penderitaan dan keputusasaan manusia.
56
Dr. Marsha Sinetar menafsirkan SQ sebagai pemikiran yang terilhami. SQ adalah cahaya ciuman kehidupan yang membangunkan
keindahan tidur kita. SQ membangunkan orang-orang dari segala usia, dalam segala situasi.
SQ melibatkan kemampuan menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan paling
manusiawi dalam batin. Gagasan, energi, nilai, visi, dorongan, dan suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta.
57
Dari sudut psikologi memberi tahu kita bahwa ruang spiritual pun memiliki arti kecerdasan. Logika sederhananya: diantara kita bisa saja
ada yang
tidak cerdas
secara spiritual,
dengan ekspresi
keberagamaannya yang monolitik, eksklusif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas nama agama. Begitu
juga sebaliknya, di antara kita bisa juga ada orang yang cerdas secara spiritual sejauh orang itu mengalir dengan penuh kesadaran, dengan
sikap jujur dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis dalam beragama di tengah pluralitas agama.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pembelajaran
Hidup merupakan pelatihan dalam pembelajaran. Dari ratusan peristiwa yang terjadi dalam satu hari, tiap-tiap peristiwa dapat
mengembangkan kemampuan kita untuk lebih mengenal diri kita sendiri dan juga dunia. Sering kita percaya bahwa hanya peristiwa-peristiwa
tertentu yang dapat dikatakan sebagai situasi belajar yang sejati, sedangkan yang lain hanya bagian dari kehidupan sehari-hari, yang tidak
layak diperhatikan apalagi disebut-sebut. Namun, sebagian orang
56
Revolusi Kecerdasan Abad 21, Kritik MI, EI, SQ, AQ Succesful Intelligence Atas IQ
…, h. 209.
57
http:theonzero.blogspot.com200803iq-eq-dan-sq.html diakses tanggal 17 Maret
2011.
26
memandang setiap kejadian sebagai kesempatan belajar. Mereka mencari makna dalam segala macam pengalaman dan tidak pernah terseret dalam
rutinitas yang membosankan.
58
Prof. DR. H. Mohammad Surya memberikan definisi tentang pembelajaran yaitu, suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
59
Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas adalah:
a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip
ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya
seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil dari
pembelajaran. b.
Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan
perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku bukan hanya satu atau dua aspek perilaku saja, kognitif,
afektif atau motorik. Misalnya seorang siswa disebut telah mengalami pembelajaran dalam musik, maka siswa tersebut berubah dalam hal
pemahamannya tentang musik, alat-alat musik, memiliki kemampuan dalam memainkan alat-alat musik dengan baik, dan sebagainya.
Pembelajaran yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek perilaku saja, disebut sebagai pembelajaran sebahagian partial
learning dan bukan pembelajaran lengkap complete learning. c.
Pembelajaran merupakan suatu proses, prinsip ini mengandung makna
58
Bob Samples, Revolusi Belajar Untuk Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain Untuk Membuka Pikiran Anak-Anak Anda,Bandung: Kaifa, 2002, h. 112.
59
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Bani Quraisy, 2004, h. 7.
27
bahwa pembelajaran
itu merupakan
suatu aktivitas
yang berkesinambungan. Di dalam aktivita itu terjadi adanya tahapan-
tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan suatu
rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan interaksi individu dengan
lingkungannya. Jadi, selama proses pembelajaran itu berlangsung, individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktivitas yang tidak
terlepas dari lingkungannya. Dengan demikian, suatu pembelajaran yang efektif adalah apabila pelajar-pelajar melakukan perilaku secara
aktif. d.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung
makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin
dicapai. Atas dasar prinsip ini, maka pembelajaran akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan
ada sesuatu yang perlu dicapai untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan
lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran, pada
dasarnya merupakan pengalaman. Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi
kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.
28
Pada masa lalu pembelajaran hanya dimaksudkan sebagai sekedar penyampaian ilmu pengetahuan, pembelajaran tidak terkait dengan
belajar, termasuk tujuannya sebab jika guru telah menyampaikan ilmu pengetahuan maka tercapailah maksud dan tujuan pembelajaran tersebut.
Pembelajaran tidak ada kaitannya dengan belajar itu sendiri, pembelajaran lebih terkonsentrasikan pada kegiatan guru daripada kegiatan siswa.
Sedangkan pada masa sekarang, pembelajaran dikaitkan dengan belajar, maka dalam rangka merancang aktivitas belajar, siswa harus
dijadikan titik tolak dalam merancang pembelajaran. Hakekat pembelajaran secara umum adalah pembelajaran dilukiskan sebagai upaya
orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Hakekat pembelajaran secara umum adalah pembelajaran dilukiskan
sebagai upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu di mana terdapat unsur manusiawi, material fasilitas, prosedur dan perlengkapan yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran serta untuk memperoleh perubahan prilaku sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dangan
lingkungannya agar tercipta suasana dan kondisi belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa bergairah dan aktif belajar dalam rangka
memperoleh hasil yang maksimal.
