Linkage Program Efektifitas linkage program Bank Syariah dalam penguatan pembiayaan lembaga keuangan mikro

3. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam menjalankan aktifitasnya dalam menggunakan harta, waktu dan tenaga tidak dipergunakan secara boros. 4. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seseorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, orang lain, dan dalam senua perbuatannya. 20

B. Linkage Program

Linkage program merupakan kerjasama yang dilaksanakan bank umum kepada Lembaga Keuangan Mikro dalam bentuk pembiayaan sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil UMK. 21 Pada tahun 2004, Arsitektur Perbankan Indonesia API mengeluarkan generic model linkage program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan linkage program antara bank umum dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga penerapan linkage program semakin jelas dan terarah. Salah satu aturannya adalah ditetapkannya tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yang terdiri dari executing, channeling dan joint financing. Dalam pola Executing, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada LKM untuk diteruskan kepada UMK. LKM diberikan 20 Fitra Mizan, “Efektifitas Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf”, Skripsi S1 pada Program Studi Muamalat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008, h. 23 21 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h. 307 kewenangan untuk memutuskan calon mitra yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan dan sebagai konsekuensinya risiko juga ditanggung oleh pihak BPR, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai sebagai pembiayaan ke LKM. 22 Untuk Bank syariah yang melaksanakan linkage program dengan LKM digunakan akad mudharabah, 23 dengan landasan hukum: نع نَأ بيهص ِب لا ى لَص ُلا ِْيَلَع ِِلآَو َسَو َم ل َلاَق : ثَاَث نِهْيِف ُةَكَرَ بْلا : ُعْيَ بْلَا َلِإ ، ٍلَجَأ ،ُةَضَراَقُمْلاَو ُطْلَخَو رُ بْلا ِْيِع شلاِب ِتْيَ بْلِل َل ِعْيَ بْلِل اور نبا جام Artinya: “Dari Shuhaib, bahwasanya Nabi saw. bersabda; Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. ” HR. Ibnu Majah dari Shuhaib”. 24 Sedangkan akad yang digunakan antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. 22 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program Antara BUSUUS dan BPRS, t.t.: Bank Indonesia, t.th, h.15 23 Ibid., h.15 24 A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2006, h. 400 Bank Umum LKM UMK Dalam pola channeling, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan secara langsung kepada UMK sebagai end user melalui LKM yang bertindak sebagai wakil dari bank tersebut. Dalam pola ini risiko ditanggung oleh bank sehingga LKM tidak memiliki kewenangan memutus pembiayaan kecuali setelah mendapatkan surat kuasa dari bank umum dan pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK sedangkan di LKM dicatat pada off balance sheet. 25 Pada bank syariah akad yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah wakalah, 26 dengan landasan hukum: Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada disini?. Mereka menjawab: Kita berada disini sehari atau setengah hari. Berkata yang lain lagi: Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun ”. Al-Kahfi18 : 19 Sedangkan akad antara LKM dan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. 25 Ibid., h.15 26 Ibid., h.15 Bank Umum Dalam pola joint financing, pembiayaan dilakukan bersama antara Bank Konvensional atau Bank Syariah dan LKM dalam membiayai UMK, dimana resiko ditanggung bersama oleh kedua belah pihak sesuai porsinya masing-masing sehingga kewenangan memutus pembiayaan ada pada bank umum dan LKM dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK sedangkan pencatatan di LKM pada off balance sheet. 27 Akad yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah musyarakah, dengan landasan hukum: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum karena mereka 27 Ibid., h. 15 UMK LKM menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya ”. Al-Maidah5 : 2 Sedangkan akad antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. 