Penerapan Metode Possum Pada Penderita Yang Menjalani Laparotomi Emergensi Di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK Usu Tahun 2008
PENERAPAN METODE POSSUM PADA PENDERITA
YANG MENJALANI LAPAROTOMI EMERGENSI DI
RUMAH SAKIT TEMPAT PENDIDIKAN FK USU
TAHUN 2008
O L E H :
T. MAHDI SYAFRI
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
(2)
HASIL PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENERAPAN METODE POSSUM PADA PENDERITA YANG MENJALANI
LAPAROTOMI EMERGENSI DI RUMAH SAKIT TEMPAT PENDIDIKAN
FK USU TAHUN 2008
OLEH :
T. MAHDI SYAFRI
PEMBIMBING :
Dr. ASRUL, SpB-KBD
SUB BAGIAN BEDAH DIGESTIF
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya, penulis dapat mengikuti Program Pendidikan
Dokter Spesialis Bedah di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan, serta dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan penghormatan penulis sampaikan kepada :
Prof. dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD, sebagai Ketua Departemen Ilmu
Bedah dan Kepala Sub Bagian Bedah Digestif FK-USU yang telah memberikan
kesempatan, bimbingan kepada penulis sejak penerimaan dan selama mengikuti
Pendidikan Spesialis Bedah.
dr. Emir Taris Pasaribu, SpB(K)Onk, sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Bedah dan Kepala Sub Bagian Bedah Onkologi FK-USU, yang senantiasa
memberi bimbingan selama pendidikan ilmu bedah.
dr. Asrul, SpB-KBD, sebagai pembimbing penelitian yang senantiasa
memberi bimbingan selama pelaksanaan penelitian ini.
Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, SpFK, sebagai konsultan metodologi
penelitian, yang telah meluangkan waktu membantu menyelesaikan penelitian ini.
Prof. Buchari Kasim, SpB, SpBP. (Alm) dan Prof. Usul M. Sinaga, SpB.
(Alm) yang dengan kesabarannya senantiasa memberikan segala ilmu bedah yang
beliau miliki hingga akhir hayatnya, sehingga memacu semangat penulis untuk
(4)
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya juga penulis
sampaikan kepada :
dr. Asmui Yosodihardjo, SpB, SpBA, Kepala Sub Bagian Bedah Anak
FK-USU, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, khususnya
dalam pemahaman bedah anak.
Prof. Nazar Moesbar, SpB, SpOT, Kepala Sub Bagian Bedah Orthopaedi
FK-USU, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, khususnya
dalam pemahaman bedah orthopaedi.
Prof. Gofar Sastrodiningrat, SpBS, Kepala Sub Bagian Bedah Syaraf
FK-USU, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, khususnya
dalam pemahaman bedah syaraf.
dr. Harry Soejatmiko, SpB, SpBTKV, Kepala Sub Bagian Bedah Toraks
Kardiovaskular FK-USU, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis, khususnya dalam pemahaman bedah toraks kardiovaskular.
dr. Syah Mirsya Warli, SpU, Kepala Sub Bagian Bedah Urologi FK-USU,
yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, khususnya dalam
pemahaman bedah urologi.
dr. Edy Sutrisno, SpBP, Kepala Sub Bagian Bedah Plastik FK-USU, yang
telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, khususnya dalam
pemahaman bedah plastik.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :
(5)
Budi Irwan, SpB-KBD ; Prof. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT, FICS ; Prof. Adril A.
Hakim, SpS, SpBS ; Prof. Iskandar Japardi, SpBS ; dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA ;
dr. Ronald Sitohang, SpB ; dr. Bungaran Sihombing, SpU ; dr. Riahsyah
Damanik, SpB(K)Onk ; dr. Zahri, SpU ; dr. Marshal, SpB, SpBTKV ; dr.
Chairiandi Siregar, SpOT ; dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas segala bimbingan dalam bentuk apapun yang pernah diberikan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan Spesialis Bedah di Bagian Bedah FK-USU.
Ucapan terima kasih khusus kepada dr. Frank Bietra Buchari, SpBP,
sebagai guru sekaligus sahabat, karena selalu memberikan perhatian dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Dekan Fakultas Kedokteran USU, atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian di Bagian Ilmu Bedah FK-USU
Medan.
Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Dr. Pirngadi Medan, dan Kepala
Rumah Sakit dimana penulis melaksanakan tugas mandiri, atas kesempatan yang
penulis peroleh selama mengikuti pelayanan medis pada SMF Bedah, sehingga
penulis dapat menimba ilmu dari pasien-pasien yang dirawat pada rumah sakit
tersebut.
Seluruh pegawai serta paramedis yang bekerja dikamar bedah, bangsal,
poliklinik, dan IGD, atas segala bantuan dan kelapangan hati menerima penulis
(6)
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada senior dan rekan-rekan
peserta program pendidikan spesialis bedah, atas segala kerjasama, kebersamaan,
dukungan moril maupun materi selama mengikuti pendidikan ini.
Penghormatan dan terima kasih sebesar-besarnya untuk kedua orang tua
penulis, Ayahanda T.M. Hassan Oebit dan Ibunda P. Zubaidah (almh) dan kepada
mertua T. Ayub Bardan dan Cut Nursanah.
Akhirnya terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta Cut Indri
Hapsari dan anakku tersayang T. Faris Altaf Syafri atas segala pengertian,
dorongan semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka
mendampingi penulis selama menjalani masa pendidikan yang panjang dan
melelahkan ini.
Semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, April 2009
Penulis,
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR …...………... i
DAFTAR ISI ……… v
ABSTRAK ...………. vi
ABSTRACT ...……… viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Perumusan Masalah ...……… 4
1.3. Tujuan Penelitian ……….……… 4
1.4. Manfaat Penelitian ……….……. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ………... 14
3.2. Lokasi Penelitian ………... 14
3.3. Objek Penelitian ………... 14
3.4. Waktu Penelitian ………... 15
3.5. Batasan Operasional ………. 15
3.6. Pelaksanaan Penelitian ………... 16
3.7. Alur Penelitian ………... 16
3.8. Analisa Data ………... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ……….... 18
4.2. Pembahasan ………. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... 25
5.2. Saran ……… 25
DAFTAR PUSTAKA ……… 26
(8)
ABSTRAK
Latar belakang
Kemampuan memprediksi morbiditas dan mortalitas pasca tindakan operasi
merupakan bagian yang esensial dari keseluruhan penatalaksanaan bedah karena
morbiditas dan terutama mortalitas merupakan hasil yang penting dan objektif.
Possum sebagai alat ukur untuk mengkoreksi hasil pembedahan dan sebagai
prediksi untuk laju morbiditas dan mortalitas yang mengikuti suatu analisis yang
berbasis pada tingkatan dari penyakit. Dengan studi ini, kebenaran dari Possum
dapat diaplikasikan pada pasien yang dilakukan laparatomi untuk menilai
morbiditas dan mortalitasnya.
Metode
Dari 71 pasien yang dilakukan laparatomi secara emergensi di Unit Gawat Darurat
dan dipelajari secara prospektif, morbiditas dan mortalitas diprediksi nilainya
dengan Possum dengan menggunakan analisis secara linear dan hasil inilah yang
dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya.
Hasil
Hubungan antara POSSUM dan mortalitas menunjukkan hubungan positif
bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p = 0,000)
(9)
bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p = 0,000) dan kekuatan hubungan antara POSSUM dan morbiditas adalah sebesar 0,519 (r =
0,519).
Kesimpulan
Possum adalah prediktor yang baik untuk menilai morbiditas dan mortalitas pada
pasien yang dilaparatomi yang bisa digunakan sebagai alat pemeriksaan hasil
pembedahan pada pasien yang dilakukan laparatomi emergensi.
Kata kunci
Possum, pemeriksaan hasil pembedahan, morbiditas, mortalitas, laparatomi
(10)
ABSTRACT
Background
Predict Morbidity and Mortality rate postoperation is the essential part of all
surgical because both Morbidity and also Mortality is an important outcomes and
objectively. Possum as a tool for surgical audit and predictor for morbidity and
mortality rate can allow a meaningful analisis based on the severity of illness. In
this study, validity of Possum was applied in patients undergoing laparotomi.
Methods
71 patients who underwent emergency laparatomy in an emergency unit were
studied prospectively. Predicted morbidity and mortality rate were calculated by
Possum using linear analysis. Those were compared with actual outcomes.
Result
Both the correlation between Possum with Mortality show a valued positive
correlation that can prove with significantion 0,000 (p = 0,000) with strong 0,683 (r = 0,683) and also the correlation between Possum with Morbidity show a
valued positive correlation that can prove with significantion 0,000 (p = 0,000)
(11)
Conclusions
Possum were good predictors for morbidity and mortality in patients undergoing
laparatomi that can used as a tool for surgical audit in patients undergoing
laparotomi emergency.
Keywords
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pernyataan bahwa seorang dokter terutama dokter bedah haruslah dapat
mempertanggungjawabkan kualitas hasil terapinya telah ada dan terus
berlangsung sejak zaman dahulu kala. Raja Hammurabi dari Babylonia pada tahun
1750 SM sebagaimana tertulis dalam prasasti yang ditemukan di Susa, Iran pernah
menyatakan “jika seorang dokter dengan pisau bedahnya mengakibatkan matinya
seorang budak, maka ia harus menggantikannya dengan budak yang lain. Jika
seorang dokter mengobati seseorang tapi berakibat orang tersebut mati atau jika ia
membuka abses seorang pasien dan berakibat orang tersebut buta, maka orang
tersebut dapat memotong tangan sang dokter”. (Copeland GP, 2002)
Di era modern dan global seperti saat ini, kualitas pelayanan bedah
haruslah sesuai dengan standart operational procedure (SOP) yang ditentukan di
suatu fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit dan dapat diaudit untuk
mengetahui keberhasilan atau kegagalan dari suatu tindakan/pengobatan.
Menurut Royal College of Surgeon, audit adalah suatu proses penilaian
yang sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil dari suatu proses sesuai dengan
target dan sasaran. Angka kesakitan dan angka kematian kasar tidak dapat
dijadikan indikator penilaian kualitas pelayanan kesehatan dan tidak dapat dipakai
(13)
Pada kasus-kasus bedah dimana adanya resiko kematian pada penderita
yang menjalani suatu tindakan operasi baik operasi yang bersifat emergensi
maupun elektif, kemampuan memprediksi resiko kesakitan dan kematian pasca
tindakan operasi merupakan bagian yang esensial dari keseluruhan
penatalaksanaan bedah karena angka kesakitan dan terutama angka kematian
merupakan hasil yang penting dan objektif. Untuk itu diperlukan suatu
sistem/metode prediksi angka kesakitan dan angka kematian yang cepat dan
mudah dalam penerapannya, dapat diaplikasikan pada bermacam-macam kondisi
fisiologis penderita dan jenis tindakan operasi yang berbeda, dapat dipergunakan
oleh ahli bedah, rumah sakit dan daerah yang berbeda tanpa mempengaruhi
keakuratannya.
