keinginan yang sangat besar untuk makan bubur ubi. Kondisi fisik tokoh Goi membuatnya susah berhubungan dengan orang lain karena ia tidak sama dengan
manusia normal lainnya. Kondisi sosial tentang hubungan manusia inilah yang menjadi fokus utama cerita dalam cerpen “Imogayu” karya Akutagawa
Ryunosuke ini.
b. Plot Alur Cerita
Pengertian alur dalam cerpen atau pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa
yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam Aminuddin, 2000:83.
Dalam cerita fiksi atau cerpen urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Henshaw dalam Aminuddin 2000:84 menjelaskan bahwa tahapan
peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Exposition : Yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.
- Inciting Force : Yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun
perilaku yang bertentangan dari pelaku. -
Rising Action : Yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.
Universitas Sumatera Utara
- Crisis : Yaitu situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh para pengarangnya. -
Climax : Yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya
sendiri. -
Falling Action : Yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju
conclusion atau penyelesaian cerita. Dalam cerpen “Imogayu” tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita juga
tersususun dalam tahapan yang dinyatakan oleh Montage dan Henshaw, yaitu dalam tahapan :
- Exposition : Di dalam cerpen Imogayu, pada awal cerita dijelaskan
bahwa cerita ini berlangsung di Jalan Shujaku, Kyoto dan Echizen di Tsuruga. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang seorang
samurai kelas rendahan, seorang goi yang tidak diketahui namanya yang bekerja pada Fujiwara Mototsune. Kemudian menjelaskan
pelaku lain yang mendukung cerita seperti Fujiwara Toshihito, putra Tokinaga Menteri Keuangan dalam pemerintahan
Mototsune, ayah mertua Toshihito yang bernama Arihito, dan rubah dari Sakamoto yang mewujudkan keinginan tokoh Goi untuk
makan bubur ubi. Terdapat juga para samurai mulai dari kelas atas sampai rendahan, para pembantu yang masuk dalam kelas maupun
yang tidak sama sekali yang bekerja pada keluarga Mototsune,
Universitas Sumatera Utara
orang biasa serta anak-anak yang selalu mengejek tokoh Goi tanpa disebutkan namanya satu per satu.
- Inciting Force : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu
digambarkan keadaan kondisi dimana tokoh Goi selalu mendapat olok-olok. Tetapi setiap kali diolok-olok, ia seperti tidak merasa
apa-apa, ia benar-benar buta perasaan. Sampai pada suatu hari seorang rekannya bertindak kelewatan, ia yang buta perasaan pun
tiba-tiba berkata, “Jangan begitu dong, … kalian.” -
Rising Action : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu digambarkan bahwa tokoh-tokoh pendukung cerita dalam hal ini
para samurai serta para tamu yang diundang dalam jamuan besar yang diselenggarakan di kediaman Fujiwara Mototsune mengolok-
olok tokoh Goi yang belum puas makan bubur ubi. -
Crisis : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu digambarkan dimana tokoh Goi selalu menjadi bahan ejekan. Ia harus menerima
olok-olok. Bahkan ketika Toshihito menawarkan bubur ubi lagi, ia menjadi bimbang untuk menjawab apa. Karena apapun
jawabannya, ia akan selalu menjadi bahan ejekan orang-orang. -
Climax : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu digambarkan dimana seseorang mengolok-olok tokoh Goi dalam jamuan
tersebut tetapi semua tamu tertawa terbahak-bahak bahkan bermacam-macam topi para tamu terayun-ayun seperti ombak
sehingga wajahnya memerah.
Universitas Sumatera Utara
- Falling Action : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu
digambarkan dimana tokoh Goi merasa bahagia karena dapat mewujudkan keinginannya untuk makan bubur ubi sepuasnya. Ia
juga tidak mendapat olok-olok lagi dari para samurai bahkan caci maki oleh anak-anak Kyoto.
c. Tokoh