Tokoh Setting Analisis Hubungan Manusia Dalam Cerpen “Imogayu” Karya Akutagawa Ryunosuke

- Falling Action : Dalam tahapan ini di dalam cerpen Imogayu digambarkan dimana tokoh Goi merasa bahagia karena dapat mewujudkan keinginannya untuk makan bubur ubi sepuasnya. Ia juga tidak mendapat olok-olok lagi dari para samurai bahkan caci maki oleh anak-anak Kyoto.

c. Tokoh

Boulton dalam Aminuddin 2000:79 mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokoh sebagai peleku yang hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya. Pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya maupun pelaku egois, kacau, dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia. Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu cerpen, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh dalam suatu cerita. Selain lewat memahami dari peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh tambahan dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya, sedang tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya Aminuddin, 2000:80. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Imogayu terbagi dalam tokoh utama dan tokoh tambahan tokoh pembantu. Akutagawa menggambarkan tokoh utama sebagai seorang manusia yang berprofesi sebagai seorang samurai kelas Universitas Sumatera Utara rendahan yang kondisi fisik tubuhnya tidak seperti manusia normal lainnya. Sedangkan tokoh-tokoh tambahan digambarkan sebagai samurai, pembantu, dan anak-anak yang tidak diberi identitas berupa nama yang selalu mengolok-oloknya. Hanya Fujiwara Toshito, putra Tokinaga Menteri Keuangan dalam pemerintahan Mototsune, ayah mertua Toshihito yang bernama Arihito, dan rubah dari Sakamoto yang diberi nama yang membantu mewujudkan impiannya.

d. Setting

Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:216 mengatakan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan. Latar memberi pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Nurgiyantoro 1995:227 mengungkapkan bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara

a. Latar Tempat