28 Linkage program merupakan kerjasama yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Bagi bank umum yang memiliki keterbatasan jaringan dan infrastuktur, dengan adanya linkage program dapat menjangkau Usaha Mikro dan Kecil yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi, dan bagi Lembaga Keuangan Mikro yang memiliki dana terbatas akan sangat terbantu dengan adanya linkage program ini sehingga LKM dapat menyalurkan pembiayaan kepada Usaha Mikro dan Kecil, dan juga menguntungkan bagi Usaha Mikro Kecil yang umumnya kesulitan dalam mendapatkan dukungan dana dari bank umum karena termasuk dalam kategori unbankable. Dari uraian tadi terlihat keterkaitan satu sama lain yang menguntungkan. Dalam hal ini agar pelaksanaan linkage program dapat terus berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada, terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh lembaga yang menjalankan linkage program, yaitu: 28 Ibid., h.15 Bank Umum LKM UMK 1. Bank Umum Syariah BUS Unit Usaha Syariah UUS yang melakukan kerjasama linkage program dengan BPRS, tidak diperbolehkan mengambil alih pembiayaan terhadap nasabah BPRS yang sedang dibiayai melalui linkage program dan atau masih menjadi nasabah BPRS. 2. Bagi nasabah BPRS yang telah naik kelas dari nasabah mikro menjadi kecil dan memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar, namun BPRS tidak mampu membiayai karena kendala BMPK maka BUSUUS dapat membiayai nasabah BPRS dimaksud. 3. BUSUUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak diperbolehkan mengambil sumber daya manusia BPRS. 4. BUSUUS dan BPRS harus transparan dalam memberikan dan menyampaikan informasi yang terkait dengan linkage program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku seperti: laporan keuangan struktur pendanaan dan company profile. 5. Bagi BPRS, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu shohibul maal mitra pembiayaan BUSUUS. 6. BUSUUS tidak diperkenankan untuk memanfaatkan data nasabah pembiayaan dan BPRS untuk kepentingan diluar linkage program. 7. BUSUUS dan BPRS yang melaksanakan linkage program dengan pola joint financing dan chanelling, tidak diperkenankan membebani nasabah pembiayaan dengan marginnisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari harga pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai. 8. BUSUUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak diperkenankan meminta laporan hasil pemeriksaan BPRS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 9. BPRS yang mengikuti linkage program harus memelihara tingkat kesehatannya. 10. Setiap pelanggaran kode etik di atas oleh BUSUUSBPRS dilaporkan kepada Bank Indonesia oleh pihak yang merasa dirugikan. 29 Bank umum tidak selalu menjalankan gagasan atau usulan mengenai produk baru perbankan dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Bank umum harus mempelajari dulu gagasan tersebut dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugian yang mungkin timbul akibat program tersebut. Sama halnya dalam melaksanakan linkage program yang dicanangkan oleh Bank Indonesia, sebelumnya bank konvensional maupun bank syariah melakukan langkah-langkah atau proses pengembangan produk baru sebagai berikut: 1. Pembangkit gagasan, yaitu pencarian gagasan produk baru secara sistematis melalui berbagai sumber seperti sumber dari intern, pelanggan, pesaing, penyalur, pemerintah, dan sumber-sumber lainnya. 2. Penyaringan gagasan, bertujuan untuk memilih yang terbaik dari sejumlah gagasan yang ada sehingga menghasilkan gagasan yang menguntungkan. 29 Ibid., h.10 3. Pengembangan dan pengujian konsep, hal ini dilakukan kepada sekelompok konsumen melalui beberapa pertanyaan menyangkut konsep yang ditawarkan. 4. Strategi pemasaran, yang meliputi pengembangan mutu ukuran, model, penjualan, market share, dan laba yang diinginkan, kemudian strategi pemasaran yang menyangkut pula tentang harga yang layak di masyarakat. 5. Analisis bisnis, yaitu melakukan analisis terhadap strategi pemasaran yang akan dijalankan nantinya dengan membeli berbagai alternatif yang ada. 6. Pengembangan produk, dapat berupa gambar, contoh sampai kepada uraian kata-kata. 7. Pengujian pasar, tujuannya untuk menguji penerimaan pasar yang sesungguhnya. 8. Komersialisasi, merupakan tahap akhir setelah pengujian positif mendapat tanggapan pasar. 30

C. Generic Model Linkage Program