Kebijakan Bank Indonesia Terkait Linkage Program Lembaga Keuangan Mikro

7. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka linkage program bank syariah kepada LKM maksimum dua bulan setelah data dan persyaratan telah dipenuhi secara lengkap. 33

D. Kebijakan Bank Indonesia Terkait Linkage Program

Bank Indonesia selaku bank sentral Indonesia yang mempunyai tugas di bidang perbankan, seperti memajukan perkembangan yang sehat dari urusan perbankan, dan mengadakan ketentuan atau kebijakan yang berkaitan dengan pengeluaran dana oleh lembaga keuangan. 34 Dalam hubungan ini Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai linkage program yaitu sebagai berikut: 1. Penyediaan informasi kinerja BPRS LKM yang akan menjadi calon peserta linkage program 2. Perlakuan khusus dalam penilaian kolektibilitas bagi BUKBUSUUS yang menggunakan pola channeling 3. Pertimbangan kemudahan pembukuan jaringan kantor cabang bagi BPRS LKM 4. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan BPRS LKM ke BI secara online 5. Keikutsertaan dalam workshop setiap 6 enam bulan sekali yang terkait kebijakan linkage program 33 Ibid, h. 18 34 Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 22 6. Promosi BUKBUSUUS dan BPRS LKM antara lain pencantuman nama bank dalam website Bank Indonesia, pencantuman logo sebagai peserta linkage program di kantor BPRS LKM 7. Linkage program award untuk BUKBUSUUS pemberi kredit linkage program terbesar 8. Bank Indonesia dan BUKBUSUUS menyebarkan informasi generic model linkage program di masing-masing website. 35