60
Sedangkan Munif Chatib memberikan definisi pembelajaran adalah sebagai proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Ada dua pihak yang harus bekerja sama apabila proses pembelajaran ingin berhasil. Apabila
kerja sama ini tidak berjalan mulus, proses belajar yang dijalankan gagal. Maksud gagal dalam hal ini adalah indikator hasil belajar yang sudah
diterapkan dalam silabus tidak berhasil diraih siswa. Pola kerja sama yang harus diketahui oleh guru adalah proses
pembelajaran yang bersifat dua arah pada hakikatnya adalah dua proses
60
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran …, h. 8-9.
29
yang berbeda: a.
Proses Pertama, guru mengajar atau memberikan presentasi. b.
Proses Kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas. Proses transfer pengetahuan dalam pembelajaran akan berhasil
apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas, bukan pada kondisi guru mengajar. Bagi guru yang sudah berpengalaman
menggunakan strategi multiple intelligences, waktu guru menyampaikan presentasinya hanya 30, sedangkan 70 digunakan untuk siswa
beraktivitas. Keberhasilan pembelajaran juga lebih cepat terwujud apabila proses transfer dilakukan dengan suasana menyenangkan.
61
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk menunjukkan istilah pendidikan, manusia mempergunakan term istilah tertentu. Dalam bahasa Inggris, penunjukkan tersebut dengan
menggunakan istilah education. Dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah, antara lain, at-talim,
at-tarbiyah, dan at-tadib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian pendidikan.
a. Kata at-talim yaitu kata pengajaran yang bersifat pemberian atau
penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. b.
Kata at-tarbiyah yaitu kata yang mempunyai arti mengasuh, mendidik dan memelihara.
c. Kata at-tadib yaitu kata yang dapat diartikan kepada proses mendidik
yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Orientasi kata at-tadib lebih terfokus pada
upaya pembentukan pribadi yang berakhlak mulia. Abdul Munir Mulkan, mengartikan pendidikan agama Islam sebagai
suatu kegiatan insaniah, memberi atau menciptakan peluang untuk teraktualnya akal potensial menjadi akal aktual, atau diperolehnya
61
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences Di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2009, h. 135.
30
pengetahuan yang baru.
62
A. Zaki Badawi melihat bahwa pendidikan agama Islam adalah organisasi masyarakat yang memberi pengaruh aktivitasnya bagi keluarga
dan lembaga sekolah, dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, baik dari aspek jasmani, akal, maupun akhlak. Dengan demikian,
memungkinkan anak didik dapat hidup sesuai dengan perkembangan lingkungan di mana dia berada.
63
Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebany mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya atau kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Usaha melakukan perubahan ini
harus dilandasi oleh nilai-nilai islami, yakni Quran dan Sunnah Nabi.
64
Di dalam UUSPN No. 21989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara
lain pendidikan agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan banwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.
65
Di dalam GBPP pendidikan agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
62
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h. 93.
63
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam …, h. 93.
64
Samaun Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Qurasy, 2005, h. 10.
65
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 75.
31
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
66
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran,
dan latihan
dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
67
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
yaitu berikut ini: a.
Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana
dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b.
Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran Agama Islam.
c. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam GPAI yang melaukan
kegiatan bimbingan, pengajaran danatau latihan secara sadar terhadap para peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama
Islam. d.
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran Agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk
kesalehan sosial.
68
Jadi dapat diambil suatu pengertian pembelajaran dan pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana
terdapat unsur manusiawi, material, fasilitas, prosedur dan perlengkapan
66
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam …, h. 76.
67
Depag RIDirjen Kelembagaan Agama Islam, GBPP PAI Jakarta: 2008, h. 22.
68
Depag RIDirjen Kelembagaan Agama Islam, GBPP PAI …, h. 25.
32
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya agar tercipta suasana dan kondisi belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa bergairah
dan aktif belajar dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai
dengan ajaran Islam.
3. Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap usaha, kegaitan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan
kuat Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua perumusan tujuan
pendidikan agama Islam itu dihubungkan Landasan itu terdiri dari al- Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan
dengan ijtihad, al-maslahah al-mursal, istihsan, qiyas dan sebagainya.
69
a. Al-Qur’an
Al-Quran merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad bagi seluruh umat manusia. Al-Quran
merupakan petunjuk lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal.
70
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah.
