Kondisi Umum
I. Kondisi Umum
Dari jumlah Penduduk Surabaya yang berjumlah 2.599.796 orang, 4.838 orang diantaranya adalah penyandang Disabilitas (BPS Surabaya, 2016). Jumlah tersebut belum ditambah dengan jumlah penduduk usia senja yang berjumlah 187.955. Sebagai kelompok rentan, penduduk usia senja dan penduduk dengan disabilitas membutuhkan aksesibilitas yang memadai dalam kehidupan bermasyarakat agar mereka dapat beraktivitas dengan aman Dari jumlah Penduduk Surabaya yang berjumlah 2.599.796 orang, 4.838 orang diantaranya adalah penyandang Disabilitas (BPS Surabaya, 2016). Jumlah tersebut belum ditambah dengan jumlah penduduk usia senja yang berjumlah 187.955. Sebagai kelompok rentan, penduduk usia senja dan penduduk dengan disabilitas membutuhkan aksesibilitas yang memadai dalam kehidupan bermasyarakat agar mereka dapat beraktivitas dengan aman
Isu ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan mengingat jumlah penduduk dengan disabilitas di Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun (lihat lampiran 1). Maka dari itu, kebutuhan akan kebijakan yang memberikan perlindungan dan perwujudan atas hak-hak penduduk penyandang disabilitas sangatlah perlu dilakukan. Provinsi Surabaya telah memiliki beberapa kebijakan baik di level provinsi hingga level walikota yang mengatur perlindungan dan perwujudan hak-hak penduduk dengan Disabilitas dalam berbagai hal antara lain:
1. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Permakanan di Kota Surabaya.
2. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturaan Walikota Surabaya Nomor 2 Tahun 2013 tentang Standar
Operasional Prosedur Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Unit Pelaksana Teknis Dinas Lingkungan Pondok Sosial Keputih pada Dinas Sosial Kota Surabaya.
3. Peraturan Daerah Kota Surabaya nomr 6 tahun 2011 tentang penyelenggaraan perlindungan Anak.
4. Peraturat Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas.
Dalam proses implementasi kebijakan demi pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan perbaikan fasilitas ruang publik agar dapat dinikmati oleh penyandang disabilitas. Usaha tersebut antara lain pembenahan trotoar dengan dilengkapi ramp dan guiding block (lihat lampiran 2).
Kota Surabaya yang juga dikenal dengan kota 1000 taman ini juga memberikan pembenahan fasilitas taman yang ramah bagi penyandang disabilitas, seperti yang sudah dilaksanakan di beberapa taman yaitu Taman Surya, Taman Bungkul, Taman Prestasi, Taman Jayengrono, Taman Jangkar, Balai Pemuda, Balai Kota, dan eks Gedung Siola.
Pembenahan antara lain dilakukan pada pembuatan jalur khusus difabel, petunjuk jalan khusus bagi difabel dan pembenahan toilet yang aksesibel bagi difabel. Walaupun usaha perbaikan fasilitas ruang publik bagi penyandang disabilitas telah dilakukan, namun Pemerintah Kota Surabaya masih harus melakukan banyak pembenahan mengingat masih banyak ruang publik yang belum ramah terhadap penyandang disabilitas.
Salah satu ruang publik yang sebetulnya sangat vital dan dibutuhkan oleh seluruh warga Surabaya termasuk penyandang disabilitas adalah terminal Purabaya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, dikatakan bahwa terminal Purabaya sangatlah tidak aksesibel bagi penyandang disabilitas dengan segala jenisnya. Berdasarkan prinsip desain inklusi yang terdiri dari 7 prinsip, terminal Purabaya hanya memenuhi 2 prinsip yaitu prinsip ketiga tentang cara penggunaan yang sederhana (Simple and Intuitive Use) dengan kemudahan pencarian lokasi dan prinsip keempat tentang informasi yang jelas (perceptible information). Sedangkan 5 prinsip lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas yaitu prinsip kesetaraan dalam penggunaan (Equitable use), prinsip fleksibilitas dalam Salah satu ruang publik yang sebetulnya sangat vital dan dibutuhkan oleh seluruh warga Surabaya termasuk penyandang disabilitas adalah terminal Purabaya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, dikatakan bahwa terminal Purabaya sangatlah tidak aksesibel bagi penyandang disabilitas dengan segala jenisnya. Berdasarkan prinsip desain inklusi yang terdiri dari 7 prinsip, terminal Purabaya hanya memenuhi 2 prinsip yaitu prinsip ketiga tentang cara penggunaan yang sederhana (Simple and Intuitive Use) dengan kemudahan pencarian lokasi dan prinsip keempat tentang informasi yang jelas (perceptible information). Sedangkan 5 prinsip lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas yaitu prinsip kesetaraan dalam penggunaan (Equitable use), prinsip fleksibilitas dalam
Dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, pemerintah provinsi Surabaya masih memerlukan banyak pembenahan. Beberapa ruang-ruang publik di kota Surabaya hanya mampu memenuhi 30% dari total kebutuhan aksesibilitas di Kota Surabaya. Beberapa ruang publik seperti Tunjungan Plaza, Raya Darmo, Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya masih belum memenuhi faktor ketersediaan, ketepatan, dan kesesuaian kondisi yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas. Hal ini Dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, pemerintah provinsi Surabaya masih memerlukan banyak pembenahan. Beberapa ruang-ruang publik di kota Surabaya hanya mampu memenuhi 30% dari total kebutuhan aksesibilitas di Kota Surabaya. Beberapa ruang publik seperti Tunjungan Plaza, Raya Darmo, Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya masih belum memenuhi faktor ketersediaan, ketepatan, dan kesesuaian kondisi yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas. Hal ini
Sedangkan dalam implementasi Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturaan Walikota Surabaya Nomor 2 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Unit Pelaksana Teknis Dinas Lingkungan Pondok Sosial Keputih pada Dinas Sosial Kota Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial Surabaya telah memberikan pendampingan yang maksimal dan efektif bagi anak-anak penyandang disabilitas. UPTD Pondok Sosial Kalijudan telah melakukan pendampingan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dengan memberikan pembinaan yang meliputi bimbingan mental/spiritual, fisik, sosial dan keterampilan. Melalui kegiatan ini, anak-anak penyandang disabilitas dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan lebih mandiri dan dapat mengeksplorasi bakat yang mereka miliki (Putri,
D.F & Ma’aruf, M.F, n,d).
Dalam hal pendidikan, pemerintah kota Surabaya belum memiliki kebijakan yang mengatur tentang jaminan pendidikan bagi penyandang disabilitas di kota Surabaya. Hal ini membuat penyandang disabilitas mendesak pemerintah kota Surabaya untuk membuat perwali yang
menjamin pendidikan bagi penyandang disabilitas. 5 Walaupun demikian, telah banyak sekolah yang
menampung siswa dengan penyandang disabilitas baik itu sekolah luar biasa maupun sekolah inklusif di semua jenjang.