E. Lembaga Keuangan Mikro

1. Definisi Lembaga Keuangan Mikro Berdasarkan Undang-Undang RI No.14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pasal 1, butir b, bahwa Lembaga Keuangan adalah semua badan usaha yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Menurut Ketut Rindjin Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. 36 Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang 35 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, h.21 36 Ketut Rindjin. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, h. 13 tidak terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis. 37 Menurut Thohari LKM adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal, dan informal. 38 Menurut Asian Development Bank ADB, LKM microfinance adalah lembaga penyedia jasa penyimpanan deposits, kredit loans, pembayaran berbagai transaksi jasa payment services serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil insurance to poor and lowincome households and their microenterprises. Dari semua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga Keuangan Mikro merupakan lembaga penyedia jasa keuangan bagi masyarakat miskin atau pengusaha yang memiliki modal kecil yang ingin menabung atau menyimpan uangnya pada tempat yang aman dan tidak “menyusahkan”, dan bagi masyarakat yang membutuhkan dana untuk kegiatan konsumtif ataupun dalam meningkatkan kegiatan usahanya. Lembaga Keuangan Mikro sedikit banyak memiliki perbedaan dengan bank umum, diantaranya segmentasisasaran, LKM mempunyai sasaran pengusaha mikro dan kecil serta masyarakat miskin. Secara umum, Lembaga Keuangan Mikro memiliki ciri-ciri khusus seperti: 37 Rudjito, “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan: Studi kasus: Bank Rakyat Indonesia BRI”, artikel ini diakses pada tanggal 30 November 2010, dari www. Indonesiaindonesia.com. 38 Endang Thohari, “Peningkatan Aksebilitas Petani Terhadap Kredit Melalui LKM”, dalam M. Syukur dkk. Ed., Bunga Rampai Lembaga Keuangan Mikro Bogor: IPB Press,2003 h. 176 1. Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan terutama simpan pinjam. 2. Diarahkan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah. 3. Menggunakan sistem serta prosedur yang sederhana. 39 2. Struktur Lembaga Keuangan Mikro LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud bank serta non bank, dan di bawah ini adalah struktur lembaga keuangan mikro microfinance di Indonesia : 40 Gambar 2.1 Struktur Lembaga Keuangan Mikro 39 Adhitya Ginanjar, “Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Lembaga Keuangan Mikro Syariah Studi Kasus Program Peningkatan Kemandirian Ekonomi RakyatP2KER Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1997- 2002”, Tesis S2 pada Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2003, h. 25 40 Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, h. 54 MFIs Bank Nonbank Formal Koperasi KOSIPA - UU = UU koperasi no 25 1992 - Perizinan = menegkop UKM BRi unit - UU = 792, 1098 dan 2108 - Perizinan = BI - Pengawasan BPRBPRS - UU = UU 792, 1098 dan 2108 - Perizin a. BPR Dalam UU Perbankan nomer 10 tahun 1998 pasal 1 disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari, Lembaga Perkreditan Desa LPD, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Lembaga Perkreditan Kecamatan LPK, Bank Karya Produksi Desa BKPD danatau lembaga-lembaga lainnya yang sama dengan lembaga diatas dengan memenuhi persyaratan tatacara yang telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 41 b. Koperasi 41 Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Yogyakarta : STIE yayasan keluarga pahlawan negara, 2005 h. 117 LDKP - UU = - - Perizinan = gubernur - Pengawasan = pemda provinsi Pegadaian pawnshop - UU = - - Pemilik = pemerintah - Pengawasan = Menkeu RI Bank Kredit Desa BKD - UU = 792, 1098 - Perizina n = kep menkeu Nonformal - Lembaga Swadaya Masyarakat - BMT = microfinance berbasis syariah - kelompok-kelompok usaha Menurut Hendroyogi koperasi merupakan suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya serta berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. 42 Disini linkage program tidak dikhususkan pada BMT atau BPR saja tetapi juga diberikan kepada koperasi yang membutuhkan dana dalam mendukung pembiayaannya. Hal ini terbukti dari pertemuan tiga menteri yaitu Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang membahas strategi pengembangan Lembaga Keuangan Mikro LKM termasuk didalamnya koperasi. Dalam pertemuan tersebut keluarlah Surat Keputusan Bersama yang salah satu isinya mengungkapkan bahwa dalam penguatan permodalan LKM fasilitas perkuatan permodalan seperti linkage program, dana bergulir, dukungan asuransi penjaminan, dan penyertaan modal. 43 c. Pegadaian Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit kepada masyarakat dengan corak khusus, yaitu secara hukum gadai. 44 Yang dimaksud hukum gadai menurut KUHP pasal 150, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan 42 Hendrojogi, Koperasi : Asas-asas, Teori dan Praktik Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 h. 20 43 Surat Keputusan Bersama 3 Menteri , “Matriks Rincian Pelaksanaan Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro ” , artikel ini diakses dari www.smecda.comFilesinfosmecda...07_10_Lamp_SKB_LKM_2009.pdf 44 Subagyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya , h. 154 kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan. d. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan Pada umumnya LDKP berfungsi untuk memberantas pelepas uang, seperti rentenir dan pengijon. Membantu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama rakyat kecil pengusaha mikro didaerah pedesaan, dengan memberi bantuan permodalan berupa kredit kepada para petani, pedagang, pengrajin dan pengusaha kecil atau pengusaha mikro lainnya. Sehingga dapat menciptakan lapangan kerja mandiri serta menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan. 45 e. Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga swadaya masyarakat merupakan sekelompok orang yang menyatukan diri dalam usaha-usaha di bidang sosial dan ekonomi atas dasar prinsip demokrasi, partisipasi, keterbukaan dan keadilan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masing-masing anggota dalam rangka kepentingan bersama sesuai pasal 33 ayat 1 UUD 1945 dan tidak berafiliasi politik dan agama. 46 45 Ravik Karsidi , “Peran Dan Fungsi Lembaga Keuangan Pedesaan”, artikel ini diakses pada tanggal 1 April 2011 dari digilib.uns.ac.iduploaddokumen18861302200610381.pd 46 Rifyatur Rohmawati, “Pengaruh Program Kelompok Swadaya Masyarakat LAZIS Terhadap Kesejahteraan Mustahik”, Skripsi S1 pada Program Studi Muamalat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010, h. 29 f. BMT Baitul Maal wa Tamwil terdiri dari dua fungsi, baitul maal secara terminologi diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba sosial dan sumber dananya diperoleh dari zakat, infaq, shadaqah atau sumber lain yang hala. 47 Sedangkan pengertian Bait Tamwil adalah lembaga yang melakukan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro, antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. 48 Dalam memenuhi permodalannya, BMT memiliki karakteristik simpanan yang menganut prinsip wadi’ah dan mudharabah. Berbagai sumber dana tersebut prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian; 49 1 Dana Pihak Pertama; a Simpanan Pokok Khusus Modal Penyertaan. b Simpanan Pokok. c Simpanan Wajib. d Sisa Hasil Usaha. 2 Dana Pihak Kedua; a Pembiayaan dari lembaga bank maupun non bank syariah. b Pembiayaan antar BMT. 47 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT Bandung : Mizan, 1999 h. 81 48 Ibid., h.82 49 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil BMT, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 150-157 c Pembiayaan lembaga induk seperti INKOPSYAH atau PUSKOPSYAH. 3 Dana Pihak Ketiga; a Simpanan lancar tabungan. b Simapanan tidak lancar deposito. Sedangkan untuk jenis-jenis penggunaan dana BMT dapat dikelompokkan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut; 50 1 Penggunaan yang bersifat produktif; a Pembiayaan kepada anggota, masyarakat, dan BMT lain. b Investasi pada lembaga keuangan syariah lainnya. 2 Penggunaan yang bersifat tidak produktif; a Biaya operasional BMT. b Pembelian atau pengadaan inventaris BMT. 3 Penggunaan dana pembinaan kelompok dan lingkungan; a Dana pelatihan dan pendampingan anggota. b Dana sosial, kesehatan, beasiswa, dll. 4 Penggunaan dana untuk menanggulangi resiko; a Penyisihan penghapusan pembiayaan macet. b Penambahan dana cadangan umum. c Penyisihan laba ditahan. 50 Ibid., h. 158-159

F. Komponen Penilaian Rasio Kesehatan Lembaga Keuangan Mikro