Banyak metode yang telah digunakan untuk memprediksi angka kesakitan
dan angka kematian pasca operasi, namun kebanyakan metode tersebut
dipergunakan pada keadaan preoperatif atau kasus-kasus critical ill terutama pada penderita yang sedang dalam perawatan intensif di ICU, diantaranya adalah ASA
(American Society of Anesthesthesiologist), APACHE (Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation), SAPS (Simplified Acute Physiologic Score), MPM (Mortality Prediction Model), dan lain-lain. Oleh karena itu yang sering
menggunakan metode-metode tersebut adalah ahli anestesi/care intensivist. Selain
itu metode ASA dianggap terlalu sederhana sedangkan metode lain seperti
APACHE dan lain-lain terlalu rumit dalam penerapannya. (Neary, 2003;
(14)
Pada tahun 1991, Copeland dan kawan-kawan di Inggris memperkenalkan
suatu sistem skoring untuk memprediksi angka kesakitan dan angka kematian
pada penderita yang menjalani tindakan operasi. Mereka menamakan metode ini
dengan POSSUM (Physiological and Operatif Severity Score for the enUmeration
of Mortality and Morbidity). Metode ini dasar penilaiannya terdiri dari 2 komponen / parameter penilaian utama yaitu nilai fisiologis dan nilai operatif.
Metode POSSUM saat ini telah digunakan secara luas di dunia kedokteran untuk
studi prediktif angka mortalitas dan angka morbiditas, namun di Indonesia masih
belum banyak digunakan.
Copeland, dkk tahun 1991 melakukan penelitian terhadap 1440 pasien
yang dilakukan tindakan operasi elektif dan emergensi dengan menggunakan
metode POSSUM di Walton Hospital, Liverpool menunjukkan bahwa metode
skoring ini menghasilkan pengukuran prediksi angka kesakitan dan angka
kematian dibanding observasi angka kesakitan dan angka kematian adalah tidak
bermakna.
Mohil, dkk tahun 2003 melakukan penelitian terhadap 120 pasien yang
dilakukan laparotomi emergensi pada Departemen Bedah Vardhman Mahavir
Medical College and Safdarjang Hospital, New Delhi, India mendapatkan hasil
bahwa POSSUM adalah suatu prediktor yang baik untuk memprediksi angka
morbiditas dan angka mortalitas.
Wakabayashi, dkk melakukan penelitian terhadap 153 pasien lanjut usia
(15)
antara Juli 2004 hingga Juni 2006 menyimpulkan bahwa metode POSSUM dapat
digunakan untuk mengukur resiko pembedahan pada pasien lanjut usia.
Pramugyono melakukan penelitian di Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada terhadap 82 kasus trauma abdomen yang
dilakukan tindakan eksploasi laparotomi emergensi antara Januari 2000 hingga
April 2004 dengan menggunakan metode POSSUM untuk menentukan angka
kesakitan dan kematian menyimpulkan bahwa metode ini mempunyai signifikansi
dalam penerapan sebagai prediktor mortalitas dan morbiditas.
Hatibie tahun 2005 melakukan penelitian di Departemen Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pada 43 pasien mendapatkan angka morbiditas
dan angka mortalitas pada pasien yang menjalani laparotomi emergensi dengan
hasil yang cukup baik bila dibandingkan dengan prediksi pre operatif.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan metode POSSUM dalam menentukan prediksi
angka kesakitan dan angka kematian pada penderita yang menjalani laparotomi
emergensi di Rumah Sakit Tempat Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara prediksi angka kesakitan dan angka
kematian berdasarkan metode POSSUM dengan kenyataan sebenarnya pada
(16)
1.4.Manfaat Penelitian
1. Mengetahui metode yang dapat memprediksi angka kesakitan dan angka
kematian pada penderita yang menjalani tindakan laparotomi emergensi dan
dapat diterapkan di Departemen Ilmu Bedah FK USU/Rumah Sakit Tempat
Pendidikan FK USU.
2. Dapat digunakan sebagai audit rutin terhadap kualitas pelayanan bedah di
Departemen Ilmu Bedah FK USU/SMF Bedah Rumah Sakit Tempat
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode POSSUM pertama kali diperkenalkan oleh Copeland dkk dari
Inggris pada tahun 1991 adalah suatu metode prediksi angka kesakitan dan angka
kematian pasca operasi yang dikembangkan sebagai usaha untuk mengukur
kualitas pelayanan bedah dan untuk memungkinkan adanya penilaian
perbandingan kualitas pelayanan bedah diantara ahli bedah, unit, rumah sakit atau
daerah yang berbeda-beda. (Neary, 2003)
Metode yang baik haruslah cepat dan mudah dalam penggunaannnya,
dapat diaplikasikan secara luas, dapat dipergunakan baik untuk kasus-kasus
emergensi maupun kasus elektif dan yang paling penting adalah keakuratannya.
POSSUM awalnya dirancang untuk dokter bedah umum di rumah sakit daerah /
distrik. (McIlroy B, 1994). POSSUM memformulasikan faktor fisiologis pasien
praoperasi dan faktor berat operasi dalam memprediksi mortalitas dan morbiditas.
(Neary, 2003; Gopashetty,2003)
Pada dasarnya metode POSSUM ini terdiri dari 2 parameter yaitu
parameter fisiologis dan parameter operatif.
Parameter fisiologis terdiri dari 12 variabel yaitu :
1. Usia
2. Status Kardiologis
3. EKG
(18)
5. Tekanan Darah Sistolik
6. Nadi
7. Skala Koma Glasgow
8. Kadar Hemoglobin
9. Jumlah Leukosit
10.Urea
11.Natrium
12.Kalium
Parameter operatif terdiri dari 6 variabel yaitu :
1. Beratnya/kompleksitas operasi
2. Banyaknya prosedur intra operatif
3. Perdarahan
4. Cairan intra peritoneum
5. Keganasan
6. Jenis pembedahan
Masing-masing variabel parameter fisiologis dan operatif tersebut diatas
kemudian dibagi lagi kedalam beberapa level keadaan dan untuk kepentingan
kalkulasi diberikan pembobotan nilai 1,2,4,8 yang disesuaikan dengan level
masing-masing variabel saat dilakukan pengukuran. Nilai akumulasi terendah
untuk parameter fisiologis adalah 12 sedangkan nilai akumulasi tertinggi adalah
(19)
akumulasi tertinggi 48. Semakin tinggi nilai yang didapat menunjukkan semakin
tinggi resiko bagi penderita tersebut.
