Pengumuman Kehendak Nikah Akad Nikah

k. PPN yang menerima model NB dari pembantu PPN memeriksa dengan teliti, kemudian mencatat dalam Akta Nikah dan menandatangani. Kemudian PPN membuat Kutipan Akta Nikah selanjutnya diberikan kepada Pembantu PPN untuk disampaikan kepada suami dan isteri.

3. Pengumuman Kehendak Nikah

PPNPembantu PPN mengumumkan kehendak nikah pada papan pengumuman dengan model NC setelah persyaratan dipenuhi. Pengumuman dilakukan: a. Oleh PPN di KUA Kecamatan tempat pernikahan akan dilangsungkan dan di KUA Kecamatan tempat tinggal masing-masing b. Oleh pembantu PPN di luar Jawa di tempat-tempat yang mudah diketahui umum. PPNPembantu PPN tidak boleh melaksanakan akad nikah sebelum lampau sepuluh hari kerja sejak pengumuman, kecuali seperti yang diatur dalam pasal 3 ayat 3 PP No.9 Tahun 1975 yaitu apabila terdapat alasan yang sangat penting. Misalnya salah seorang akan segera bertugas ke luar negeri. Maka dimungkinkan yang bersangkutan memohon dispensasi kepada Camat selanjutnya Camat atas nama Bupati memberikan dispensasi. Dalam kesempatan waktu sepuluh hari ini calon suami isteri seyogyanya mendapat nasihat perkawinan dari BP4 setempat.