Di dalam al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai
contoh dapat dibaca surat Lukman ayat 12-19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah
iman, akhlak, ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan.
71
69
Zakiyah Derajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h. 19.
70
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam.., h. 95.
71
Zakiyah Derajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 20.
33
b. Hadits Sunnah
Secara sederhana, Hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan dan
pernyataan taqrir. Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad SAW adalah perkataan yang pernah beliau ucapkan
dalam berbagai bidang, seperti bidang hukum syariat, akhlak, aqidah, pendidikan dan sebagainya. Perbuatan Nabi Muhammad
SAW, merupakan penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syariat yang belum jelas cara pelaksanaannya. Sedangkan taqrir Nabi
ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau dikatakan oleh para sahabat
di hadapan beliau.
72
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariah Islam
dalam hal-hal menetapkanmenentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-
Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Quran dan
Sunnah yang diolah akal yang sehat dari para ahli pendidikan agama Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu.
Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.
73
4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam atau tujuan-tujuan pendidikan lainnya di dalamnya mengandung nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan
72
Fathur Rahman, Iktisar Musthalahul Hadits, Bandung: Al-Maarif, 1974, h. 20- 24.
73
Zakiyah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 21.
34
dasar masing-masing yang harus direalisasikan melalui proses yang terarah dan konsisten dengan menggunakan berbagai sarana fisik dan
non-fisik. Tujuan dalam proses kependidikan Islam adalah idealitas yang
mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan Islam berdasarkan ajaran Islam. Menurut Abdurrahman
Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau mempersiapkan
peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh
secara total kepadaNya.
74
Sedangkan Zakiyah Derajat dan kawan-kawan berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan
tertentu. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang, berkenaan dangan seluruh aspek kehidupannya.
75
Dilihat dari ilmu pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermedier sementara atau antara,
yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Tujuan insidental merupakan peristiwa tertentu yang tidak direncanakan, akan tetapi dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada
tingkat tertentu. Misalnya, peristiwa meletusnya gunung berapi, dapat dijadikan sasaran pendidikan yang mengandung tujuan tertentu, yaitu
anak didik timbul kemampuannya untuk memahami arti kekuasaan Tuhan yang harus diyakini kebenarannya. Tahap kemampuan ini menjadi bagian
74
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur.an, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, h. 133.
75
Zakiyah Derajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 29.
35
dari tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir pendidikan.
76
Nur Uhbiyati membagi tujuan pendidikan agama Islam menjadi empat yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pendidikan agama Islam ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran
atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan. Tujuan umum pendidikan agama Islam harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat dimana pendidikan
agama Islam itu dilaksanakan, dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan akhir
pendidikan Islam yaitu mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT, inilah merupakan ujung dan akhir dari proses hidup.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara membentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam
ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan tercapai tujuan tertentu.
77
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
76
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 38-39.
77
Nur Ubhiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 64-68.
36
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
78
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam, yaitu: a.
Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. b.
Dimensi pemahaman dan penalaran intelektual serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Islam.
c. Dimensi penghayatan atau pengamalan batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran agama Islam. d.
Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran agama Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh
peserta didik itu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-
nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertkwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
79
Rumusan tujuan pendidikan agama Islam ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh
siswa di sekolah mulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahap afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti
menghayati dan meyakininya. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan bergerak untuk
mengamalkan dan mentaati ajaran Islam tahapan psikomotorik yang
78
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam …, h. 78.
79
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam …, h. 78.
37
telah diinternalisasikan dalam dirinnya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
80
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, penghayatan,
pemahaman peserta didik sehingga menjadi manusia yang berahklak mulia, bertakwa kepada Allah dan dapat berguna dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Al-Qur’an dan Hadits
b. Aqidah
c. Akhlak
d. Fiqih
e. Tarikh dan kebudayaan Islam
81
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan sesama manusia,
hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
6. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan
dan merasakan hasil-hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan
80
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam …, h. 79.
81
Departemen Agama RIDirjen Pendidikan Islam, Standart Isi dan Standart Kelulusan Pendidikan Agama Islam Untuk SMP, Jakarta, 2008, h. 4.
38
sehari-hari. c.
Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang
terkandung dalam Al- Qur’an dan Hadits serta dicontohkon oleh para
ulama. d.
Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlaq dengan pendekatan yang memfungsikan rasio
peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan baik.
e. Emosional, upaya menggugah emosi perasaan emosi peserta didik
dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi PAI yang memberikan manfaat nyata
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. g.
Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen Madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai
cerminan dari seorang individu dari yang memiliki keimanan dan akhlak mulia.
82
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni: a.
Faktor internal, faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal, faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. c.
Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
82
Departemen Agama RIDirjen Pendidikan Islam, Standart Isi PAI, Jakarta, 2008, h. 17.
39
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
memperngaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif eksentrik faktor eksternal
umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang
berinteligensi tinggi faktor internal dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya faktor eksternal, mungkin akan memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-
achievers berprestasi tinggi dan under-achievers berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan
professional diharapkan
mampu mengantisipasi
kemungkinan- kemungkinan munculnya kelompok-kelompok siswa yang menunjukkan
gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
83
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah dan aspek psikologis yang
bersifat ruhaniah, diantaranya: 1
Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika diserta pusing kepala berat misalnya, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya
pun kurang
atau tidak
berbekas. Untuk
mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat
83
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 144- 145.
40
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan untuk memilih pola istirahat dan
olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tepat dan berkesinambungan.
84
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Untuk mengatasi kemungkinan
timbulnya masalah mata dan telinga, selaku guru yang professional seyogyanyalah bekerjasama dengan pihak sekolah
untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin periodik dari dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk
mengatasi kekurangsempurnaan pendengaran dan penlihatan siswa-siswa tertentu ialah dengan menempatkan mereka di deretan
bangku terdepan secara bijaksana.
85
2 Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. a
Kecerdasan Siswa Kecerdasan pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Jadi, kecerdasan bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh yang lainnya. Akan tetapi,
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan kecerdasan manusia lebih menonjol daripada peran
84
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 145.
85
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 146.
41
organ tubuh yang lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.
86
b Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa
yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses
belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian
kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa seperti tersebut, guru dituntut untuk terlebih
dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi keahliannya. Dalam hal
bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai
profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga
mampu meyakinkan kepada para siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka.
87
c Bakat Siswa
Secara Umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
86
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 147.
87
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 149.
42
masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan inteligensi.
88
d Minat Siswa
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah popular di dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan dan kebutuhan.
Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Guru dalam kaitan ini seyogyanya
berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan
cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai di muka.
89
e Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan
selanjutnya, motivasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi
dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
88
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 150.
89
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 151.
43
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ektrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturantata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi
ektrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat
internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses
mempelajari materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
90
b. Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang berpengaruh dalam proses belajar siswa, terdapat pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
proses belajar yaitu: 1
Lingkungan Sosial Pendapat yang tak dapat disangkal adalah mereka yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk homo socius. Semacam makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama
satu sama lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi sosial. Saling memberi
dan saling menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial.
Dalam lingkungan sosial siswa tidak bisa terlepas dari lingkungan keluarga, dan lingkungan keluarga merupakan suatu
hal yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi siswa di lingkungan keluarga,
yaitu :
90
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar …, h. 152.
44
a Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anaknya.
Orang tua
yang kurang
memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur
akibat kurang dapat perhatian dari orang tua akhirnya kesukaran-kesukaran
memupuk sehingga
mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.
b Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
saudaranya atau anggota keluarga yang lain. Wujud relasi itu misalnya, kasih sayang, perhatian atau kebencian, acuh tak
acuh, sikap seperti ini akan mempengaruhi belajar anak. c
Suasana Rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh dan semrawut
tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. d
Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar.
Fasilitas belajar hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas
dirumah. Kadang-kadang anak mengalami kurang semangat, orang tua wajib member pengertian dan mendorongnya, dan
45
membantu sebisa mungkin kesulitan anak. f
Latar Belakang Budaya Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak belajar.
91
Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik dan mampu memberikan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca
dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
92
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu lingkungan sosial siswa, yang dimaksud dengan Lingkungan masyarakat
adalah situasi atau kondisi interaksi sosial atau sosialkultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan
anak.
93
Dalam kehidupan bermasyarakat, siswa melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota
masyarakat yang lainnya. Kondisi masyarakat di lingkungan yang begitu beragam, juga menghasilkan keragaman sikap
maupun perilaku pula yang tercipta pada diri siswa.
2 Lingkungan Non-Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
91
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, h. 62-66.
92
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, h. 137.
93
Syamsu Yusuf LN., Psikologi Belajar Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005, h. 42.
46
Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik-pabrik
yang didirikan di sekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas. Bagaimana anak didik bisa berkonsentrasi dengan
baik bila berbagai gangguan itu selalu terjadi di sekitar anak didik. Jangankan berbagai gangguan dari berbagai hal di luar sekolah,
ada seseorang yang hilir mudik di sekitar anak yang sedang belajar, anak tersebut tidak mampu berkonsentrasi dengan baik.
94
c. Faktor pendekatan belajar approach to learning
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan tertentu.
95
94
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 145.
95
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 155.
47
BAB III KONSEP KECERDASAN PERSPEKTIF HOWARD GARDNER