Pembagian level dan nilai yang diberikan untuk masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Nilai Fisiologis POSSUM
NILAI
1 2 4 8
Usia Cardiac sign Ro. Thorax Respiratory Ro. Thorax Tekanan darah sistolik Nadi SKG Hemoglobin
≤ 60
gagal jantung (-)
Sesak nafas (-)
110-130 50-80 15 13-16 61-70 terapi diuretic,
digoxin, anti angina
atau hipertensi
Sesak nafas saat
aktifitas
Mild COAD
100-109 atau 131-170
61-100 atau 40-49
12-14
11,5 – 12,9 atau 16,1–
17
≥ 71
udem perifer, terapi
warfarin
Borderline
cardiomegali
Sesak nafas terbatas
Moderate COAD
≥ 171 atau 90-99
101-120
9-11
10,0–11,4 atau
17,1 – 18,0
Peningkatan TVJ
Cardiomegali
Sesak nafas saat
istirahat (RR> 30)
Fibrosis atau
konsolidasi
≥ 121 atau ≤ 39
≤ 8
(20)
Lekosit Urea Natrium Kalium EKG 4.000-10.000
≤ 7,5
≥ 136
3,5 – 5,0
Normal
10.100 – 20.000 atau
3.100 – 4.000
7,6 – 10,0
131 – 135
3,2 – 3,4 atau 5,1 –
5,3
≥ 20.100 atau ≤ 3.000
10,1 – 15,0
126 – 130
2,9 – 3,1 atau 5,4 – 5,9
atrial fibrilasi
≥ 15,1
≤ 125
≤ 2,8 atau ≥ 6,0
abnormalitas irama
≥5 VES/mnt perubahan gelombang Q
atau ST/T
Tabel 2. nilai operatif POSSUM
NILAI
1 2 4 8
Beratnya operasi Prosedur Perdarahan Cairan intraperitoneum Keganasan Minor 1
≤ 100
tidak ada tidak ada Moderate 101-500 minor (cairan serous) primer Mayor 2 501-999 pus lokal meta KGB Mayor + > 2
≥ 1000
cairan usus,pus atau darah
(21)
Jenis operasi elektif resusitasi emergensi > 2 jam
atau operasi < 24 jam setelah MRS
Emergensi < 2 jam
Dari tabel nilai operatif diatas kompleksitas atau beratnya operasi dibagi atas
minor, moderate/intermediate, mayor dan mayor +.
Adapun yang termasuk operasi dengan kategori minor antara lain :
- Tindakan dengan anestesi lokal
- Hernia tanpa komplikasi
- Varicose vena
- Bedah perianal minor
- Bedah scrotum
- Eksisi lesi subkutaneous
Yang termasuk operasi dengan kategori moderate/intermediate :
- Open cholecystectomi
- Laparoscopic cholecystectomi
- Appendectomi
- Eksisi lesi yang memerlukan graft
- Amputasi minor
- Lobectomi thyroid
- Mastectomi
(22)
Yang termasuk operasi dengan kategori mayor :
- laparotomi dan reseksi usus halus
- reseksi colon
- amputasi mayor
- operasi vascular non aorta
- cholecystectomi dgn eksplorasi CBD
- total thyroidectomi
Yang termasuk operasi dengan kategori mayor + :
- abdominoperineal resection
- operasi aorta
- whipple resection
- oesophagogastrectomi
- reseksi liver
- radical total gastrectomi
Total nilai fisiologis dan nilai operatif tersebut kemudian dimasukkan
kedalam perhitungan matematis untuk menghitung prediksi angka mortalitas dan
morbiditasnya.
Formula prediksi angka kesakitan POSSUM :
(23)
Formula prediksi angka kematian POSSUM :
Log e [R1/(1-R1)] = -7,04 + (0,13 X skor fisiologis) + (0,16 X skor operatif)
Angka prediksi yang digunakan untuk memprediksi jumlah kematian adalah
berupa angka kumulatif dimana nilai rata rata (mean) predicted mortality rate dari penderita dikalikan jumlah penderita yang diteliti sehingga akhirnya didapatkan
angka prediksi kematian kumulatif (Expected death). Angka tersebut kemudian
dibandingkan dengan angka kematian yang sebenarnya dari kelompok penderita
(Observed Death). Akhirnya yang didapatkan adalah angka Observed death to Expected death Ratio (O/E Ratio). Bila didapatkan O/E Rasio sama dengan 1 artinya jumlah penderita yang diprediksi meninggal dengan jumlah penderita yang
sebenarnya meninggal adalah sama. Apabila rasio tersebut kurang dari 1 artinya
jumlah penderita yang diprediksi meninggal lebih banyak dari jumlah penderita
yang sebenarnya meninggal, sebaliknya bila rasionya lebih dari 1 artinya jumlah
penderita yang diprediksi meninggal lebih sedikit dari yang sebenarnya
meninggal.
Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan morbiditas adalah :
1. Perdarahan luka : hematoma lokal yang membutuhkan tindakan evakuasi.
2. Perdarahan dalam : perdarahan pasca operasi yang membutuhkan tindakan
eksplorasi ulang.
3. Infeksi saluran nafas : produksi sputum purulen dengan kultur bakteri positif,
dengan atau tanpa perubahan gambaran foto dada atau deman, atau adanya
(24)
4. Infeksi luka : selulitis pada luka atau timbul eksudat purulen.
5. Infeksi saluran kemih : adanya >105 bakteri/ml urin dengan dijumpai sel darah
putih pada urin yang sebelumnya bebas kuman.
