Disabilitas di Kota Solo

I. Disabilitas di Kota Solo

Dalam menjalani kehidupannya, penyandang disabilitas seringkali mengalami diskriminasi, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, ataupun aspek kehidupan lainnya. Diskriminasi dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja. Minimnya aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dalam bidang kesenian merupakan salah satu wujud dari diskriminasi tersebut.

Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Tahun 2014 memperlihatkan bahwa Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Tahun 2014 memperlihatkan bahwa

Berdasarkan ragam disabilitas, sebesar 338 orang (27,16%) penduduk Kota Surakarta mengalami disabilitas fisik dengan persentase tertinggi pada laki-laki. Selanjutnya penyandang disabilitas mental atau jiwa menepati urutan kedua, yaitu sebesar 315 orang (25,81 %) dengan persentase tertinggi pada laki-laki. Secara umum kelompok laki-laki lebih banyak mengalami disabilitas dibandingkan perempuan, padahal secara sosial budaya laki-laki memiliki beban lebih menjadi sumber penghasil pendapatan keluarga. Hal ini memberi tantangan kepada pemerintah untuk dapat membuat kebijakan daerah sehingga dapat memberdayakan penyandang disabilitas menjadi mampu mandiri dan produktif. Adapun data tentang jumlah penyandang disabilitas Kota Solo tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Kota Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang sangat mempedulikan penyandang disabilitas. Ini dapat dilihat dari perhatian yang diberikan oleh Pemerintah Kota Solo melalui pembuatan sejumlah peraturan daerah tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi penyandang disabilitas.

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2013 menggunakan dua terminologi dalam menyebut penyandang disabilitas, yaitu difabel dan penyandang cacat. Terminologi penyandang cacat masih digunakan dalam Peraturan Walikota ini karena kebijakan ini mengacu pada UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang sudah sangat jelas menggunakan terminologi penyandnag cacat. Namun demikian, Peraturan Walikota ini juga menggunakan istilah difabel untuk dapat mereduksi pandangan-pandangan negatif, diskriminasi, dan stigma terhadap penyandag disabilitas. Dalam Peraturan Walikota ini dijelaskan bahwa kesetaraan difabel adalah kondisi yang menjamin terwujudnya keadilan bagi difabel. Difabel sendiri diartikan sebagai setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9 Tahun 2013 menggunakan dua terminologi dalam menyebut penyandang disabilitas, yaitu difabel dan penyandang cacat. Terminologi penyandang cacat masih digunakan dalam Peraturan Walikota ini karena kebijakan ini mengacu pada UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang sudah sangat jelas menggunakan terminologi penyandnag cacat. Namun demikian, Peraturan Walikota ini juga menggunakan istilah difabel untuk dapat mereduksi pandangan-pandangan negatif, diskriminasi, dan stigma terhadap penyandag disabilitas. Dalam Peraturan Walikota ini dijelaskan bahwa kesetaraan difabel adalah kondisi yang menjamin terwujudnya keadilan bagi difabel. Difabel sendiri diartikan sebagai setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

Selain pelayanan tersebut, peyandang disabilitas juga dijamin haknya dalam mengakses warung internet. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Warung Internet, disebutkan bahwa setiap warung internet harus memenuhi standarisasi kelayakan warung internet, yang salah satunya meliputi tersedianya fasilitas untuk penyandang disabilitas. Walaupun Kota Solo belum memiliki peraturan khusus yang melindungi dan menyediakan akses berkesenian bagi penyandang disabilitas, dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung diamanatkan bahwa fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi tata bangunan gedung dan lingkungannya, maupun keandalan bangunan gedung serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR, dan/atau RTBL. Adapun fungsi bangunan gedung Selain pelayanan tersebut, peyandang disabilitas juga dijamin haknya dalam mengakses warung internet. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Warung Internet, disebutkan bahwa setiap warung internet harus memenuhi standarisasi kelayakan warung internet, yang salah satunya meliputi tersedianya fasilitas untuk penyandang disabilitas. Walaupun Kota Solo belum memiliki peraturan khusus yang melindungi dan menyediakan akses berkesenian bagi penyandang disabilitas, dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung diamanatkan bahwa fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi tata bangunan gedung dan lingkungannya, maupun keandalan bangunan gedung serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR, dan/atau RTBL. Adapun fungsi bangunan gedung

Peraturan ini mengamanatkan agar gedung dan bangunan, termasuk gedung kesenian, dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Namun sebagian besar responden, yang

dengan disabilitas, menyampaikan bahwa penyandang disabilitas sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses gedung-gedung kesenian dan kebudayaan. Mungkin gedung-gedung tersebut dapat diakses oleh masyarakat tuli, tetapi sangat sulit diakses oleh penyandang disabilitas daksa dan netra.

merupakan

seniman