2.1.2. Sistematika Tumbuhan Mangga
Sistematika Tumbuhan Mangga adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Devisi
: Spermatophyta Class
: Dicotylendonae Ordo
: Anarcardiales Famili
: Anarcardiaceae Genus
: Mangifera Spesies
: Mangifera indica L
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Mangga
Bagian tumbuhan Mangga yang paling penting dan berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama bagi kesehatan adalah getah, kulit batang, buah muda, dan buah
masak. Getah Mangga dari bagian batang atau ranting dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyakit luar, seperti eksim, kudis, dan gatal-gatal. Penyakit
rematik atau persendian nyeri dapat diobati dengan menggunakan kulit batang pohon Mangga. Buah Mangga muda selain dapat digunakan sebagai manisan, juga berkhasiat
sebagai obat beberapa jenis penyakit. Di India Mangga yang masih hijau digunakan sebagai obat gangguan darah, empedu, dan saluran pencernaan. Memakan buah
Mangga muda secara teratur mempunyai daya penyembuh gangguan darah, karena menambah kelenturan pembuluh darah, membantu pembentukan sel-sel baru,
mencegah pendarahan, dan menyembuhkan sariawan. Selain itu buah Mangga muda dapat berkhasiat untuk mengatasi diare, disentri, wasir dan sembelit Rukmana, 1997.
2.1.4. Khasiat Tumbuhan Mangga
Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Mangga juga kaya vitamin, antioksidan
seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat membantu sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan dapat menjaga
Universitas Sumatera Utara
kolesterol agar tetap normal. Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis tertentu, yaitu bersifat pengelat astringent, peluruh urine, penyegar, penambah nafsu
makan dan antioksidan. Kandungan asam galat pada Mangga sangat baik untuk saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan
mata, mulut, dan tenggorokan. Buah Mangga juga mengandung senyawa flavonoida. Kandungan flavonoida dalam buah Mangga yang mempunyai gugus hidroksi bebas
dapat menghambat aktivitas sitokrom.
2.2. Senyawa Flavonoida
Flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam dan yang memiliki potensial sebagai antioksidan serta bioaktifitas sebagai obat.
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini
berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.
Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di
dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita Markham, 1988.
Sekitar 2 dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan atau kira- kira 1 x 10
9
tontahun diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan dengannya. Sebahagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida
merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.
Flavonoida merupakan senyawa 15 karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoida yang berasal dari tumbuhan telah
diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa sehingga terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu dapat menyerap
cahaya tampak, dan ini yang membuatnya berwarna.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar flavonoida yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa
senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoida yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang
berwarna merah, ungu dan biru. Piigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain, misalnya buah tertentu batang, daun, dan bahkan akar. Sering
flavonoida terikat di sel epidermis. Flavonoida dalam tumbuhan mempunyai fungsi sebagai pigmen warna, fungsi fisiologis dan patologi, aktivitas farmakologi dan
flavonoida dalam makanan.
Senyawa flavonoida dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga baik untuk pencegahan kanker. Manfat lain dari flavonoida ini adalah untuk
melindungi sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, anti fertilasi, antidiabetes, diuretik dan sebagai antibiotik Ulya,2007.
2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida
Senyawa flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dua cincin benzen C
6
terikat pada suatu rantai propana C
3
sehingga bentuk susunan C
6
–C
3
– C
6.
Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut:
C C
C A
B
Gambar 1. Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.
O C
3
OH HO
C
6
B
O
C
3
HO
C
6
B A
A
Universitas Sumatera Utara
Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
O C
3
OH HO
HO C
6
A
B
OCH
3
O C
3
OCH
3
H
3
CO H
3
CO C
6
A
B
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
C
3
A C
6
R R
R B
R = R’ = H, R’ = OH R = H, R’ = R” = OH
R = R’ = R” = OH juga, R = R’ = R” = H Sastrohamidjojo, 1996
2.2.2. Biosintesa dari Flavonoida
Pola biosintesa flavonoida pertama kali disarankan oleh Birch. Menurut Birch, pada tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoida suatu unit C
6
-C
3
berkombinasi dengan tiga unit C
2
menghasilkan unit C
6
-C
3
-C
2
+ C
2
+ C
2
.Kerangka C
15
yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi
yang diperlukan. Adapun cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid jalur shkimat. Dengan
demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur shkimat dan jalur asetat
malonat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Hubungan jenis monomer Flavonoida
Universitas Sumatera Utara
Senyawa-senyawa flavonoida yang terdapat dalam semua bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi,
senyawa flavonoida tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu, misalnya antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah dan daun.
Sebagian besar dari flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoida terikat pada suatu gula. Oleh karena itu, ada baiknya bila pada
kesempatan ini diingatkan kembali bahwa secara umum, suatu glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan
glikosida. Pada prinsipnya ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen- komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding, dan alkohol yang
dihasilkan ini disebut agliko. Lazimnya, residu gula dari glikosida flavonoida alam ialah glukosa, ramnosa, galaktosa, dan gentibiosa sehingga glikosida tersebut masing-
masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono, di atau triglikosida, dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoida terikat oleh gula.
Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut-pelarut organik seperti eter, benzen, klorofom, dan aseton.
Dari segi struktur, senyawa-senyawa flavonoida turunan flavon dapat dianggap sebagai 2-arilkromon. Oleh sebab itu, sebagaimana kromon dan kumarin, flavonoid
dapat dideteksi berdasarkan warnanya dibawah sinar tampak atau sinar ultraviolet.oleh karena itu, karakterisasi flavonoida akhir-akhir ini lazimnya dilakukan dengan
pengukuran-pengukuran spektrofotometri.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Klasifikasi Senyawa Flavonoida