6. Infeksi dalam : adanya infeksi di dalam abdomen yang dikonfirmasi secara
klinis dan radiologis.
7. Septikemia : kultur darah positif.
8. Demam yang tidak diketahui penyebab : setiap suhu >37oC setelah 24 jam
pasca operasi, tanpa diketahui penyebab yang nyata.
9. Luka terbuka : luka akibat tindakan operasi baik luka yang dangkal atau luka
yang dalam.
10.Trombosis vena dalam dan emboli paru : ketika dicurigai, konfirmasi secara
radiologis dengan venografi atau ventilasi/perfusi scanning, atau di diagnosa
pasca kematian.
11.Gagal jantung : gejala atau tanda dari ventrikel kiri atau gagal jantung
kongesti (berubah dari sebelum operasi).
12.Gangguan fungsi ginjal : ditentukan dengan peningkatan ureum darah >5
mmol/l dari sebelum operasi.
13.Hipotensi : penurunan tekanan sistolik dibawah 90 mmHg setelah 2 jam pasca
operasi yang ditentukan oleh alat spigmomanometer atau dari hasil
pengukuran alat transduksi tekanan arteri.
14.Gagal nafas : kesulitan bernafas yang membutuhkan ventilasi gawat darurat.
(25)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi cohort-prospektif untuk mengetahui
prediksi angka kesakitan dan angka kematian pada tindakan laparotomi
emergensi.
3.2. Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK USU.
3.3. Objek Penelitian
• Sampel
Seluruh penderita yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Tempat Pendidikan FK USU yang terindikasikan untuk dilakukan
tindakan laparotomi emergensi
• kriteria inklusi
- Usia lebih atau sama dengan 14 tahun.
- Ada indikasi dilakukan tindakan laparotomi emergensi
- Tindakan laparotomi emergensi dan relaparotomi dilakukan di kamar
(26)
• kriteria eksklusi
- Kasus laparotomi emergensi dengan kelainan primer non digestif dan
pasca laparotomi yang tidak dilakukan di Rumah Sakit Tempat
Pendidikan FK USU.
- Penderita pulang atas permintaan sendiri sebelum diperbolehkan
pulang oleh dokter.
3.4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan.
3.5. Batasan Operasional
a. Laparatomi adalah tindakan operasi membuka peritoneum melalui insisi
mediana.
b. Laparotomi dilakukan oleh Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) Ilmu Bedah dengan bantuan/konsultasi dengan konsultan Bedah
Digestif.
c. Laparotomi Emergensi adalah laparotomi yang dikerjakan kurang dari 24
jam setelah diagnosa ditegakkan.
d. Kematian pasca laparotomi adalah kematian penderita dalam waktu kurang
dari 30 hari setelah menjalani operasi.
e. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan alat automatis di
(27)
f. Kesimpulan pemeriksaan elektrokardiografi ditentukan setidaknya oleh
peserta PPDS Ilmu Penyakit Dalam yang telah melewati divisi kardiologi
atau peserta PPDS Kardiologi .
g. Kesimpulan hasil pemeriksaan foto dada ditentukan setidaknya oleh peserta
PPDS Ilmu Penyakit Dalam yang telah melewati divisi kardiologi dan
pulmonologi.
3.6. Pelaksanaan Penelitian
Subjek yang memenuhi kriteria sampel seperti tersebut diatas diambil data
klinis, data laboratorium, data pemeriksaan penunjang dan data intra operatif
kemudian dimasukkan ke dalam lembar penelitian untuk dilakukan penghitungan
nilai fisiologis dan nilai operatifnya. Nilai fisiologis yang dimasukkan sebagai
data penelitian adalah yang didapat sesaat sebelum dilakukan operasi, pasca
operasi dipantau perkembangan penderita, dinilai keadaan saat penderita pulang
apakah meninggal atau hidup dan dicatat dalam lembar penelitian.
3.7. Alur Penelitian
MORTALITAS EKSKLUSI
MORBIDITAS OPERASI
SAMPEL POPULASI
(28)
3.8. Analisa Data
Pengolahan data secara manual meliputi tahap pengumpulan data dan
tabulasi data. Penghitungan prediksi angka morbiditas dan angka mortalitas
dengan menggunakan program komputer metode access 97 for POSSUM Scoring
sedangkan untuk melihat hubungan hasil prediksi dan observasi dilakukan dengan
(29)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Selama kurun waktu September 2008 sampai Desember 2008 didapat
sejumlah 71 kasus dengan 21 kasus (29,58%) morbiditas dan 13 kasus (18,31%)
mortalitas. Dalam hal lama rawat inap yaitu minimum 3 hari dan maksimum 30
hari dengan rerata lama rawat inap adalah 11,97 hari dan deviasi standarnya 7,71.
Berdasarkan kausa atau indikasi tindakan laparotomi emergensi terbanyak
disebabkan appendix perforasi sebanyak 19 kasus atau 26,03% seperti terlihat
pada tabel 1.
