47 Berdasarkan uraian diatas penulis menggaris bawahi dan menyimpulkan
bahwa turunnya etos kerja seorang guru pada intinya disebabkan karena adanya faktor kesenjangan, pemberian penghargaan yang tidak efektif, pemberian
supervisi yang tidak seimbang, pemberian kompensasi yang tidak seimbang, kedudukan yang tidak aman, ketidakadilan pemberian tugas, kesempatan promosi
dan sebagainya. Dan secara garis besarnya turunnya etos kerja disebabkan karena adanya ketidakpuasan materi maupun Non-materi.
d. Cara-cara Meningkatkan Etos Kerja
Alex Nitisemito didalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Personalia: manajemen sumber daya
” mengemukakan ada sebelas cara yang dilakukan untuk meningkatkan etos kerja, yaitu
1. Memberikan gaji yang cukup Jumlah gaji yang diberikan mempunyai pengaruh terhadap semangat dan
kegairahan kerja. Semakin besar gaji yang diberikan guru-guru akan mendapatkan ketenangan dan semangat dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2. Memperhatikan kebutuhan rohani Selain gaji yang cukup, kebutuhan rohani yang diperhatikan juga dapat
meningkatkan etos kerja seorang. Kebutuhan rohani meliputi: kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan keikutsertaan, kebutuhan ketentraman jiwa, dan sebagainya.
3. Menciptakan suasana santai Suasana kerja yang rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan
ketegangan bagi pegawai. Maka untuk menghindari hal-hal itu perlu sekali menciptakan suasana santai pada waktu tertentu.
4. Memperhatikan harga dirinya Memperhatikan dan menjaga harga diri seorang pegawai salahsatunya biasa
dilakukan dengan mengajaknya berunding dalam menetapkan kebijakan. Dengan diajaknya berunding selain harga dirinya merasa diperhatikan, perasaaan tanggung
jawabnya akan bertambah. 5. Menempatkan pada posisi yang tepat
48 Penempatan posisi pegawai secara tepat kemungkinaan besar bisa membuat
pegawai mendapatkan ketenangan dalam bekerja. Dengan demikian sikap kerjanya yang baik dapat diharapkan timbul.
6. Memberikan kesempatan untuk maju Semangat dan kegairahan kerja pegawai akan timbul jika mereka
mempunyai harapan untuk maju. Jadi hendaknya pimpinan memberikan kesempatan dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.
7. Memberikan rasa aman kepada pegawai untuk menghadapi masa depan Semangat dan gairah pegawai akan terpupuk jika mereka mempunyai
perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka. Untuk memberikan rasa aman kepada pegawai bisa dilakukan salahsatunya dengan melaksanakan program
pensiun. 8.
Mengupayakan pegawai mempunyai loyalitas Loyalitas pegawai terhadap suatu lembaga dapat menimbulkan tanggung
jawab dan dapat menciptakan gairah dan semangat kerja. Untuk menimbulkan loyalitas pegawai bisa dengan memberikan gaji yang cukup, dan kebutuhan
rohani. 9.
Mengajak berunding dalam menetapkan kebijakan Dengan mengajak pegawai berunding dan bermusyawarah, perasaan
bertanggung jawab pegawai akan timbul dan hingga akhirnya semangat dan kegairahan kerjanya tinggi.
10. Memberikan intensif yang terarah Pemberian insentif yang terarah bisa meningkatkan semangat seseorang
dalam bekerja dan dengan demikian seseorang akan meningkatkan mutu kualitas kerjanya dengan baik.
11. Memberikan fasilitas yang menyenangkan. Fasilitas yang menyenangkan juga bisa memacu seseorang untuk semangat
dalam bekerja, karena walau bagaimanapun fasilitas yang mendukung memberikan pengaruhi terhadap sikap seseorang dalam bekerja. Alex S.
Nitisemito, 1996, h. 102-108
49 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
etos kerja dapat dilakukan dengan sebelas cara yaitu sebagaimana yang dikemukakan Alex Nitisemito diatas, namun menurut penulis setidak-tidaknya
untuk meningkatkan etos kerja yang tinggi secara tepatnya bisa dilakukan dengan tujuh cara yaitu: 1 memberikan gaji yang cukup, 2 Memperhatikan kebutuhan
rohani, 3 Memperhatikan harga dirinya, 4 Menempatkan pada posisi yang tepat, 5 Memberikan kesempatan untuk maju, 6 Memberikan intensif yang terarah, 7
Memberikan fasilitas yang menyenangkan.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 40 tentang pendidik dan
tenagakependidikan bahwa
pendidik berhak
memperoleh penghasilanpendapatan dan jaminan sosial yang pantas dan memadai,
penghargaan yang sesuai dengan tugas dan prestasi kerja, dan pembinaan karir sesuai dengan pengembangan kualitas.
UU SISDIKNAS tersebut salahsatunya menghendaki agar guru diberikan tingkat pendapatan dan jaminan kesejahteraan yang pantas dan memadai. Hal ini
memang sudah seharusnya karena guru mengemban tugas yang berat. Namun realita yang terjadi masih ada guru yang tingkat pendapatan dan
kesejahteraannya rendah dan tidak mencukupi. Dalam satu bulan masih ada guru yang rata-rata hanya mendapatkan penghasilan Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu
saja, Gaji tersebut masih lebih kecil dari gaji para pembatu rumah tangga, Hal ini karena sistem gaji para guru honor memakai perhitungan jam mati, gaji guru
honor dihitung berdasarkan banyaknya jam pelajaran dalam 1 minggu bukan dalam satu.
