TINJAUAN PUSTAKA Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metode POSSUM pertama kali diperkenalkan oleh Copeland dkk dari Inggris pada tahun 1991 adalah suatu metode prediksi angka kesakitan dan angka kematian pasca operasi yang dikembangkan sebagai usaha untuk mengukur kualitas pelayanan bedah dan untuk memungkinkan adanya penilaian perbandingan kualitas pelayanan bedah diantara ahli bedah, unit, rumah sakit atau daerah yang berbeda-beda. Neary, 2003 Metode yang baik haruslah cepat dan mudah dalam penggunaannnya, dapat diaplikasikan secara luas, dapat dipergunakan baik untuk kasus-kasus emergensi maupun kasus elektif dan yang paling penting adalah keakuratannya. POSSUM awalnya dirancang untuk dokter bedah umum di rumah sakit daerah distrik. McIlroy B, 1994. POSSUM memformulasikan faktor fisiologis pasien praoperasi dan faktor berat operasi dalam memprediksi mortalitas dan morbiditas. Neary, 2003; Gopashetty,2003 Pada dasarnya metode POSSUM ini terdiri dari 2 parameter yaitu parameter fisiologis dan parameter operatif. Parameter fisiologis terdiri dari 12 variabel yaitu : 1. Usia 2. Status Kardiologis 3. EKG 4. Status Respirasi T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 5. Tekanan Darah Sistolik 6. Nadi 7. Skala Koma Glasgow 8. Kadar Hemoglobin 9. Jumlah Leukosit 10. Urea 11. Natrium 12. Kalium Parameter operatif terdiri dari 6 variabel yaitu : 1. Beratnyakompleksitas operasi 2. Banyaknya prosedur intra operatif 3. Perdarahan 4. Cairan intra peritoneum 5. Keganasan 6. Jenis pembedahan Masing-masing variabel parameter fisiologis dan operatif tersebut diatas kemudian dibagi lagi kedalam beberapa level keadaan dan untuk kepentingan kalkulasi diberikan pembobotan nilai 1,2,4,8 yang disesuaikan dengan level masing-masing variabel saat dilakukan pengukuran. Nilai akumulasi terendah untuk parameter fisiologis adalah 12 sedangkan nilai akumulasi tertinggi adalah 84. Untuk parameter operatif nilai akumulasi terendah adalah 6 dan nilai T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 akumulasi tertinggi 48. Semakin tinggi nilai yang didapat menunjukkan semakin tinggi resiko bagi penderita tersebut. Pembagian level dan nilai yang diberikan untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Nilai Fisiologis POSSUM NILAI 1 2 4 8 Usia Cardiac sign Ro. Thorax Respiratory Ro. Thorax Tekanan darah sistolik Nadi SKG Hemoglobin ≤ 60 gagal jantung - Sesak nafas - 110-130 50-80 15 13-16 61-70 terapi diuretic, digoxin, anti angina atau hipertensi Sesak nafas saat aktifitas Mild COAD 100-109 atau 131-170 61-100 atau 40-49 12-14 11,5 – 12,9 atau 16,1– 17 ≥ 71 udem perifer, terapi warfarin Borderline cardiomegali Sesak nafas terbatas Moderate COAD ≥ 171 atau 90-99 101-120 9-11 10,0–11,4 atau 17,1 – 18,0 Peningkatan TVJ Cardiomegali Sesak nafas saat istirahat RR 30 Fibrosis atau konsolidasi ≥ 121 atau ≤ 39 ≤ 8 ≤ 9,9 atau ≥ 18,1 T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Lekosit Urea Natrium Kalium EKG 4.000-10.000 ≤ 7,5 ≥ 136 3,5 – 5,0 Normal 10.100 – 20.000 atau 3.100 – 4.000 7,6 – 10,0 131 – 135 3,2 – 3,4 atau 5,1 – 5,3 ≥ 20.100 atau ≤ 3.000 10,1 – 15,0 126 – 130 2,9 – 3,1 atau 5,4 – 5,9 atrial fibrilasi ≥ 15,1 ≤ 125 ≤ 2,8 atau ≥ 6,0 abnormalitas irama ≥5 VESmnt perubahan gelombang Q atau STT Tabel 2. nilai operatif POSSUM NILAI 1 2 4 8 Beratnya operasi Prosedur Perdarahan Cairan intraperitoneum Keganasan Minor 1 ≤ 100 tidak ada tidak ada Moderate 101-500 minor cairan serous primer Mayor 2 501-999 pus lokal meta KGB Mayor + 2 ≥ 1000 cairan usus,pus atau darah meta Jauh T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Jenis operasi elektif resusitasi emergensi 2 jam atau operasi 24 jam setelah MRS Emergensi 2 jam Dari tabel nilai operatif diatas kompleksitas atau beratnya operasi dibagi atas minor, moderateintermediate, mayor dan mayor +. Adapun yang termasuk operasi dengan kategori minor antara lain : - Tindakan dengan anestesi lokal - Hernia tanpa komplikasi - Varicose vena - Bedah