Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal

91

5.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan tidak memengaruhi struktur modal. Hasil ini terlihat dari p-value sebesar 0,148 dengan koefisien regresi sebesar 0,038. Trade off theory menyatakan perusahaan besar berpeluang lebih mudah memperoleh pinjaman karena memiliki akses yang lebih luas ke pasar modal. Perusahaan besar juga memiliki banyak proyek sehingga memiliki kecenderungan mendanai investasinya menggunakan utang. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan dinilai berdasarkan total aset selama satu tahun. Tahun 2008, rata-rata total aset perusahaan pertambangan sebesar Rp9.211.421.759.068 dan tahun 2014, rata-rata nilai total aset mengalami peningkatan hingga mencapai Rp17.483.595.307.273. Selain itu rata-rata utang jangka panjang yang diukur berdasarkan debt to asset ratio DAR tahun 2008 sebesar 19,26 dan tahun 2014 sebesar 21,42. Dengan demikian, ukuran perusahaan bergerak searah dengan struktur modal. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan ukuran perusahaan tidak memengaruhi perubahan struktur modal. Artinya, kenaikan ukuran perusahaan tidak memengaruhi kenaikan struktur modal. Hal ini dapat disebabkan variasi data total aset tidak mampu menjelaskan variasi data struktur modal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suripto 2008, Utami 2009, Yeniatie dan Destriana 2010, serta Liem et al. 2013 yang menyatakan ukuran perusahaan tidak memengaruhi struktur modal. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Sujoko dan Soebiantoro 2007, Widjaja dan Kasenda 2008, Kartini dan Arianto 2008, serta Mas’ud 2008 yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

5.4.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal

P-value pertumbuhan perusahaan sebesar 0,128 lebih tinggi dari nilai signifikansi 0,10 dengan koefisien regresi sebesar 0,113. Dengan demikian, 92 pertumbuhan perusahaan tidak memengaruhi struktur modal. Teori trade off menyatakan perusahaan dengan pertumbuhan tinggi memiliki lebih banyak pilihan berinvestasi daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah sehingga kecenderungan perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aktivitas operasionalnya juga semakin tinggi. Pada penelitian ini pertumbuhan perusahaan diukur menggunakan pertumbuhan penjualan tiap tahun. Hasil analisis menunjukkan rata-rata pertumbuhan penjualan tahun 2008 sebesar 87,81 dan tahun 2014 sebesar 1,93. Selain itu, rata-rata debt to asset ratio DAR mengalami peningkatan sebesar 9,26 pada tahun 2008 menjadi 21,42 pada tahun 2014. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan bergerak berlawanan arah dengan perubahan struktur modal. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pertumbuhan perusahaan tidak memengaruhi perubahan struktur modal. Artinya, penurunan pertumbuhan perusahaan tidak memengaruhi naiknya struktur modal. Hal ini dapat disebabkan karena variasi data pertumbuhan penjualan tidak mampu menjelaskan variasi data utang jangka panjang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hasan 2006, Nanok 2008, Utami 2009, Yeniatie dan Destriana 2010, serta Sari et al. 2013, yang menyatakan pertumbuhan perusahaan tidak memengaruhi struktur modal. Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian Rodoni dan Shalihah 2006, Sujoko dan Soebiantoro 2007, serta Kartini dan Arianto 2008 yang menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

5.4.4 Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan variabel risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini terlihat dari p-value lebih rendah dari taraf signifikansi yaitu 0,057 0,10 dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,351. Arah negatif mengindikasikan semakin tinggi risiko bisnis 93 perusahaan pertambangan maka penggunaan utang akan menurun atau semakin rendah risiko bisnis maka penggunaan utang akan meningkat. Trade off theory menyatakan semakin tinggi penggunaan utang maka semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti agency cost, biaya kebangkrutan, dan keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah besar. Sebagai implikasinya, perusahaan dengan risiko bisnis besar menggunakan utang lebih rendah, karena penggunaan utang yang besar akan mempersulit perusahaan mengembalikan kewajiban mereka. Risiko bisnis dinilai berdasarkan deviasi standar dari return on asset ROA. Rata-rata risiko bisnis tahun 2008 sebesar 8,48 sedangkan rata-rata risiko bisnis tahun 2014 sebesar 8,16. Ini berarti risiko bisnis perusahaan pertambangan mengalami penurunan. Namun rata-rata debt to asset ratio DAR mengalami peningkatan sebesar 19,26 pada tahun 2008 menjadi 21,42 pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan penggunaan utang perusahaan tambang meningkat setiap tahunnya meskipun risiko bisnis mengalami penurunan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Bradley et al. 1984, Kester 1986, Wald 1990, Pandey 2001, Booth et al. 2001, Chen 2004, dan Lim 2012 yang menyimpulkan risiko bisnis menurunkan penggunaan utang suatu perusahaan. Namun penelitian ini tidak tidak sesuai dengan hasil penelitian Homaifar et al. 1994, Krishnan dan Moyers 1997, Michaelas et al. 1999, dan Deesomsak et al. 2004 yang menyatakan risiko bisnis tidak memengaruhi keputusan struktur modal.

5.4.5 Pengaruh Struktur Aset Terhadap Struktur Modal