mengetahui asal usul atau awal mula suatu kejadian

Dunia pendidikan menggunakan fungsi sejarah tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kuntowidjojo (1995:24) secara umum sejarah mempunyai fungsi pendidikan yaitu pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu. Pendidikan Nasional dengan dinamika kurikulum yang senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhkan manusia tetap memiliki satu tujuan sesuai yang termaktub dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya. Dalam mencapai tujuan tersebut sistem pendidikan menganut tiga fungsi Pendidikan sebagai transmisi dan transformasi kebudayaan serta pengembangan individu.

Memfungsikan sejarah untuk kepentingan dimasa depan termasuk pendidikan dapat dilakukan dengan visual, verbal maupun audio visual. Visual misalnya menggunakan gambar dan tulisan verbal dengan cara lisan dan audio visual dengan rekaman video dan lain sebagainya. Dalam bentuk tulisan sebuah sejarah ada dua macam penulisan yaitu penulisan yang dilakukan melalui prosedur penelitian sejarah dan penulisan sejarah yang tidak melalui prosedur penelitian sejarah. Di dunia pendidikan sendiri untuk mencapai tujuannya salah satunya menggunakan penulisan sejarah yang melalui prosedur penelitian yaitu buku teks pelajaran sejarah SMA.

Sedangkan dari fungsi yang ada, pendidikan sejarah memiliki tujuan kurikulum tersendiri. Menurut Hamid Hasan dalam Kongres Nasional Sejarah tahun 1996, secara tradisional tujuan kurikulum pendidikan sejarah selalu diasosiasikan dengan tiga pandangan yaitu:

(1) “ perenialisme ” yang memandang bahwa pendidikan sejarah haruslah mengembangkan tugas sebagai wahana “ transmission of culture ”. Pengajaran sejarah hendaklah diajarkan sebagai pengetahuan yang dapat membawa siswa kepada

penghargaan yang tinggi terhadap “ the glorius past ”. Kurikulum sejarah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak didik dan generasi penerus untuk mampu

menghargai hasil karya agung bangsa di mada lampau, memupuk rasa bangga sebagai bangsa, rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan nasional.

(2) esensialisme , menurut pandangan ini, kurikulum sejarah haruslah mengembangkan pendidikan sejarah sebagai pendidikan disiplin ilmu dan bukan hanya terbatas pada pendidikan pengetahuan sejarah. Dalam pandangan aliran esensialisme , siswa yang belajar sejarah harus diasah kemampuan intelektualnya sesuai dengan tradisi intelektual sejarah sebagai disiplin ilmu. Kemampuan intelektual keilmuan antara lain menghendaki kemampuan berfikir kritis dan analitis terutama dikaitkan dalam konteks berfikir yang didasarkan filsafat keilmuan.

(3) rekonstruksi sosial, pandangan ini menganggap bahwa kurikulum pendidikan sejarah haruslah diarahkan pada kajian yang mengangkut kehidupan masa kini dengan problema masa kini. Pengetahuan sejarah diharapkan dapat membantu siswa mengkaji masalah untuk memecahkan permasalahan. Kecenderungan-kecenderungan yang (3) rekonstruksi sosial, pandangan ini menganggap bahwa kurikulum pendidikan sejarah haruslah diarahkan pada kajian yang mengangkut kehidupan masa kini dengan problema masa kini. Pengetahuan sejarah diharapkan dapat membantu siswa mengkaji masalah untuk memecahkan permasalahan. Kecenderungan-kecenderungan yang

Namun klasifikasi seperti pandangan di atas tidak perlu dijadikan pegangan mutlak dan terpisah oleh para pengembang kurikulum sejarah. Sebagai wahana pendidikan, kurikulum sejarah harus diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan seperti pengembangan rasa kebangsaan, kebanggaan atas prestasi gemilang masa lalu bangsa, mampu menarik pelajaran dari peristiwa masa lampau untuk digunakan dalam melanjutkan prestasi gemilang bangsa bagi kehidupan masa sekarang dan yang akan datang (Hasan, 1997:139). Hubungan sejarah dan pendidikan yang erat kemudian melahirkan tujuan pendidikan terlihat jelas pada buku teks pelajaran sejarah. Perkembangan pembuatan buku teks pelajaran SMA terpengaruh oleh tiga hal yaitu perkembangan kurikulum, historiografi dan kondisi masyarakat Indonesia. Tiga unsur pembentuk buku teks pelajaran sejarah SMA tersebut berkembang selaras dengan perkembangan waktu dan perkembangan pemikiran manusia terhadap segala hal terutama tentang pendidikan dan ilmu sejarah. Buku teks pelajaran sejarah SMA yang terbentuk dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2006 berada dalam 4 kali perubahan kurikulum, dan secara politik berada dalam dua masa kekuasaan yang disebut Orde Baru dan pasca Orde Baru atau reformasi serta secara historiografi buku teks pelajaran Sejarah dalam gelombang ketiga historiografi Indonesia.