Tabel 1: Distribusi Kausa Laparotomi Emergensi
Kausa Jumlah Kasus %
Appendix Perforasi 19 26,76
Gaster perforasi 12 16,90
Trauma Tumpul Abdomen 8 11,27
Keganasan 6 8,45
Hollow Organ Perforasi 6 8,45
Lain – lain 20 28,17
(30)
Berdasarkan kelompok umur, pasien termuda adalah 14 tahun dan tertua
adalah 77 tahun dengan rerata umur 41,70 tahun dan deviasi standar 17,58. Secara
lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2: Distribusi Umur pada Mortalitas dan Morbiditas Jumlah
Kasus
Kasus Mortalitas
Kasus Morbiditas Kelompok
Umur (tahun)
Rerata ± SD
N % N % N %
< 15 14,00 ± 0,00 1 1,40 0 0,00 1 4,80
15 – 24 19,69 ± 2,94 16 22,5 2 15,4 2 9,50
25 – 34 29,60 ± 2,50 9 12,7 1 7,70 5 23,80
35 – 44 39,17 ± 3,04 13 18,3 0 0,00 5 23,80
45 – 54 50,00 ± 3,54 13 18,3 3 23,1 3 14,30
55 – 64 59,75 ± 3,14 12 16,9 4 30,8 4 19,00
65 – 74 70,33 ± 3,01 6 8,50 3 23,1 1 4,80
> 75 77,00 ± 0,00 1 1,40 0 0,00 0 0,00
Total 41,70 ± 17,58 71 100 13 100 21 100
Sumber: Data Diolah
Terkait dengan masalah jenis kelamin pasien yang terobservasi, secara
(31)
Jumlah Kasus Kasus Mortalitas Kasus Morbiditas Jenis Kelamin
N % N % N %
Laki-laki 50 70,4 10 76,9 13 61,90
Perempuan 21 29,5 3 23,1 8 29,60
Total 71 100 13 100 21 100
Sumber: Data Diolah
Mortalitas menurut POSSUM (estimated mortality = E) berkisar antara
7,80% hingga 93,20% dengan besarnya rerata 51,19% (deviasi standarnya
22,81%). Sedangkan kenyataan mati(observed mortality = O) pada penelitian ada
13 kasus. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4: Proporsi Mortalitas Menurut POSSUM
Prosentase
Prediksi Mati
(E)
Jumlah Kasus
Jumlah Mati
Kenyataan Mati
(O)
O/E
0,00 – 10,00 0,0780 1 0 0 0
10,01 – 20,00 0,1697 3 0 0 0
20,01 – 30,00 0,2483 11 0 0 0
30,01 – 40,00 0,3503 12 0 0 0
40,01 – 50,00 0,4443 9 0 0 0
50,01 – 60,00 0,5513 10 0 0 0
(32)
70,01 – 80,00 0,7546 5 3 0,6000 0,7951
80,01 – 90,00 0,8489 8 7 0,8750 1,0307
90,01 – 100,0 0,9160 3 3 1,0000 1,0917
Total 0,5119 71 13 0,1830 0,3575
r = 0,683 ; p = 0,000
Morbiditas menurut POSSUM (estimated morbidity = E) berkisar antara
9,60% hingga 95,55% dengan besarnya rerata 76,14% (deviasi standarnya
18,84%). Sedangkan kenyataan kesakitan (observed morbidity = O) pada
penelitian ada 21 kasus, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5: Proporsi Morbiditas Menurut POSSUM
Prosentase
Prediksi Morbid
(E)
Jumlah Kasus
Jumlah Morbid
Kenyataan Morbid
(O)
O/E
0,00 – 10,00 0,0960 1 0 0 0
10,01 – 20,00 0,0000 0 0 0 0
20,01 – 30,00 0,2400 1 0 0 0
30,01 – 40,00 0,3990 1 0 0 0
40,01 – 50,00 0,4310 2 0 0 0
50,01 – 60,00 0,5406 7 0 0 0
(33)
80,01 – 90,00 0,8838 20 6 0,3000 0,3394
90,01 – 100,0 0,9555 15 12 0,8000 0,8373
Total 0,7614 71 21 0,2958 0,3885
r = 0,519 ; p = 0,000
4.2 PEMBAHASAN
Berdasar dekade kelompok umur pasien (tabel 2), terlihat bahwa kasus yang
tertinggi berada di dekade kelompok umur kedua yaitu kelompok umur yang
berkisar antara 15 hingga 24 tahun dengan rerata 19,69 tahun dan deviasi standar
2,94. Pada penelitian ini dari 71 kasus dijumpai 21 kasus (29,58%) morbiditas dan
13 kasus (18,31%) mortalitas, dimana kasus kematian tertinggi pada penelitian ini
terjadi pada dekade kelompok umur keenam yaitu berkisar pada umur 55 – 64
tahun sebanyak 4 kasus atau 30,80%. Sedangkan pada kasus morbiditas, tingkat
kesakitan tertinggi terjadi pada dekade kelompok umur ketiga dan keempat yaitu
berkisar pada umur 25 – 44 tahun sebanyak masing-masing 5 kasus di setiap
dekade atau 23,80%. Hasil penelitian ini adalah sama dengan yang dilakukan oleh
Alibasah, 2004 yang menemukan bahwa kasus yang tertinggi juga ada di kisaran
kelompok umur 15 hingga 24 tahun.
Penelitian ini mengobservasi pasien laki-laki sebanyak 50 orang (70,4%)
dan perempuan sebesar 29,5% atau 21 pasien. Secara keseluruhan, pada kasus
mortalitas, tingkat kematian pasien terobservasi berdasar jenis kelamin adalah
(34)
kelamin perempuan (3 orang pasien). Sedangkan pada kasus morbiditas, tingkat
kesakitan pasien adalah 61,90% untuk jenis kelamin laki-laki (13 orang pasien)
dan 29,60 % untuk jenis kelamin perempuan (8 orang pasien).
Dari tabel 4 di atas, kematian yang muncul untuk pertama kalinya ada di
rentang persentase estimasi kematian POSSUM 70,01 hingga 80,00 dengan nilai
minimum 71,70%, nilai maksimum 78,90%, dan nilai rerata adalah 0,7456 atau
75,46%. Pada penelitian ini, proporsi O/E mortalitas POSSUM sebesar 0,3575.
