Fisiologi Bidang Gastrointestinal Dasar

memperlihatkan uji penghancuran yang biasa dilakukan dengan menggunakan peralatan penghancur USP. USP 28 menyatakan ”satuan dosis yang diperkenankan untuk menenggalamkan ke bawah bejana sebelum rotasi blade dihidupakan ”. Kehilangan kecil atas bahan nontraktif tidak lebih dari akibat tersentuhnya material ke wayar helix selain itu mungkin mengambang Arora S ali J , Ahuja A, Khar RK, Baboota.,2005 .

2.5. Fisiologi Bidang Gastrointestinal Dasar

Secara anatomis, lambung dibagi dalam 3 bagian: fundus, body, dan antrum pylorus. Bagian proximal terdiri dari fundus dan body yang berperan sebagai reservoir untuk bahan – bahan yang tidak dicerna. Selama puasa suatu rangkai yang inter-pencernaan dari proses elektris berlangsung, yang siklusnya baik melalui lambung dan intestine setiap 2 hingga 3 jam. Ini disebut siklus mioelektrik interdigestive atau siklus mugrating myoelectric MMC, yang selanjutnya dibagi ke dalam 4 fase seperti yang digambarkan oleh Wilson dan washington. 1. Fase 1 fase dasar berlangsung dari 40 sampai 60 menit dengan kontraksi yang jarang. 2. Fase II fase preburst sebelum menyembur berlangsung dari 40 sampai 60 dengan feaksi intermitten potensial dan kntraksi. Setelah fase berlanjut, maka intensitas dan frekuensi juga meningkat secara perlahan. 3. Fase III fase burst menyembur berlangsung selama 4 – 6 menit. Termasuk kontraksi yang teratur dan intens selam periode yang pendek. Hal ini tergantung pada gelombang, karena semua bahan-bahan yang tidak tercerna akan disapu dari perut dan diturunkan ke intestine kecil. Hal ini juga disebut sebagai gelombang housekeeper penjaga rumah. 4. Fase IV belangsung selama 0 sampai 5 menit dn terjadi antara fase III dan I dari dua siklus yang berurutan. Setelah proses pencernaan makanan yang telah bercampur, pola kontraksi berubah dari puasa hingga makan. Hal ini juga disebut dengan pola motilitas pencernaan danterdiri dari kontraksi berkelanjutan seperti pada pase II dari keadaan puasa Arora S ali J , Ahuja A, Khar RK, Baboota.,2005 . 2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi Lambung Tingkat pengosongan lambung terutama tergantung pada viskositas, volume, dan isi kalori makanan. Kepadatan nutritisi makanan membantu menentukan waktu pengosongan lambung. Hal ini tidak berbeda apakah makanan mengandung protein tinggi,lemak,atau kandungan karbohidrat, selama kaloriknya sama. Faktor-faktor biologis seperti usia,indeks massa tubuh BMI, jenis kelamin, postur, dan keadaan penyakit diabetes, penyakit-penyakit kronis mempengaruhi pengosongan lambung. Dalam kasus manula, pengosongan lambung lebih lambat. Pada umumnya, wanita mengalami pengosongan lambung yang lebih lambat dibanding pria. Stress dapat meningkatkan pengosongan lambung sementara depresi akan memperlambat. Timmermans dan andre meneliti pengaruh ukuran pengambangan dan bentuk dosis yang tidak mengambang atas pengosongan lambung dan disimpulkan bahwa bahan yang mengambang tetap bahan yang ringan pada cairan lambung. Hal itu seperti yang dikeluarkan dari lambung dibandingkan dengan bahan – bahan yang tidak mengapung, yang terdapat pada bagian antrum dan didorong oleh gelombang peristaltik. Hal itu telah didemonstrasikan dengan menggunakan tehnik radiolabelled yang merupakan suatu perbedaan antara waktu pengosongan lambung atas cairan, bahan padat yang dapat dicerna dan bahan padat yang tidak dapat dicerna. Disarankan bahwa besar luas pengosongan objek yang tidak dapat dicerna 1mm dari lambung tergantung pada onterdigestive migrating myoelectric complex Arora S ali J,Ahuja A, Khar RK, Babta S ,2005. 2.6. Nata De coco 2.6.1. Asal Nata de Coco