Analisa Intensitas Kejadian Konflik

5.1. Analisa Intensitas Kejadian Konflik

Dari sejumlah kejad ian ko nflik yang terjadi d i kabupaten Aceh Tengah, penulis melihat konflik po litik menjadi konflik yang sering muncul terutama pada saat-saat menjelang pesta demokrasi dilaksanakan, baik pesta demokrasi dalam rangka pemilihan kepala daerah, maupun pada saat pemilihan anggota legislatif. Sedangkan pada saat pemilihan presiden cenderung kondusif.

Konflik politik ini tidak terlepas dari rendahnya pemahaman politik masyarakat yang deng an mudah dipolitisasi dan d imobilisir oleh pihak- pihak tertentu dan untuk kepentingan tertentu. Disamping itu juga dipengaruhi oleh konflik masa lalu yang belum sepenuhnya terwujud rekonsiliasi diantara pihak- pihak yang pernah bertikai, khususnya antara kelompok PETA dengan pendukung partai Aceh yang merupakan partai politik yang d idirikan oleh mantan kombatan GAM .

Isu lainnya yang dimunculkan yang juga menjadi potensi laten konflik di Aceh Tengah yaitu isu etno-geo grafis. Etno geografis dan bahkan etno- nasional ini muncul karena umumnya etnis di kabupaten Aceh Tengah adalah etnis Gayo. Dalam konteks po litik, isu ketidakadilan pembangunan serta ketidakadilan penembatan pejabat public berdasarkan geografis dipusat pemerintahan provinsi sering dijadikan sebagai “fakto r” untuk memunculkan anti-pemerintahan Aceh. Salah satu bentuk respon dari kondisi ini adalah melahirkan isu pemekaran provinsi dari provinsi Aceh dan membentuk provinsi ALA (Aceh Leuser Antara).

Selain itu secara psikologi bud aya, masyarakat Aceh Tengah yang beretnis Gayo juga sangat sensitive, khususnya terhadap entitas dan identitas ke- gayo- annya. Secara psikologi kemasyarakatan muncul kesadaran bahwa etnisitas kegayoan perlu diakui oleh pemerintahan Aceh dalam berb agai kebijakan politik dan regulasinya. Sebaliknya jika kebijakan- kebijakan po litik dan hukum yang cenderung “menasionalisasi” dan atau mengakuisisi etnisitas gayo dalam term “Aceh” ensich, maka akan melahirkan sikap anti- pati terhadap pemerintahan Aceh. Hal ini seperti penolakan warga Aceh Tengah terhadap qanun wali nanggroe, karena dalam q anun terseb ut hanya disebutkan bahwa syarat menjadi wali nanggroe harus mampu berbahasa Aceh. Kondisi ini melahirkan apatisme Selain itu secara psikologi bud aya, masyarakat Aceh Tengah yang beretnis Gayo juga sangat sensitive, khususnya terhadap entitas dan identitas ke- gayo- annya. Secara psikologi kemasyarakatan muncul kesadaran bahwa etnisitas kegayoan perlu diakui oleh pemerintahan Aceh dalam berb agai kebijakan politik dan regulasinya. Sebaliknya jika kebijakan- kebijakan po litik dan hukum yang cenderung “menasionalisasi” dan atau mengakuisisi etnisitas gayo dalam term “Aceh” ensich, maka akan melahirkan sikap anti- pati terhadap pemerintahan Aceh. Hal ini seperti penolakan warga Aceh Tengah terhadap qanun wali nanggroe, karena dalam q anun terseb ut hanya disebutkan bahwa syarat menjadi wali nanggroe harus mampu berbahasa Aceh. Kondisi ini melahirkan apatisme

Selain itu, ko nflik tawuran juga menjadi konflik yang mempunyai intensitas tinggi, meskipun konflik ini tidak terjad i secara permanen. Tawuran ini umumnya juga d ipengaruhi oleh faktor politik pada masa- masa pelaksanaan pesta demokrasi. Tawuran ini tidak terlepas dari rend ahnya pendid ikan politik warga serta masih kuatnya patron- klient terhadap tokoh-tokoh di Aceh Tengah, b aik karena ketoko han agama, maupun ketokohan po litik (public).

Terakhir, ko nflik lainnya seperti lahan/ sumber d aya alam, agama, etnis, aparatur pemerintahan d an juga sumber daya ekonomi cenderung tidak terlalu muncul d i kabupaten Aceh Tengah. Untuk konflik lahan terjadi beberap a puluh tahun lalu, karena adanya eksplorasi hutan oleh PT.KKA yang merupakan perusahaan BUM N yang menebang hutan untuk prabrik kertas di kabupaten Aceh Utara. Namun saat ini pab rik tersebut sudah ditutup karena tidak ada lagi sup lai gas dari PT. Exxon M ob il Ind onesia. Satu- satunya isu yang muncul terkait dengan konflik lahan yaitu pada pembangunan PLTA Peusangan di kecamatan Silih Nara, d imana pembangunan PLTA tersebut merusak fungsi lahan pertanian mereka, karena menyebabkan banjir serta menyebabkan matinya sejumlah binatang ternak mereka.

Grafik 1: Intensitas kejadian/ peristiwa berdasarkan data media online

Sumber: www.lintasgayo.co m

Data d i atas menunjukkan bahwa kasus- kasus yang terjadi di kabupaten Aceh Tengah yang menjadi perhatian d ari media massa khususnya media online ad alah tingkat kriminalitas yang cenderung tinggi, dibandingkan dengan kasus- kasus lainnya. Beberapa kasus criminal yang Data d i atas menunjukkan bahwa kasus- kasus yang terjadi di kabupaten Aceh Tengah yang menjadi perhatian d ari media massa khususnya media online ad alah tingkat kriminalitas yang cenderung tinggi, dibandingkan dengan kasus- kasus lainnya. Beberapa kasus criminal yang

Sedangkan yang terkait deng an kasus- kasus sosial umunya terkait dengan perceraian, pertaruhan/ judi di arena pacuan kud a, hamil diluar nikah, KDRT, kebakaran, dll. Kasus- kasus terkait isu sosial menjadi hal yang juga relative sering terjad i di daerah ini. Sementara yang terkait dengan peristiwa politik, umumnya terjadi secara tempo rar, dimana peristiwa ini muncul secara dominan pada saat – saat pelaksanaan pesta demokrasi, baik pilkada maupun pileg. Kasus perselisihan d iantara aparatur pemerintahan cenderung tidak muncul di daerah ini, dan relasi antara aparatur pemerintaha berjalan dengan baik.

Grafik 2: Jenis kasus yang terjadi secara umum di Aceh Tengah

Sumber: www.lintasgayo.co m

Beg itupun dalam ko nteks agama, tidak terjadi konflik d iantara agama yang b erbeda di kabupaten Aceh Tengah. Ag ama-agama minoritas seperti Kristen, Pro testan, Budha dan lainnya dapat hidup secara damai dan harmonis di kabupaten ini. Pun demikian dengan relasi masyrakat yang berbeda etnis, baik Gayo, Aceh, Jawa, Padang, Batak, dll hidup bersama d an melakukan hubungan ekonomi secara bersamaan, tanpa ada konflik yang terkait dengan isu etnis.