Rukun dan Syarat Perkawinan

17 d. Melakukan perkawinan hukumnya makruh bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami isteri dengan baik. e. Menikah diMubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan isteri. Hukum mubah ini juga ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya untuk kawin itu sama, seperti mempunyai keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan, mempunyai kemampuan untuk melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat. 7

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat. 8 Atau adanya calon pengantin laki-lakiperempuan dalam perkawinan. 7 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 18-22 8 Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, Cet. I, Juz I, h. 9 18 Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat. Atau, menurut Islam, calon pengantin laki-lakiperempuan itu harus beragama Islam. Sah yaitu sesuatu pekerjaan ibadah yang memenuhi rukun dan syarat. 1. Rukun Perkawinan Jumhur Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas; a. Adanya calon suami dan isteri yang akan melakukan perkawinan b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita 9 . Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya, berdasarkan sabda Nabi SAW: ﺎ ا ةأﺮ ا ﻜ ﺮ نذا ﺎﻬ و ﺎﻬ ﺎﻜ ﺎ اخرج الاربعة الاللنسائ Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal. جوﺰ ﻻ ةأﺮ ا ﻻو جوﺰ ةأﺮ ا ﺎﻬ روا ابن ماج والدارقطنى Janganlah seorang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan janganlah seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri. c. Adanya dua orang saksi Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut, berdasarkan sabda Nabi SAW: 9 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 47 19 روا احمد حﺎﻜ ﻻ ﻻا ﻰ ﻮ ىﺪهﺎ و لﺪ d. Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki. Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat: Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: a Wali dari pihak perempuan; b Mahar Maskawin; c Calon pengantin laki-laki; d Calon pengantin perempuan; e Sighat akad nikah. Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu; a Calon pengantin laki-laki; b Calon pengantin perempuan; c Wali; d Dua orang saksi; e Sighat akad nikah. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat, yaitu: a Sighat ijab dan qabul; 20 b Calon pengantin perempuan; c Calon pengantin laki-laki; d Wali dari pihak calon pengantin perempuan. 10 Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung menjadi satu rukun, seperti terlihat di bawah ini. Rukun perkawinan: a Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan, yakni mempelai laki-laki dan mempelai perempuan; b Adanya wali; c Adanya dua orang saksi; d Dilakukan dengan sighat tertentu 11 2. Syarat-syarat perkawinan Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami isteri. Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua: a. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya isteri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang 10 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Beirut: Dar’ al Fikr, 1989, Cet. III, h. 36 11 Zakiah Daradjat et al, Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, Jilid, 2, h. 38 21 yang haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun untuk selama-lamanya. b. Akad nikahnya dihadiri para saksi. Secara rinci, masing-masing rukun di atas akan dijelaskan syarat- syaratnya sebagai berikut; 1. Syarat-syarat kedua mempelai a. Syarat-syarat pengantin pria Syari’at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu; 1 Calon suami beragama Islam; 2 Terang Jelas bahwa calon suami itu benar laki-laki; 3 Orangnya diketahui dan tertentu; 4 Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon isteri; 5 Calon mempelai laki-laki tahukenal pada calon isteri serta tahu betul calon isterinya halal baginya. 6 Calon suami rela tidak dipaksa untuk melakukan perkawinan itu; 7 Tidak sedang melakukan ihram; 8 Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri; 9 Tidak sedang mempunyai isteri empat. 12 b. Syarat-syarat calon pengantin perempuan: 12 Zakiah Daradjat et al, Ilmu Fiqh, h. 38-39 22 1 Beragama Islam atau ahli Kitab; 2 Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa banci; 3 Wanita itu tentu orangnya; 4 Halal bagi calon suami; 5 Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam iddah; 6 Tidak dipaksaikhtiyar; 7 Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah. 2. Syarat-syarat Ijab Kabul. Perkawinan wajib dilakukan dengan ijab dan Kabul dengan lisan, inilah yang dinamakan akad nikah ikatan atau perjanjian perkawinan. Bagi orang bisu sah perkawinannya dengan isyarat tangan atau kepala yang bisa dipahami. 3. Syarat-syarat wali Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau wakilnya dengan calon suami atau wakilnya. Wali hendaklah seorang laki-laki, muslim, baligh berakal dan adil tidak fasik. Perkawinan tanpa wali tidak sah, berdasarkan sabda Nabi روا الخمسائ ﻜ ﻻحﺎ ﻻا ﻮ Artinya: “Tidak sah perkawinan tanpa wali”. 23 ﺎ ا ةأﺮ ا ﻜ ﺮ نذا ﺎﻬ و ﺎﻬ ﺎﻜ ﺎ ×3 نﺎ ﺧد ﺎﻬ ﺎﻬ ﺮﻬ ا ﺎ ا ﺎﻬ ﺮ ﺎﻬ ﺮ نﺎ اوﺮ ا نﺎ ﺎ ﻰ و ﻻ ﻰ و روا الخمسة الﺁالنسائ 13 Artinya: “Perempuan mana saja yang kawin tanpa izin walinya maka perkawinannya itu batal 3X. Apabila suami telah melakukan hubungan seksual maka si perempuan sudah berhak mendapatkan maskawin lantaran apa yang telah ia buat halal pada kemaluan perempuan itu. Apabila wali-wali itu enggan maka sultanlah pemerintah yang menjadi wali bagi orang yang tidak ada walinya.” 4. Syarat-syarat saksi Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti paham akan maksud akad nikah. Ada yang berpendapat bahwa syarat-syarat saksi itu adalah sebagai berikut: a Berakal, bukan orang gila; b Baligh, bukan anak-anak; c Merdeka, bukan budak; d Islam; e Kedua orang saksi itu mendengar.

C. Tujuan dan Hikmah Perkawinan