Oleh karena besarnya nilai O/E mortalitas POSSUM lebih kecil dibanding 1,
maka hal ini berarti jumlah penderita yang diprediksi meninggal, lebih banyak
dibanding jumlah penderita yang sebenarnya meninggal. Hasil penelitian ini,
mendekati hasil penelitian retrospektif Whiteley, 1996 dan hasil penelitian
retrospektif oleh Prytherch et al, 1998 dengan nilai O/E sebesar 0,4. Sementara
penelitian prospektif Mohil, 2004 mendapatkan O/E POSSUM sebesar 0,62 dan
penelitian prospektif Yii, 2002 yang menemukan O/E POSSUM sebesar 0,58.
Terhadap hubungan antara POSSUM dan mortalitas, berdasar hasil
perhitungan menunjukan terdapat hubungan positif bermakna yang dibuktikan
dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p = 0,000). Sedangkan kekuatan
hubungan antara POSSUM dan mortalitas adalah sebesar 0,683 (r = 0,683).
Berdasar pada tabel 5 di atas, kesakitan yang muncul untuk pertama
kalinya ada di rentang persentase estimasi kesakitan POSSUM 60,01 hingga 70,00
dengan nilai minimum 61,30%, nilai maksimum 69,90 %, dan nilai rerata adalah
(35)
maka hal ini berarti jumlah penderita yang diprediksi kesakitan, lebih banyak
dibanding jumlah penderita yang sebenarnya kesakitan. Terhadap hubungan
antara POSSUM dan morbiditas, berdasar hasil perhitungan menunjukan terdapat
hubungan positif bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi
0,000 (p = 0,000). Sedangkan kekuatan hubungan antara POSSUM dan
morbiditas adalah sebesar 0,519 (r = 0,519). Hasil ini memberikan simpulan
bahwa penggunaan metode POSSUM adalah baik untuk memprediksi angka
(36)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat di simpulkan :
5.1.1. Hubungan antara POSSUM dan mortalitas menunjukkan hubungan positif
bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p =
0,000) dan kekuatan hubungan antara POSSUM dan mortalitas adalah
sebesar 0,683 (r = 0,683).
5.1.2. Hubungan antara POSSUM dan morbiditas menunjukan hubungan positif
bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p =
0,000) dan kekuatan hubungan antara POSSUM dan morbiditas adalah
sebesar 0,519 (r = 0,519).
5.1.3. Sistem skoring POSSUM dapat dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai
prediksi morbiditas dan mortalitas pada pasien yang menjalani laparotomi
emergensi.
5.2. Saran
5.2.1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah pasien yang lebih
banyak dan dari kasus-kasus bedah lainnya.
5.2.2. POSSUM sebagai salah satu sistem skoring dalam memprediksi
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Alibasah S, Sistem skoring trauma, Kolegium Ilmu Bedah Indonesia, Komisi
Trauma IKABI, Defenitive Surgical Trauma Care, Jakarta, 2004.
Bollschweiler, etc, Evaluation of POSSUM scoring system in patients with gastric
cancer undergoing D2-gastrectomy, BMC Surgery, 2005, 5:8.
Copeland GP, Jones D, Walters M, POSSUM : a scoring system for surgical
audit, British Journal of Surgery, 1991, 78, 356-360.
Copeland GP, The POSSUM system of surgical audit, Arch Surg, 2002, 137.
Gopashetty M, Rodriques G, Reddy SK, Shenoy G, Evaluation of P-POSSUM
mortality predictor equation and its use as a tool in surgical audit, The
International Journal Surgery, Vol 5, No.1, 2003
Hatibie JM, Penerapan sistim scoring POSSUM dan P-POSSUM pada pasien
laparotomi emergensi, Departemen Bedah FKUI/RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, 2005.
Jones H, Cossart L, Risk Scoring in surgical patients, British Journal of Surgery,
(38)
Mohil RS, etc, POSSUM and P-POSSUM for risk adjusted audit of patient
undergoing emergency laparotomy, British Journal of Surgery, 2004, 91(4) :
500-3.
Neray, Heather, Earn Shaw,The Physiological and Operative Severity Score for
the enumeration of Mortality and Morbidity, British Journal Surgery, 2003,
90, 157-65.
Pramugyono, Penerapan POSSUM/P-POSSUM pada pasien trauma abdomen
yang dilakukan laparotomi eksplorasi, Bagian Ilmu Bedah FK UGM/RSUP
Dr. Sardjito, Yogyakarta, 2004.
Pratt W, etc, POSSUM accurately predicts morbidity for pancreatic resection,
Surgery, 2008, 143, 8-19.
Prytherch DR, etc, POSSUM and Portsmouth POSSUM for predicting mortality,
Br J Surg, 1996, 85:812-5.
Salomon JA, et al, Blunt abdominal trauma,
www.emedicine.com/emerg/topics.htm
(39)
Vollmer, Jr, etc, Quality assessment in high-acuity surgery, Arch surg, 2007,
142:371-80.
Wakabayashi, etc, Validation of risk assessment scoring systems for an audit of
elective surgery for gastrointestinal cancer in elderly patients: An audit,
International Journal of Surgery, 2007, 5(5), 323-27.
Whitely MS, etc, An evaluation of the POSSUM surgical scoring system, Br J
Surg,
1996, 83:812-815.
