Peran Mikroba Sebagai Pendegradasi Limbah di Lingkungan Proses Fermentasi dengan Medium Padat

oleh Arifin, 2004, menunjukkan bahwa dengan metode pengukusan pada suhu 118 o C selama 30 menit dan 60 menit menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan konsumsi nitrogen dan energi pada anak ayam. Williams et al., 1991 telah memperkenalkan teknologi pengolahan tepung bulu ayam secara enzimatis mempergunakan enzim dari jamur Cuninghamella spp yang difermentasi selama 11 hari menunjukkan hasil pemecahan ikatan keratin dalam tepung bulu ayam sehingga retensi nitrogen atau konsumsi nitrogen meningkat sebesar 49,19.

2.4 Peran Mikroba Sebagai Pendegradasi Limbah di Lingkungan

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil, diantaranya terdiri dari bakteri dan jamur serta merupakan sumberdaya alam yang memiliki peranan sangat penting sebagai pendegradasi limbah yang ada di lingkungan. Degradasi merupakan proses perombakan za-zat yang ada di lingkungan dengan bantuan pengurai berupa mikroba. Mikroorganisme juga berperan dalam menjaga stabilitas lingkungan dari pencemaran. Untuk memperoleh mikroorganisme yang sesuai diperlukan isolasi mikroba dari lingkungan. Lingkungan yang paling umum digunakan sebagai isolasi yaitu dari tempat produksi atau pada tempat dimana produk limbah dihasilkan. Pada umumnya isolat diperoleh dari lingkungan yang mendekati atau pada substrat tempat tumbuhnya. Sumber isolat umumnya berasal dari tanah, karena tanah mengandung berbagai unsur hara yang sangat kompleks sehingga berbagai mikroba sebagai isolat dapat diperoleh Budiyanto, 2004. Nurjhamayah Br.Ketaren : Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Sebagai Sumber Protein Ayam Pedaging Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup USU Repository©2008 Isolat jamur sebagai hasil isolasi yang diperoleh dari tanah berupa biakan campuran yang terdiri dari bermacam jamur. Isolat yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara ditumbuhkan pada media pertumbuhan. Kemurnian jamur ditunjukkan oleh keseragaman koloni jamur, sedangkan kultur campuran ditunjukkan dengan adanya gumpalan pada titik inokulum. Kultur campuran ditandai dengan perbedaan miselium, spora dan warna hifa. Setelah diperoleh biakan murni kemudian diidentifikasi lalu dilakukan pengujian terhadap produk yang diinginkan Suhartini et al., 2006. 2.5 Pengolahan Limbah Bulu Ayam 2.5.1 Perlakuan Fisik Perlakuan fisik dengan penggilingan merupakan suatu proses perombakan bentuk fisik bahan ransum menjadi partikel-partikel yang lebih halus sehingga mudah dikonsumsi oleh ayam. Bentuk fisik bahan ransum akan mempengaruhi tingkat kesukaan makan palatibilitas ayam. Tepung bulu ayam sebelum difermentasi harus dioutoklaf supaya steril atau bebas dari mikroorganisme lainnya. Penggilingan dilakukan untuk memperkecil partikel bahan ransum sehingga bahan baku ransum yang dihasilkan halus, semakin halus suatu bahan baku ransum maka semakin mudah dikonsumsi ayam sehingga proses pencernaan berlangsung cepat Parakkasi, 1983. Nurjhamayah Br.Ketaren : Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Sebagai Sumber Protein Ayam Pedaging Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup USU Repository©2008

2.5.2 Perlakuan Biologis

Perlakuan biologis dengan fermentasi menggunakan mikroba berupa bakteri atau jamur dapat meningkatkan kecernaan suatu bahan ransum, karena dalam fermentasi terjadi suatu proses perombakan atau perubahan kimia dari senyawa organik karbohidrat, lemak, protein dan bahan organik lainnya kompleks, baik dalam keadaan ada udara aerob maupun tanpa udara anaerob melalui bantuan enzim yang berasal dari mikroba menjadi komponen yang lebih sederhana dan memiliki tingkat kecernaan yang lebih tinggi Tjitjah, 1997. Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi seperti protein. Protein mikroba ini dikenal dengan nama protein sel tunggal. Protein sel tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme seperti jamur Nurhayani et al., 2000. Fermentasi mempunyai nilai gizi lebih baik dari asalnya karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna Winarno et al., 1980. Fermentasi dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur terendam sub merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau semi padat banyak digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik dan enzim yang dihasilkan oleh mikroba Nurhayani et al., 2000. Nurjhamayah Br.Ketaren : Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Sebagai Sumber Protein Ayam Pedaging Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup USU Repository©2008

2.6 Proses Fermentasi dengan Medium Padat

Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat adalah merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah proses substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase cair. Fermentasi medium padat dilakukan karena medium yang digunakan untuk fermentasi adalah dalam bentuk padat yaitu tepung bulu ayam yang sudah digiling dan dioutoklaf. Keuntungan penggunaan fermentasi medium padat antara lain: tidak memerlukan tambahan lain kecuali air yang berperan untuk memacu pertumbuhan jamur, persiapan yang dilakukan terhadap inokulum jamur relatif lebih sederhana cukup dibiakkan dalam medium cair dan siap untuk diaplikasikan ke medium fermentasi, menghasilkan produk dengan tingkat kepekatan tinggi, kontrol terhadap kontaminan lebih mudah, kondisi medium mendekati keadaan tempat tumbuh alamiah, memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, aerasi optimum dan tidak memerlukan kontrol pH maupun suhu Hardjo et al., 1989.

2.7 Kapang Jamur Sebagai Inokulum Fermentasi