Pendapatan yang rendah jelas tidak akan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari para guru. Pendapatan yang rendah mendorong para guru berprofesi
ganda mencari pekerjaan sampingan. Pada saat sekarang ini masih banyak guru yang selain mengajar juga melakukan pekerjaan diluar mengajar yaitu seperti
menjadi pedagang, buruh, dan bahkan ada yang menjadi tukang ojek. Hal ini dilakukan karena tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
50 Selanjutnya pendapatan yang rendah tersebut diduga kuat menjadi salahsatu
faktor yang menyebabkan turunnya etos kerja para guru. Guru yang malas, yaitu seperti tidak membuat persiaan dalam mengajar, tidak bersemangat dan bergairah
dalam mengajar, dan tidak mencerminkan etos kerja yang tinggi disebabkan karena gaji yang tidak cukup dan tingkat kesejahteraan mereka yang kurang
diperhatikan. Diantara solusi agar etos kerja guru tidak turun dan sebaliknya agar
menghasilkan etos kerja yang tinggibaik sudah tentu adalah meningkatkan pendapatannya. Meningkatkan pendapatannya bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan gaji yang cukup, meningkatkan volume gaji hingga mencukupi, memberikan asuransi kecelakaan, dan jaminan hari tua, dan memberikan insentif
lainnya yang terarah. Dan sudah seharusnya untuk mengupayakan agar guru fokus dan
bersungguh-sungguh penuh dengan semangat dan sikap yang baik dalam menjalankan tugasnya hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk
kepentingan profesi dan masa depan anak bangsa tanpa harus memikirkan masalah ekonomi dan keluarganya, para guru setidak-tidaknya diberikan gaji
cukup dan layak, asuransi kecelakaan, jaminan hari tua, dan pemberian insentif lainnya yang terarah.
Selain itu solusi lain untuk menunjang dan meningkatkan etos kerja yaitu bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas yang menyenangkan dan memuaskan,
memperhatikan dan menjaga harga diri guru, memberikan kesempatan kepada guru untuk maju, dan menempatkan guru pada posisi yang tepat.
Dalam banyak hal besar pendapatan yang diterima guru mempunyai pengaruh terhadap etos kerjanya. Semakin besar pendapatan berarti semakin
tercukupi kebutuhannya dan dengan demikian guru akan mendapat ketenangan, lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya hingga pada akhirnya
etos kerja yang tinggi muncul dan tercermin dalam diri seorang guru.
51 lebih jelasnya bisa dilihat pada bagan berikut ini:
Kerangka berfikir Input Proses
Output Pendapatan guru
1. Pendapatan
rendah 2.
Guru berprofesi
ganda 3.
Guru tidak membuat
persiapan mengajar
RPP.
4. Guru tidak
semangat dalam
mengajar. Masalah
Etos kerja rendah
Strategi-strategi 1.
Meningkatkan pendapatan: memberikan
gaji yang cukup, meningkatkan volume
gaji,memberikan asuransi kecelakaan, memberikan
tunjangan hari tua, dan memberikan insentif lain
yang terarah.
2. Memberikan fasilitas yang
menyenangkan 3.
Memperhatikan harga diri 4.
Memberikan kesempatan untuk maju
5. Menempatkan pada posisi
yang tepat Kead
Etos k
feedback
52 Berdasarkan kerangka berfikir diatas penulis menduga bahwa tingkat
pendapatan mempengaruhi etos kerja guru dalam mengajar.
C. Pengujian Hipotesa
Untuk menguji apakah benar tingkat pendapatan ada pengaruhnya terhadap etos kerja guru, maka diperlukan pengujian hipotesa. Adapun hipotesa yang
penulis rumuskan sebagai berikut: Ha: Ada terdapat pengaruh positif yang signifikan tingkat pendapatan
terhadap etos kerja guru dalam mengajar. Ho: Tidak ada tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan tingkat
pendapatan terhadap etos kerja guru dalam mengajar.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama yang beralamatkan di Jln. Tarumanegara no. 67 kelurahan Cirendeu, kecamatan Ciputat Timur-Tangerang
Selatan. Adapun waktunya yaitu dari 20 Oktober sampai 20 November 2009.
B. Metode dan Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yakni dengan metode survai yang didalamnya dilengkapi dengan studi dokumentasi,
angket, dan wawancara. Adapun pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan kuantitatif dengan tekhnik analisis korelasional.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian populasi penelitian sensus. Jadi dalam dalam penelitian ini semua guru yang mengajar di SMP Islam
Ruhama Cirendeu populasi yang ada yaitu berjumlah 22 orang dijadikan sampelnya.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dan pencatatan. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan sambil
mencatat data atau informasi yang diperlukan berkenaan masalah penelitian, yaitudiantaranya tentang bangunan fisik sekolah; keadaan guru; keadaan
stafkaryawan sekolah; keadaan siswa; struktur organisasi sekolah; dan sarana dan prasarana