Standar Pelayanan Kebidanan Pada Pelayanan Antenatal
kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual PMS dan infeksi HIVAIDS, memberikan pelayanan imunisasi, konseling dan penyuluhan kesehatan. Bidan
juga harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
melakukan rujukan Mufdlilah, 2009. Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama hamil secara berkala
sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi sehat. Pelayan antenatal yang berkualitas dimulai dari pelayanan di tempat
pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi anamnese, pelayanan fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling sampai dengan pelayanan
obat dan atau rujukan. Proses pelayanan tersebut dipengaruhi tenaga profesional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia agar mendapatkan kualitas yang
baik. Secara operasional, untuk pelayanan antenatal dikenal dengan adanya
standar pelayanan dan pemantauan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan salah kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini
bias dilaksanakan oleh bidan di poliklinik, BPS, dan Rumah Sakit. Selain itu, pelayanan antenatal juga bias diberikan pada waktu pelaksanaan Posyandu, di
tempat praktek dokter, di rumah bersalin ataupun puskesmas. Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI 2003 meliputi :
a. Memberikan pelayan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester dua, dan 2 kali pada trimester tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga
dapat mendeteksi cecara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar
lengan atas LLA secara teratur mempunyai arti klinis penting. c.
Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan utnuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga ejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila
pada kehamilan trimester tiga terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 Kg, dalam waktu satu minggu kemungkinan disebabkan terjadinya
oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diagnostic yang mencapai 14090 mmHg atau mengalami kenaikan 15
mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Eklampsi merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang seharusnya
dapat dicegah atau dideteksi secara dini, melalui monitoring kenaikan tekanan darah dan kenaikan berat bedan yang berlebihan, disebabkan
adanya oedema. d.
Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indicator pertumbuhan berat janin
intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kejadian maternal.
e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui
usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung,menentukan janin tunggal atau kembar dan mendengarkan denyut jantung janin untuk
menentukan asuhan selanjutnya. f.
Pemberian imunisasi tetanus toksoid TT kepada ibu hamil sebanyak dua kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari
terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas. g.
Pemeriksaan hemoglobin Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapkan
kadar Hb 11 gr pada trimester I dan III atau Hb 10,5 gr pada trimester II, Hb 8 gr harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat
besi perhari, rujuk ibu hamil untuk pengobatan selanjutnya dengan Hb rendah harus diberikan suplemen zat besi dan penyuluhan gizi.
h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama tiga bulan, diminum setiap
hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi,
untuk meyakinkan bahwa tablet zat besi betul-betul diminum. i.
Pemeriksaan urine jika ada indikasi tes protein dan glukosa, pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi HIVAIDS dan PMS
j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan
dalan perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh minat, beri nasehat dan rujuk bila
diperlukan. k.
Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman, dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk merujuk.
l. Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan obat-obat yang diperlukan waktu pencatatan kehamilan dan mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menetukan tidakan
selanjutnya.