Skala Pengukuran Variabel Data Penelitian

25 Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang merupakan suatu konsep yang memiliki variasi nilai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas Independent variable adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini diantaranya � 1 = Pertumbuhan Ekonomi � 2 = Pendapatan Asli Daerah PAD � 3 = Dana Alokasi Umum DAU 2. Variabel Terikat Dependent variable merupakan variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Sehingga yang menjadi variabel dependen adalam penelitian ini adalah Belanja Modal.

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Adapun skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 26 Tabel 3.1 Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Independen Variabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan PDBPNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak Arsyad, 2005 : 7 Laporan hasil pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB harga konstan 2000 Rasio 2 Pendapatan asli Daerah PAD Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Halim, 2004 : 67 Besarnya Pendapatan Asli Daerah PAD dapat dilihat dalam laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada bagian pendapatan Rasio 3 Dana Alokasi Umum DAU Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi Halim, 2004 : 141 Besarnya Dana Alokasi Umum DAU dapat dilihat dalam laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada bagian dana perimbangan Rasio Dependen Variabel Belanja Modal Belanja Modal merupakan belanja Besarnya belanja modal dapat dilihat dalam Rasio Universitas Sumatera Utara 27 pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada Kelompok Belanja Administrasi Umum Halim, 2004 : 73 laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada bagian belanja aparatur daerah dan balanja pelayanan publik

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS. Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan pengujian regresi linier berganda. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan apabila data yang diteliti dapat terdistribusi secara normal, tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 3.7.1.1 Uji Normalitas Ghozali 2011 : 110, uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi secara Universitas Sumatera Utara 28 normal. Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Adapun cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu : 1. Analisis grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 2. Analisis statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S, Jika tingkat signifikansinya 0,05, maka data itu terdistibusi normal dan dapat dilakukan model regresi berganda. Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari : Universitas Sumatera Utara 29 1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. 2. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah normal.

3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2011 : 105. Untuk mengetahui adanya masalah heteroskesdatisitas, kita bisa menggunakan korelasi jenjang Spearman, Park test, Goldfeld-Quandt test, BPG tast, White test atau Glejser test. Bila menggunakan korelasi jenjang Spearman, maka kita harus menghitung nilai korelasi untuk setiap variabel independen terhadap nilai residu, baru kemudian dicari tingkat signifikansinya. Park dan Glejser test memiliki dasar test yang sama yaitu meregresikan kembali nilai residu ke variabel independen. Salah satu cara untuk mengurangi masalah heteroskesdatisitas adalah menurunkan besarnya rentang range data. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan rentang data adalah melakukan transformasi manipulasi logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan bila semua data bertanda positif. Universitas Sumatera Utara 30

3.7.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel error-term pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel error-term pada periode lain yang bermakna variabel error-term tidak random. Pelanggaran terhadap asumsi ini berakibat interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar sehingga uji signifikansi tidak kuat. Uji ini dilakukan pada penelitian yang menggunakan data time series. Oleh karena data dalam penelitian ini merupakan gabungan antara data cross section dan time series, maka harus dilakukan uji autokorelasi terlebih dahulu. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson DW. Langkah pendeteksian adanya autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistic table dengan Ho, tidak ada autokorelasi bila DW berada di : 0 a dl b du c 4-du d 4-dl e 4 Ho : tidak ada autokorelasi a : daerah menolak Ho : ada autokorelasi b : daerah ragu-ragu c : daerah tidak menolak Ho : tidak ada autokorelasi positif atau negatif d : daerah ragu-ragu e : daerah menolak Ho : ada autokorelasi negatif Universitas Sumatera Utara 31

3.7.1.4 Uji Multikolinearitas

Ghozali 2011 : 92, uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a nilai tolerance dan lawannya b variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1 Tolerence. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Cara untuk mengobati jika terjadi multikolinearitas, yaitu: 1. Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi. 2. Menggabungkan data cross section dan time series pooling data. 3. Menambah data penelitian Universitas Sumatera Utara 32

3.7.2 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis Ha metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, karena menyangkut tiga buah variabel independen dan satu buah variabel dependen. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut : Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana; Y = Belanja Modal a = konstanta X1 = Pertumbuhan Ekonomi X2 = Pendapatan Asli Daerah X3 = Dana Alokasi Umum b1 = Koefisien Regresi Pertumbuhan Ekonomi b2 = Koefisien Regreasi Pendapatan Asli Daerah b3 = Koefisen Regresi Dana Alokasi Umum e = Error pengganggu Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test dan Koefisien Determinasi R². Universitas Sumatera Utara 33

3.7.2.1 Uji Signifikan Parsial Uji-t

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Bentuk pengujiannnya adalah : Ho : b1,b2,b3=0 , artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara Parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalokasin anggaran Belanja Modal. Ha : b1,b2,b3≠0 , artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal. Pengujian dilakukan menggunakan uji – t dengan tingkat pengujian pada α 5 derajat kebebasan degree of freedom atau df = n – k. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung t tabel Ha diterima jika t hitung t tabel

3.7.2.2 Uji Signifikan Simultan Uji F

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Universitas Sumatera Utara 34 Bentuk pengujiannya adalah : Ho : b1=b2=b3=0 , artinya variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal. Ha : b1≠b2≠b3≠0 , artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika F hitung F tabel Ha diterima jika F hitung F tabel

3.7.2.3 Koefisien Determinan

� � Pengujian Koefisien Determinan R² digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu 0 ≤ R² ≤ 1 . Hal ini berarti bila R² = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R² semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1° - 4° Lintang Utara dan 98°- 100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Utara dan Riau. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu : 1 Pantai Barat Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias. 2 Dataran Tinggi Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi. 3 Pantai Timur Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu. Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1950. Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi Universitas Sumatera Utara 36 sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km² dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahandesa. Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan Banjar dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 2000, penduduk Provinsi Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia dengan pertumbuhan 1,20 per tahun sejak tahun 1990. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km². Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 1,10 persen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KabupatenKota Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 Kota. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan kriteria yang telah ditetapkan, sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 Kabupaten dan 3 Kota. Universitas Sumatera Utara 37 4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 85 80

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 41 93

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara

1 65 74

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD - Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

0 1 15

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11