Widodo SK, Kuning, Probability survival for multiple trauma patient in
emergency room sanglah hospital with TRISS Methode, PIT IKABI XIII,
Jogjakarta, 2001
Yii MK, Ng KJ, Risk-adjusted surgical audit with the POSSUM scoring system in
(40)
LAMPIRAN I
STATUS PENELITIAN
1. NO :
2. NAMA :
3. UMUR :
4. JENIS KELAMIN :
5. STATUS :
6. PEKERJAAN :
7. ALAMAT :
8. NO. TELP/HP :
9. NO. MR :
10. TANGGAL MASUK :
11. TANGGAL OPERASI :
12. TANGGAL KELUAR :
13. DIAGNOSA :
14. STATUS KARDIOLOGIS :
15. EKG :
16.STATUS RESPIRASI :
17.TEKANAN DARAH SISTOLIK :
(41)
21.JUMLAH LEKOSIT :
22.UREA :
23.NATRIUM :
24.KALIUM :
25.KOMPLEKSITAS OPERASI :
26.BANYAKNYA PROSEDUR
INTRA OPERATIF :
27.PERDARAHAN :
28.CAIRAN INTRA PERITONEUM :
29.KEGANASAN :
30.JENIS PEMBEDAHAN :
31.LAMA RAWATAN :
32.KONDISI PERAWATAN :
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat di simpulkan :
5.1.1. Hubungan antara POSSUM dan mortalitas menunjukkan hubungan positif bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p = 0,000) dan kekuatan hubungan antara POSSUM dan mortalitas adalah sebesar 0,683 (r = 0,683).
5.1.2. Hubungan antara POSSUM dan morbiditas menunjukan hubungan positif bermakna yang dibuktikan dengan besarnya nilai signifikansi 0,000 (p = 0,000) dan kekuatan hubungan antara POSSUM dan morbiditas adalah sebesar 0,519 (r = 0,519).
5.1.3. Sistem skoring POSSUM dapat dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai prediksi morbiditas dan mortalitas pada pasien yang menjalani laparotomi emergensi.
5.2. Saran
5.2.1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah pasien yang lebih banyak dan dari kasus-kasus bedah lainnya.
5.2.2. POSSUM sebagai salah satu sistem skoring dalam memprediksi
morbiditas dan mortalitas pasien perlu dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai audit bedah di Rumah Sakit Tempat Pendidikan FK USU.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Alibasah S, Sistem skoring trauma, Kolegium Ilmu Bedah Indonesia, Komisi Trauma IKABI, Defenitive Surgical Trauma Care, Jakarta, 2004.
Bollschweiler, etc, Evaluation of POSSUM scoring system in patients with gastric cancer undergoing D2-gastrectomy, BMC Surgery, 2005, 5:8.
Copeland GP, Jones D, Walters M, POSSUM : a scoring system for surgical audit, British Journal of Surgery, 1991, 78, 356-360.
Copeland GP, The POSSUM system of surgical audit, Arch Surg, 2002, 137.
Gopashetty M, Rodriques G, Reddy SK, Shenoy G, Evaluation of P-POSSUM mortality predictor equation and its use as a tool in surgical audit, The International Journal Surgery, Vol 5, No.1, 2003
Hatibie JM, Penerapan sistim scoring POSSUM dan P-POSSUM pada pasien laparotomi emergensi, Departemen Bedah FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 2005.
Jones H, Cossart L, Risk Scoring in surgical patients, British Journal of Surgery, 1999, 86, 149-157.
(3)
Mohil RS, etc, POSSUM and P-POSSUM for risk adjusted audit of patient undergoing emergency laparotomy, British Journal of Surgery, 2004, 91(4) : 500-3.
Neray, Heather, Earn Shaw,The Physiological and Operative Severity Score for the enumeration of Mortality and Morbidity, British Journal Surgery, 2003, 90, 157-65.
Pramugyono, Penerapan POSSUM/P-POSSUM pada pasien trauma abdomen yang dilakukan laparotomi eksplorasi, Bagian Ilmu Bedah FK UGM/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 2004.
Pratt W, etc, POSSUM accurately predicts morbidity for pancreatic resection, Surgery, 2008, 143, 8-19.
Prytherch DR, etc, POSSUM and Portsmouth POSSUM for predicting mortality, Br J Surg, 1996, 85:812-5.
Salomon JA, et al, Blunt abdominal trauma,
www.emedicine.com/emerg/topics.htm
Smith Jason, Tekkis Paris, Back ground information on Risk Prediction in Surgery, www.riskprediction.org.uk.htm.
(4)
Vollmer, Jr, etc, Quality assessment in high-acuity surgery, Arch surg, 2007, 142:371-80.
Wakabayashi, etc, Validation of risk assessment scoring systems for an audit of elective surgery for gastrointestinal cancer in elderly patients: An audit, International Journal of Surgery, 2007, 5(5), 323-27.
Whitely MS, etc, An evaluation of the POSSUM surgical scoring system, Br J Surg,
1996, 83:812-815.
Widodo SK, Kuning, Probability survival for multiple trauma patient in emergency room sanglah hospital with TRISS Methode, PIT IKABI XIII, Jogjakarta, 2001
Yii MK, Ng KJ, Risk-adjusted surgical audit with the POSSUM scoring system in a developing country, Br J Surg, 2002, 89:110-3
(5)
LAMPIRAN I
STATUS PENELITIAN
1. NO :
2. NAMA :
3. UMUR :
4. JENIS KELAMIN :
5. STATUS :
6. PEKERJAAN :
7. ALAMAT :
8. NO. TELP/HP :
9. NO. MR :
10. TANGGAL MASUK :
11. TANGGAL OPERASI :
12. TANGGAL KELUAR :
13. DIAGNOSA :
14. STATUS KARDIOLOGIS :
15. EKG :
16.STATUS RESPIRASI :
17.TEKANAN DARAH SISTOLIK :
18.NADI :
19.SKALA KOMA GLASGOW :
(6)
21.JUMLAH LEKOSIT :
22.UREA :
23.NATRIUM :
24.KALIUM :
25.KOMPLEKSITAS OPERASI :
26.BANYAKNYA PROSEDUR
INTRA OPERATIF :
27.PERDARAHAN :
28.CAIRAN INTRA PERITONEUM :
29.KEGANASAN :
30.JENIS PEMBEDAHAN :
31.LAMA RAWATAN :
32.KONDISI PERAWATAN :