Tujuan dan Hikmah Perkawinan

23 ﺎ ا ةأﺮ ا ﻜ ﺮ نذا ﺎﻬ و ﺎﻬ ﺎﻜ ﺎ ×3 نﺎ ﺧد ﺎﻬ ﺎﻬ ﺮﻬ ا ﺎ ا ﺎﻬ ﺮ ﺎﻬ ﺮ نﺎ اوﺮ ا نﺎ ﺎ ﻰ و ﻻ ﻰ و روا الخمسة الﺁالنسائ 13 Artinya: “Perempuan mana saja yang kawin tanpa izin walinya maka perkawinannya itu batal 3X. Apabila suami telah melakukan hubungan seksual maka si perempuan sudah berhak mendapatkan maskawin lantaran apa yang telah ia buat halal pada kemaluan perempuan itu. Apabila wali-wali itu enggan maka sultanlah pemerintah yang menjadi wali bagi orang yang tidak ada walinya.” 4. Syarat-syarat saksi Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti paham akan maksud akad nikah. Ada yang berpendapat bahwa syarat-syarat saksi itu adalah sebagai berikut: a Berakal, bukan orang gila; b Baligh, bukan anak-anak; c Merdeka, bukan budak; d Islam; e Kedua orang saksi itu mendengar.

C. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan 14 13 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 59 24 Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga; sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga. Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Dalam pada itu manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdikan dirinya kepada Khaliq penciptanya dengan segala aktifitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain keperluan biologisnya termasuk aktivitas hidup, agar manusia menuruti tujuan kejadiaannya, Allah SWT mengatur hidup manusia dengan aturan perkawinan. Jadi aturan perkawinan menurut Islam merupakan tuntutan agama yang perlu mendapat perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan pun hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama. Sehingga kalau diringkas ada dua tujuan orang melangsungkan perkawinan ialah memenuhi nalurinya dan memenuhi petunjuk agama. Mengenai naluri manusia seperti tersebut pada ayat 14 surat Ali Imran: aaG´PeÉX ª……A µ q Ɂ µ1 ‹‰`N~– [¬µ 14 Zakiah Daradjat et al, Ilmu Fiqh, h. 48-53 25 µÊV{µP 89µAÞ‹ˆ ´poµÂ¡†ŒÞ‹ˆ Artinya: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak ..... QS. Ali-Imran: 14 Melihat dua tujuan di atas, dan memperhatikan uraian Imam Al- Ghazali dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan, maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu: a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan; b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya. c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal; e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dna kasih sayang. 2. Hikmah Perkawinan Adapun di antara hikmah perkawinan yang dapat ditemukan dalam perkawinan itu adalah menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak diizinkan syara dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh pada kerusakan seksual. Hal ini adalah sebagaimana yang dinyatakan sendiri oleh 26 Nabi dalam haditsnya yang muttafaqun ‘alaih yang berasal dari Abdullah bin Mas’ud: ﺮ ﺎ بﺎ ا عﺎ ا ﻜ ةءﺎ ا جوﺰ ﺎ ﺈ ا ﺮﺼ او جﺮ و مﻮﺼ ﺎ ﺈ ءﺎ و روا البخارى 15 Artinya: “Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang telah sanggup di antara kamu kawin, maka hendaklah ia kawin. Maka sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan kepada yang dilarang oleh agama dan memelihara kehormatan. Dan barangsiapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah perisai baginya.” HR. Bukhori Adapun hikmah-hikmah perkawinan sebagai berikut: a. Menyambung Silaturrahmi Pada awalnya Tuhan menciptakan seorang manusia, yaitu Adam a.s, kemudian Tuhan menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan Adam a.s. setelah itu manusia berkembang biak menjadi beberapa kelompok bangsa yang tersebar di seluruh alam, karena esakan habitat yang menyempit serta sifat primordial keingintahuan manusia akan isi alam semesta. Mereka semakin menjauh dari lokasi asal nenek moyangnya, dan membentuk kelompok bangsa tersendiri secara evolutif menyebabkan terjadinya perubahan, peradaban bangsa, dan warna kulit sehingga mereka tidak dapat mengenal antara satu dengan lainnya. Datangnya Islam dengan institusi perkawinan memberi peluang menyambung kembali tali kasih yang telah terputus lama. 15 Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemahan Hadits Shahih Bukhari Jilid IV, Jakarta: Widjaya, 1983, Cet. II, h. 8 27 b. Memalingkan Pandangan yang Liar Seorang yang belum berkeluarga belum mempunyai ketetapan hati dan pikiranpun masih labil. Dia belum mempunyai pegangan dan tempat untuk menyalurkan ketetapan hati dan melepaskan kerinduan dan nafsu syahwatnya. Sangat wajar jika seorang pemuda berhayal terhadap lawan jenisnya yang tidak jelas. Keadaan seperti ini tidak bisa kita pungkiri, sehingga dengan perkawinan sifat-sifat seperti itu dapat dikurangi. c. Estafet Amal Manusia Kehidupan manusia di bumi ini sangat singkat dan dibatasi waktu. Ironisnya, kemauan manusia sering kali melampaui batas umurnya dan batas kemampuannya. Bertambahnya usia menyebabkan berkurangnya kreativitas dan produktivitas menurun baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga suatu saat ajal datang menjemput dapat melanjutkan amal ataupun cita-citanya yang terbengkalai diperlukan seorang penerus yang dapat meneruskan amal dan cita-citanya. Anak sebagai pelanjut cita- cita dan penambah amal orang tua, hanya mungkin di dapat melewati pernikahan. Sehingga begitu pentingnya keturunan bagi estaetika amal dan cita-cita manusia. d. Mengisi dan Menyemarakkan Dunia Salah satu misi eksistensi manusia di bumi ini adalah memakmurkan dunia dan membuat dunia semarak dan bernilai. Untuk itu Tuhan memberi kemudahan melalui kemampuan ilmu dan teknologi. 28 Dengan kecerdasan manusia dan kemampuannya, akal manusia dapat menaklukkan isi bumi ini. Sehingga dibutuhkan manusia yang banyak dalam rangka memakmurkan bumi ini. Dan ini semua bermuara dengan adanya istitusi perkawinan sebagai alat reproduksi yang generatif, ideal dan terhormat mencapai tujuan tersebut. e. Menjaga Kemurnian Nasab Mendapatkan keturunan yang sah hanya dapat diperoleh melalui perkawinan yang sah pula. Melalui perkawinan inilah dapat dilahirkan nasab yang sah pula sebab wanita yang mendapatkan benih dari saluran yang resmi, mampu memberikan keturunan yang dijamin orisinalitasnya. Menjaga keturunan dalam istilah hukum Islam disebut hifdzu nasl adalah sesuatu yang dharury sangat esensial. Karena ketiadaannya dapat menciptakan krisis kemanusiaan, malapetaka yang besar dan dapat merusak sendi kemanusiaan. Sehingga reproduksi generasi di luar nikah tidak mendapatkan legitimasi dan ditentang keras oleh agama Islam. 16

D. Pengertian Pencatatan Perkawinan.