4. Akad Nikah

a. Akad nikah dilangsungkan di bawah pengawasan di hadapan PPN. Setelah akad nikah dilangsungkan, nikah itu dicatat dalam Akta Nikah rangkap dua model N. b. Kalau nikah dilangsungkan di luar Balai Nikah, nikah itu dicatat pada halaman 4 model NB dan ditandatangani oleh suami, isteri, wali nikah dan saksi-saksi serta PPN yang mengawasinya. Kemudian segera dicatat dalam Akta Nikah Model N, dan ditandatangani hanya oleh PPN atau wakil PPN. c. Akta Nikah dibaca, kalau perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh yang bersangkutan dan saksi-saksi kemudian ditandatangani oleh suami, isteri, wali nikah, saksi-saksi dan PPN atau wakil PPN. d. PPN membuat Kutipan Akta Nikah Model NA rangkap dua, dengan kode dan nomor yang sama. Nomor tersebut ….….….….. menunjukkan nomor urut dalam Tahun, nomor urut dalam bulan, angka romawi bulan dan angka Tahun. e. Kutipan Akta Nikah diberikan kepada suami dan isteri. f. Nomor di tengah pada model NB Daftar Pemeriksaan Nikah diberi nomor yang sama dengan nomor Akta Nikah. g. Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah harus ditandatangani oleh PPN. Dalam hal wakil PPN yang melakukan pemeriksaan dan menghadiri akad nikah di luar Balai Nikah, Wakil PPN hanya menandatangani daftar pemeriksaan nikah dan pada kolom 5 dan 6 menandatangani Akta Nikah pada kolom 6. h. PPN berkewajiban mengirimkan Akta Nikah kepada Pengadilan Agama yang mewilayahinya, apabila folio terakhir pada buku Akta Nikah telah selesai dikerjakan. i. Jika mempelai seorang janda atau duda karena cerai talak atau cerai gugat, PPN memberitahukan kepada Pengadilan Agama yang memberikan Akta Cerainya, bahwa dudajanda tersebut telah menikah dengan menggunakan formulir ND rangkap 2. setelah pemberitahuan nikah tersebut diterima, Pengadilan Agama mengirimkan kembali lembar II kepada PPN setelah membubuhkan stempel dan tanda tangan penerima. Selanjutnya PPN menyimpan bersama berkas Daftar Pemeriksaan Nikah Model NB. Dalam hal perceraian itu terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 1 PPN membuat catatan pinggir catatan lain-lain pada Buku Pendaftaran Talak atau Cerai terdahulu bahwa orang tersebut telah menikah dengan menyebutkan tempat, tanggal dan nomor Kutipan Akta Nikah serta ditandatangani dan dibubuhi tanggal oleh PPN. 2 Dalam hal perceraiannya di daftar di tempat lain, PPN memberitahukan kepada PPN yang mendaftar perceraian tersebut bahwa dudajanda tersebut telah menikah dengan menggunakan formulir ND rangkap 2. PPN penerima pemberitahuan mencatat hal tersebut dalam catatan lain- lain pada buku pendaftaran Talak atau Cerai sebagaimana pada angka 1. Kemudian mengembalikan lembar II model ND setelah dibubuhi stempel dan tanda tangan penerima. Selanjutnya PPN pengirim memberitahukan setelah menerima kembali, menyimpan model ND lembar II tersebut bersama berkas Daftar Pemeriksaan Nikah model NB. 4 Di samping pembahasan-pembahasan prosedur pencatatan perkawinan di atas, ada juga pembahasan yang berkenaan dengan permasalahan pencatatan perkawinan, di antaranya adalah: a. PerTahuan, Izin dan Dispensasi Dalam UUP No. 1 Tahun 1974 terkandung beberapa prinsip untuk menjamin cita-cita luhur perkawinan, yaitu asa sukarela, partisipasi keluarga, poligami dibatasi secara ketat, dan kematangan fisik dan mental calon mempelai. Sebagai realisasi dari asas sukarela maka perkawinan harus berdasarkan atas perTahuan kedua calon mempelai. Oleh karena itu setiap perkawinan harus mendapat perTahuan kedua calon mempelai. Tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya kawin paksa. Untuk itu diisi Surat PerTahuan Mempelai model N3. 4 Departemen Agama RI, Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Bandung: Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Departemen Agama Islam Propinsi Jawa Barat, 1992, h. 4-11 Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, karena ia akan memasuki dunia baru, membentuk keluarga sebagai unit terkecil dari keluarga bangsa Indonesia yang religius dan kekeluagaan, maka diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan itu. Oleh karena itu, bagi yang berada di bawah umur 21 Tahun baik pria maupun wanita diperlukan izin dari orang tua. Untuk itu perlu diisi Surat Izin Orang Tua dengan formulir model N5. Dalam keadaan orang tua tidak ada, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas. Akhirnya izin dapat diperoleh dari Pengadilan, apabila karena suatu dan lain sebab izin tidak dapat diperoleh dari wali. Orang yang memelihara atau keluarga tersebut di atas. Perkawinan menurut UUP No. 1 Tahun 1974 menganut asas monogami, apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hokum dan agamanya mengizinkan seorang suami dapat beristri lebih dari seorang. Namun demikian hal itu, hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi persyaratan tertentu dan memperoleh izin dari Pengadilan Agama. Prinsip kematangan calon mempelai dimaksudkan bahwa calon suami isteri harus telah matang jasmani dan rohani untuk melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat memenuhi tujuan luhur dari perkawinan dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Di samping itu, perkawinan mempunyai hubungan erat dengan masalah kependudukan. Ternyata bahwa batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk kawin mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itu ditentukan batas umur untuk kawin yaitu 19 Tahun bagi pria dan 16 Tahun bagi wanita. Bahkan dianjurkan perkawinan itu dilakukan pada usia sekitar 25 Tahun bagi pria dan 20 tahun bagi wanita. Namun demikian dalam keadaan yang sangat memaksa darurat, perkawinan di bawah batas umur minimum sebagaimana yang ditentukan dalam UUP tersebut dimungkinkan, setelah memperoleh dispensasi dari Pengadilan atas permintaan orang tua. b. Penolakan Kehendak Nikah Apabila setelah diadakan pemeriksaan nikah, ternyata tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan baik persyaratan menurut hokum munakahat maupun persyaratan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka PPN atau Pembantu PPN harus menolak pelaksanaan pernikahan, dengan cara memberikan surat penolakan kepada yang bersangkutan serta alasan-alasan penolakannya model N9 Atas penolakan tersebut yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan melalui Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya. Pengadilan Agama memeriksa perkara penolakan dengan acara singkat sumir, menguatkan penolakan, atau memerintahkan pernikahan dilangsungkan. Jika Pengadilan Agama memerintahkan pernikahan dilangsungkan, maka PPN atau Pembantu PPN harus melaksanakan perintah tersebut. c. Pencegahan Pernikahan Pernikahan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan pernikahan, yang mengajukan pencegahan pernikahan adalah : 1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah 2. Saudara dari salah seorang calon mempelai; 3. Wali Nikah; 4. Pengampu kuratele dari salah seorang calon mempelai 5. Pihak yang berkepentingan. Pencegahan pernikahan diajukan ke Pengadilan Agama dalam daerah hukum tempat pernikahan akan dilangsungkan oleh mereka yang dapat mencegah pernikahan ini. Mereka yang melakukan pencegahan pernikahan harus memberitahukan pula kepada PPN atau Pembantu PPN yang bersangkutan tentang usaha pencegahannya PPN atau Pembantu PPN harus memberitahukan kepada masing-masing calon mempelai. Setelah mengetahui adanya usaha pencegahan pernikahan, PPN atau Pembantu PPN tidak boleh melangsungkan pernikahan, kecuali pencegahan itu telah dicabut dengan putusan Pengadilan Agama atau pencegahan ditarik kembali oleh yang mencegah. d. Pembantu Pernikahan Pernikahan dapat dibatalkan, apabila setelah berlangsung akad nikah diketahui adanya larangan menurut hukum peraturan perundang- undangan tentang perkawinan. Pembatalan pernikahan dilakukan oleh Pengadilan Agama dalam daerah hukum tempat pernikahan dilangsungkan atau tempat tinggal kedua suami isteri. Yang dapat mengajukan pembatalan pernikahan yaitu: 1. Dari keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri; 2. Suami atau isteri; 3. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan; 4. Pejabat yang ditunjuk berdasarkan pertaturan perundang-undangan menurut UUP No.1 Tahun 1974 pasal 16 ayat 2. e. Biaya Pencatatan Nikah Besarnya biaya pencatatan perkawinan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2000 tentang Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang berlaku pada Departemen Agama adalah Rp. 30.000,00.- sedangkan untuk pernikahan bedolan pernikahan yang dilakukan di luar balai nikah, sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Departemen Agama Kabupaten Bekasi Nomor: Mi.05IlaKU.0312482001 tanggal 21 November 2001 tentang Penyesuaian Biaya Nikah Bedolan adalah Rp. 50.000.00,-. Dan menurut Surat Keputusan Bupati KabupatenBekasi Nomor 1801247HUK2001 tentang Penyesuaian Biaya Nikah Bedolan, biaya nikah bedolan di Kabupaten Bekasi sebesar Rp. 80.000.00,- Berdasarkan surat dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama tanggal 24 Desember 2004 dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan di bidang nikah dan rujuk kepada masyarakat, mulai Tahun 2005 setoran biaya pencatatan nikah dan rujuk sebesar Rp. 30.000,- tiga puluh ribu di setor langsung oleh masyarakat yang bersangkutan melalui PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Pos Indonesia. 5

C. Pandangan Masyarakat Pasar Rebo Tentang P3N