dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada,
sementara komunitas diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh individu sendiri.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang
memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan
yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses
penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Hal ini merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka
penyesuaian sosial untuk bertahan dan mengendalikan diri. Berkembangnya kemampuan sosial ini berfungsi sebagai pengawas yang mengatur kehidupan
sosial. Mungkin inilah yang oleh Freud disebut sebagai super ego, yang berfungsi untuk mengendalikan kehidupan individu dari sisi penerimaan
terhadap pola perilaku yang diterima dan disukai masyarakat, serta menolak hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
II. A. 2. Teori-teori Penyesuaian Diri
Ada dua teori umum yang mengemukakan bagaimana individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya Hurlock, 1980, yaitu:
1. Teori aktivitas
Menurut teori ini, baik pria maupun wanita seharusnya tetap mempertahankan berbagai sikap dan kegiatan mereka semasa usia madya selama mungkin dan
kemudian mencari kegiatan pengganti untuk menggantikan kegiatan yang harus mereka tinggalkan apabila mereka pensiun
Juliana I Saragih : Pola Penyesuaian Diri Pada Pensiunan, 2006
USU Repository © 2006
2. Teori Disengagement pelepasan
Pria dan wanita secara sukarela atau tidak membatasi keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan. Mereka membentuk hubungan langsung dengan
orang lain, tanpa terpengaruh dengan pendapat orang lain
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang melakukan penyesuaian diri yang baik mempunyai sifat-sifat yang ada pada teori aktivitas, sebaliknya individu yang melakukan
penyesuaian diri yang buruk memiliki karakteristik yang berhubungan dengan teori disengagement.
II. B. PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PENSIUN
Menurut Salim Salim 2002, pensiun merupakan keadaan sudah tidak bekerja lagi karena dianggap sudah tua dan akan mendapat uang pensiun. Orang yang telah pensiun
dan menerima uang pensiun disebut sebagai pensiunan. Pensiun merupakan masa penyesuaian yang mengakibatkan pergantian peran,
perubahan dalam interaksi sosial dan terbatasnya sumber finansial. Pria yang merasa pekerjaan sebagai hidup dan identias mereka akan merasa kehilangan saat pensiun tiba Danko, 2000
II. B. 1. Tahap-tahap dalam Menghadapi Masa Pensiun
Menurut Atchley 1983, dalam Hoyer,1999, ada tujuh tahap dalam menghadapi masa pensiun, yaitu:
1. Remote Phase
Individu belum mempersiapkan apapun untuk pensiun. Semakin mendekati usia pensiun, mereka cenderung mengingkari tiba saatnya untuk pensiun.
2. Near Phase
Individu ikut berpartisipasi dalam program prapensiun. Program ini akan membantu individu untuk memutuskan kapan harus pensiun dengan
mengetahui keuntungan dan uang pensiun yang akan mereka peroleh. 3.
Honeymoon Phase Pada fase ini, individu bisa melakukan banyak hal yang dulunya tidak pernah
atau tidak sempat dilakukan dan memperoleh kesenangan dari waktu senggang.
Juliana I Saragih : Pola Penyesuaian Diri Pada Pensiunan, 2006
USU Repository © 2006
Bagi individu yang pensiun secara terpaksa, sedikit kemungkinan mengalami aspek positif dari fase ini.
4. Disenchanment Phase
Individu mengalami perasaan kehilangan kekuasaan, prestise, status maupun pendapatan. Ini berlangsung beberapa bulan sampai bertahun-tahun, dan dapat
mengarah ke depresi. Perasaan kehilangan ini diperkuat dengan tidak sesuainya harapan akan kehidupan setelah pensiun dengan kenyataan yang ada. Individu
yang hidupnya hanya berputar di pekerjaan mengalami penyesuaian diri yang lebih berat daripada yang mempunyai keterlibatan sosial sebelum pensiun.
5. Reprientation Phase
Individu melakukan re-evaluasi mengenai keputusan pensiun dan memutuskan tipe gaya hidup apa yang akan membawa mereka pada kepuasan selama
pensiun. Beberapa orang memutuskan untuk kembali bekerja, sementara yang lain menerima keputusan untuk pensiun.
6. Stability Phase
Pada fase ini, keputusan yang diambil pada fase sebelumnya akan dijalani. Individu tidak terlalu sering memikirkan mengenai masa-masa pensiun dan
beradaptasi pada fase ini dengan baik. 7.
Termination Phase Pada fase ini individu menjadi tergantung pada orang lain akan perawatan dan
hidupnya sesudah mendekati akhir kehidupan.
Keseluruhan fase ini dialami oleh semua pensiunan, walaupun dalam tingkatan dan urutan yang berbeda Danko, 2000.
Juliana I Saragih : Pola Penyesuaian Diri Pada Pensiunan, 2006
USU Repository © 2006
II. B. 2. Model Penyesuaian Terhadap Pensiun