Topeng dan Sejarah Perkembangannya

3 BAB II GAMBARAN UMUM KESENIAN TOPENG DALANG DI JAWA TIMUR

2.1 Topeng dan Sejarah Perkembangannya

Topeng dikatakan sebagai bentuk kesenian yang paling tua, karena topeng pada masa lalu dipergunakan oleh penganut animisme dan Hinduisme ketika mengalami sesuatu yang mengkhawatirkan, seperti bencana alam ataupun penyakit. Pada masa itu topeng digunakan sebagai media untuk berhubungan dengan alam ghaib, dengan para penguasa alam lain, dengan roh-roh nenek moyang. Pementasan Topeng pada jaman itu dimaksudkan agar mampu berdamai sekaligus mengusir roh-roh jahat yang mengganggu kehidupan mereka. Menurut babad Madura yang ditulis pada abad 19, Topeng Dalang pertama kali dikembangkan pada abad ke-15 di desa Proppo, kerajaan Jambwaringin, Pamekasan pada masa pemerintahan Prabu Menak Senaya. Menurut cerita bahwa Prabu Menak Senaya inilah, yang pertama kali menumbuhkan topeng di wilayah Madura, karena bukti-bukti keberadaan topeng di daerah Proppo banyak diketemukan. Yang dijadikan model pembuatan topeng tatopong – bahasa Madura adalah tokoh-tokoh pewayangan. Pada abad ke-18 Topeng Dalang yang semula merupakan teater rakyat, telah menjadi kesenian istana. Di dalam lingkungan istana, hiasan topeng yang sederhana dimodifikasi kembali. Bentuk dan kehalusan ukirannya diperindah, begitu pula dengan seni karawitannya, seni pedalangan sekaligus pementasannya. Pada abad ke-20, setelah kerajaan-kerajaan mulai hilang dari bumi Madura, Topeng Dalang kembali menjadi kesenian rakyat dan mencapai puncak Universitas Sumatera Utara 4 kesuksesannya sampai tahun 1960. hal itu dapat dilihat dari banyaknya group kesenian, banyaknya dalang dan banyaknya pengrajin topeng di berbagai pelosok. Memasuki dekade 1960-an, Topeng Dalang mengalami masa surut. Hal ini disebabkan banyaknya tokoh-tokoh topeng yang meninggal dunia, sedangkan tokoh-tokoh muda belum muncul dan menguasai seni topeng dalang. Pada tahun 1970-an Topeng Dalang kembali bangkit dan itu tidak terlepas dari jasa Dalang tua Sabidin dari Sumenep. Sabidin tetap mempertahankan dan menggeluti Topeng Dalang sekaligus mendidik kader-kader muda yang berasal dari beberapa daerah di wilayah Sumenep. Pengkaderan diprioritaskan pada penguasaan materi pedalangan maupun mendidik penari-penari topeng. Kerja keras Dalang Sabidin membuahkan hasil, murid-murid hasil didikannya mampu menguasai dan melestarikan kembali seni Topeng Dalang.

2.2 Karakteristik Topeng