perianal minor - Bedah scrotum - Eksisi lesi subkutaneous Yang termasuk operasi dengan kategori moderateintermediate : - Open cholecystectomi - Laparoscopic cholecystectomi - Appendectomi - Eksisi lesi yang memerlukan graft - Amputasi minor - Lobectomi thyroid - Mastectomi - TURP Trans Urethral Resection of the Prostate T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Yang termasuk operasi dengan kategori mayor : - laparotomi dan reseksi usus halus - reseksi colon - amputasi mayor - operasi vascular non aorta - cholecystectomi dgn eksplorasi CBD - total thyroidectomi Yang termasuk operasi dengan kategori mayor + : - abdominoperineal resection - operasi aorta - whipple resection - oesophagogastrectomi - reseksi liver - radical total gastrectomi Total nilai fisiologis dan nilai operatif tersebut kemudian dimasukkan kedalam perhitungan matematis untuk menghitung prediksi angka mortalitas dan morbiditasnya. Formula prediksi angka kesakitan POSSUM : Log e [R21-R2] = -5,91 + 0,16 X skor fisiologis + 0,19 X skor operatif T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Formula prediksi angka kematian POSSUM : Log e [R11-R1] = -7,04 + 0,13 X skor fisiologis + 0,16 X skor operatif Angka prediksi yang digunakan untuk memprediksi jumlah kematian adalah berupa angka kumulatif dimana nilai rata rata mean predicted mortality rate dari penderita dikalikan jumlah penderita yang diteliti sehingga akhirnya didapatkan angka prediksi kematian kumulatif Expected death. Angka tersebut kemudian dibandingkan dengan angka kematian yang sebenarnya dari kelompok penderita Observed Death. Akhirnya yang didapatkan adalah angka Observed death to Expected death Ratio OE Ratio. Bila didapatkan OE Rasio sama dengan 1 artinya jumlah penderita yang diprediksi meninggal dengan jumlah penderita yang sebenarnya meninggal adalah sama. Apabila rasio tersebut kurang dari 1 artinya jumlah penderita yang diprediksi meninggal lebih banyak dari jumlah penderita yang sebenarnya meninggal, sebaliknya bila rasionya lebih dari 1 artinya jumlah penderita yang diprediksi meninggal lebih sedikit dari yang sebenarnya meninggal. Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan morbiditas adalah : 1. Perdarahan luka : hematoma lokal yang membutuhkan tindakan evakuasi. 2. Perdarahan dalam : perdarahan pasca operasi yang membutuhkan tindakan eksplorasi ulang. 3. Infeksi saluran nafas : produksi sputum purulen dengan kultur bakteri positif, dengan atau tanpa perubahan gambaran foto dada atau deman, atau adanya gambaran konsolidasi pada foto dada. T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 4. Infeksi luka : selulitis pada luka atau timbul eksudat purulen. 5. Infeksi saluran kemih : adanya 10 5 bakteriml urin dengan dijumpai sel darah putih pada urin yang sebelumnya bebas kuman. 6. Infeksi dalam : adanya infeksi di dalam abdomen yang dikonfirmasi secara klinis dan radiologis. 7. Septikemia : kultur darah positif. 8. Demam yang tidak diketahui penyebab : setiap suhu 37 o C setelah 24 jam pasca operasi, tanpa diketahui penyebab yang nyata. 9. Luka terbuka : luka akibat tindakan operasi baik luka yang dangkal atau luka yang dalam. 10. Trombosis vena dalam dan emboli paru : ketika dicurigai, konfirmasi secara radiologis dengan venografi atau ventilasiperfusi scanning, atau di diagnosa pasca kematian. 11. Gagal jantung : gejala atau tanda dari ventrikel kiri atau gagal jantung kongesti berubah dari sebelum operasi. 12. Gangguan fungsi ginjal : ditentukan dengan peningkatan ureum darah 5 mmoll dari sebelum operasi. 13. Hipotensi : penurunan tekanan sistolik dibawah 90 mmHg setelah 2 jam pasca operasi yang ditentukan oleh alat spigmomanometer atau dari hasil pengukuran alat transduksi tekanan arteri. 14. Gagal nafas : kesulitan bernafas yang membutuhkan ventilasi gawat darurat. 15. Kebocoran anastomosa : pengeluaran isi usus melalui drain, luka atau lubang yang abnormal. T. Mahdi Syafri : Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN