Barangkali dengan mudah dapat dibayangkan perlakuan yang diterimanya, ia bertampang aneh bila dibandingkan orang-orang di sekitarnya. Para samurai
sekelasnya tidak mengacuhkan dan menganggapnya cuma bagaikan seekor lalat. Bahkan para pembantu yang masuk dalam kelas tertentu pun, atau yang sama
sekali tidak, yang berjumlah sekitar 20 orang, juga bersikap tidak acuh kepadanya. Jika ia memerintahkan sesuatu kepada mereka, mereka tidak peduli dan tetap saja
mengobrol. Bagi mereka keberadaannya tampak seperti udara belaka, seolah tidak kasat mata. Kalau para pembantu saja bersikap seperti itu, tentu saja para samurai
kelas atas jauh lebih tidak menghargainya lagi. Keberadaannya diabaikan oleh hampir-hampir layaknya anak kecil yang tidak punya arti apa-apa. Mereka tidak
memikirkan Goi sama sekali. Padahal tidak sepenuhnya Goi bersalah karena terlahir dengan fisik seperti itu. Tidak ada rasa sosial sama sekali. Berdasarkan
itulah penulis tertarik dalam skripsi yang berjudu l “Analisis Hubungan Manusia dalam Cerpen ‘Imogayu’ Karya Akutagawa Ryunosuke” dengan harapan dapat
memberikan pandangan dan informasi kepada pembaca tentang kondisi sosial tokoh Goi yang digambarkan Akutagawa Ryunosuke dalam karya sastra yang
telah melejitkan kepopulerannya itu.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul proposal, yaitu “Analisis Hubungan Manusia dalam Cerpen ‘Imogayu’ Karya Akutagawa Ryunosuke”, maka proposal ini akan
membahas mengenai hubungan antar tokoh dalam masyarakat sehari-hari. Salah satu tokoh dalam cerpen “Imogayu” adalah Goi yang selalu
diabaikan dan dicela oleh siapa saja. Setiap orang bersikap dingin padanya dan
Universitas Sumatera Utara
kadang-kadang memberikan perintah hanya menggunakan gerak isyarat. Tak jarang pula ia dipermainkan oleh sesamanya samurai, dijadikan bahan olokan, dan
yang lebih muda menjadikannya sebagai sumber latihan membuat cerita lucu. Mereka tidak pernah bosan memberi komentar mengenai hidung, kumis, topi, dan
pakaiannya. Anehnya, ia benar-benar buta terhadap setiap olok-olok yang diperuntukkan padanya. Setidaknya, bagi orang lain yang melihatnya, ia seperti
orang yang buta perasaan. Apapun yang dikatakan orang tentangnya, tidak pernah mengubah raut mukanya. Sambil diam dan mengelus kumis tipisnya, ia
mengerjakan tugas sehari-harinya. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini: 1. Bagaimana hubungan manusia berdasarkan etika moral Jepang?
2. Bagaimana hubungan manusia yang dijadikan setting dalam cerpen ‘Imogayu”?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan
agar masalah penelitian tidak terlalu luas. Dalam analisis ini, penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan
yang difokuskan pada masalah hubungan manusia dalam cerpen Imogayu. Bagaimana tokoh Goi bertahan dalam lingkungan sosial yang menganggap tokoh
Goi sebagai makhluk aneh. Selain kondisi sosial tokoh Goi, sebagai pendukung
Universitas Sumatera Utara
akan dipaparkan bagaimana hubungan manusia yang terjalin dalam cerpen Imogayu.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Swingewood dalam Faruk 1994:1 menyatakan bahwa sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dan masyarakat,
studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Selanjutnya mengatakan bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan bagaimana cara
kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Menurut Wolff dalam Endraswara 2008:77, sosiologi sastra merupakan
disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general,
yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dan masyarakat.
Sedangkan menurut Ratna 2002:2, sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek
kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karena
itu, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.
Menurut Swingewood dalam Tarihoran 2009:8, sosiologi sastra dapat meneliti sastra sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
- Perspektif Teks Sastra Artinya peneliti menganalisis sebagai sebuah refleksi kehidupan
masyarakat dan sebaliknya. Teks biasanya dipotong-potong, diklasifikasikan, dan dijelaskan makna sosiologisnya.
- Perspektif Biografis Yaitu peneliti menganalisis pengarang. Perspektif ini akan
berhubungan dengan life story seorang pengarang dan latar belakang sosialnya. Memang analisis ini akan terbentur pada
kendala jika pengarang telah meninggal dunia, sehingga tidak bisa ditanyai. Karena itu, sebagai sebuah perspektif tentu diperuntukkan
bagi pengarang yang masih hidup dan mudah terjangkau. - Perspektif Reseptif
Yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra. Unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra,
khususnya prosa antara lain tema, penokohan, alur, plot, setting, dan sebagainya. Tokoh dan penokohan merupakan unsure yang
penting dalam karya naratif. Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi merupakan pelaku yang mengemban peristiwa yang memiliki
posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau yang ingin sengaja disampaikan pada pembaca.
Di dalam cerpen “Imogayu” karya Akutagawa Ryunosuke dapat dilihat bahwa tokoh menampilkan masalah sosial, bagaimana seorang Goi menjalani
hidupnya sehari-hari yang penuh dengan hinaan. Tetapi akhirnya ia menemukan kepuasan dalam hidupnya. Tentunya sifat dan ucapan-ucapan para tokoh
Universitas Sumatera Utara
membawa pesan moral atau amanat yang kiranya dapat bermanfaat bagi masyarakat.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam
menganalisis cerpen ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis. Penulis menggunakan pendekatan semiotik dalam menganalisis karena
mengetahui adanya masalah-masalah yang dialami tokoh Goi dalam menjalani kehidupan dan berbaur dengan masyarakat sosial yang tidak mudah menerima
kekurangan tokoh Goi yang hingga pada akhirnya tokoh Goi mampu mencapai tujuannya.
Untuk melihat gambaran kehidupan sosial suatu individu secara khusus dan masyarakat pada umumnya dalam sebuah karya sastra adalah dengan
menggunakan pendekatan ilmu yaitu sosiologi sastra. Sosiologi adalah konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan
yang tak terpisahkan antara manusia dan masyarakat. Dimulai dari perkembangan manusia sejak lahir, pada waktu manusia berada dalam dominan kelompok utama
prime group yang ditandai dengan saling kenal antara warga serta kerja sama yang erat yaitu peleburan individu dengan kelompok Horton dalam Soerjono,
2007:352. Dengan menggunakan teori sosiologis tersebut, penulis dapat menganalisis
kondisi sosial tokoh pada cerpen “Imogayu” yang menyebabkan timbulnya
Universitas Sumatera Utara
masalah sosial. Contohnya adalah Goi yang kehidupannya tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan hubungan manusia berdasarkan etika moral Jepang dalam cerpen Imogayu.
2. Untuk mendeskripsikan hubungan manusia yang dijadikan setting dalam cerpen Imogayu.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah
informasi dan pengetahuan mengenai sosiologis sastra dalam karya fiksi khususnya dalam cerpen “Imogayu”.
2. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan menambah informasi tentang bagaimana hubungan manusia yang sesuai dengan dasar-dasar
etika go rin di Jepang. 3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Departemen
Sastra Jepang sebagai referensi tentang analisis cerpen.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metode Penelitian
Sebuah penelitian pasti menggunakan metode sebagai penunjang dalam mencapai tujuan. Dalam Siswantoro 2005:55 dikatkan bahwa metode dapat
diartikan sebagai prosedur atau tata cara yang sistematis yang dilakukan seorang peneliti dalam upaya mencapai tujuan seperti memecahkan masalah atau menguak
kebenaran atas fenomena tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Koentjaraningrat 1976:30 mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu,
keadaan, atau kelompok tertentu. Dalam mengumpulkan data-data penelitian, teknik yang digunakan adalah
studi kepustakaan Library Research yaitu dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra, kritik sastra, dan buku-buku panduan analisis
sosiologis dalam karya sastra serta tambahan literature lainnya. Selain memanfaatkan literature yang berupa buku, juga memanfaatkan
teknologi internet, mengumpulkan data dari berbagai website yang berhubungan dengan materi penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERPEN, SOSIOLOGI SASTRA, DAN
DASAR-DASAR ETIKA DI JEPANG
2.1. Definisi Cerpen