yang mempercayainya itu sajalah yang menjadikannya suci atau bertuah, tidak karena adanya sesuatu yang lain atau istimewa dalam benda tersebut.
18
B. Perubahan Sosial
1. Pengertian Perubahan Sosial
Di dunia ini tidak ada yang tetap semuanya senantiasa berubah. Begitu pula dengan masyarakat. Masyarakat adalah objek dari perubahan. Masyarakat
senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internalnya. Di tingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Di tingkat mezzo
terjadi perubahan kelompok, komunitas dan organisasi. Di tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik dan budaya kultur. Masyarakat ada setiap
saat dari masa lalu ke masa mendatang. Kehadirannya justru melalui fase antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.
19
Perubahan sosial dipandang sebagai sebuah konsep yang serba mencakup, yang menunjuk kepada perubahan fenomena sosial di berbagai
tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.
20
Meskipun tidak ada arti yang jelas mengenai perubahan sosial. Akan tetapi, banyak pendapat menilai bahwa perubahan-perubahan sosial
merupakan gejala-gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
2
6 , 7
3 2
5
-
; 3
6 -
-
6
Menurut Gillin sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan- perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Samuel Koening mengatakan
bahwa perubahan-perubahan sosial menunjuk modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut
terjadi karena sebab-sebab yang intern maupun sebab-sebab ekstern. Definisi lain dikemukakan oleh Selo Soemardjan yang menyatakan
bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Tekanan pada
definisi tersebut
terletak pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia; perubahan-perubahan
mana kemudian mempengaruhi segi-segi lainnya dari struktur masyarakat tersebut.
21
Lain halnya menurut Hendropuspito. Menurutnya, tidak ada arti yang khusus mengenai perubahan sosial. Namun ada beberapa definisi yang di
angkat dari data hasil pengamatan tentang perubahan yang terjadi dalam
, 6 , :
23 2
masyarakat. Dari data tersebut dapat ditarik dua rumusan mengenai definisi perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial didefinisikan sebagai perbedaan
keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat dibandingkan dengan keadaan sebelumya, bisa pula diartikan sebagai perubahan sosial yang pasif. Kedua,
perubahan sosial adalah proses perkembangan unsur sosio-budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi
masyarakat dan diartikan lain sebagai perubahan sosial aktif.
22
Perubahan sosial yang terjadi di tingkat makro meliputi ekonomi, di mana ekonomi merupakan sentral dari kehidupan manusia. Persoalan ekonomi
dapat dikatakan sama tuanya dengan sejarah manusia. Perkembangan persoalan ekonomi berjalan seiring dengan perkembangan dari pertumbuhan
manusia itu sendiri dengan pengetahuan teknologis yang dimiliki. Sosiologi memandang ekonomi sebagai studi bagaimana cara orang
atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka dengan melakukan pendekatan sosiologi.
Hubungan ekonomi dan masyarakat saling berkaitan satu sama lain. Sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat.
23
2. Faktor Perubahan Sosial
Untuk mengetahui suatu perubahan yang terjadi pada masyarakat, maka perlu diketahui penyebab yang mengakibatkan terjadinya perubahan-
2 3
+ 6 , 7
;
perubahan itu. Faktor-faktor tersebut, disadari atau tidak, telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembangan masyarakat selanjutnya.
Ada dua faktor yang terjadi dalam perubahan sosial: faktor penyebab dan faktor penunjang. Faktor penyebab adalah faktor yang langsung
mengakibatkan timbulnya perubahan sosial, baik berupa kejadian yang semula tidak ada menjadi ada, maupun pengubahan realitas yang sudah ada
sebelumnya menjadi bentuk yang lain. Sedangkan faktor penunjang dalam bahasa latin occatio hanya menciptakan kesempatan atau situasi yang
membantu penyebab menghasilkan akibatnya. Adapun yang menjadi faktor penyebab dan penunjang perubahan
adalah sebagai berikut: a.
Faktor Penyebab Perubahan Perubahan terjadi di tengah-tengah masyarakat tidak mungkin
bisa dibendung. Perubahan adalah sesuatu hal yang wajar dan alami. Sangat sulit menentukan penyebab perubahan sosial yang murni dan
tepat terjadi, karena bidang penyelidikan terlalu luas dan kabur serta kurang pembatasan yang jelas.
Faktor penyebab perubahan sosial bisa dikategorikan menjadi faktor manusia dan non manusia.
1 Faktor manusia
Kedudukan manusia sangat sentral dan penting dalam masyarakat dan dalam perkembangan masyarakat, maka wajar jika
para ahli sosial serentak menunjuk manusia sebagai faktor penyebab utama perubahan.
2 Faktor non manusia
Jumlah faktor non manusia yang menyebabkan perubahan sosial cukup besar. Sebagian dari faktor-faktor itu pada mulanya
merupakan akibat yang ditimbulkan oleh manusia. Namun kemudian menimbulkan perubahan masyarakat. Perubahan-
perubahan non manusia antara lain: pertambahan penduduk, sistem ekonomi, penerapan penemuan baru teknologi modern dan mode,
sistem pendidikan yang terencana, arus sekulerisasi, dan lain-lain. b.
Faktor penunjang perubahan Faktor-faktor yang menunjang perubahan sosial meliputi:
1 Jiwa yang terbuka terhadap perubahan, terutama jiwa revolusioner
yang hidup dalam suatu masyarakat yang mau mengubah apa saja yang telah ada.
2 Bertambahnya perbendaharaan ilmu pengetahuan memungkinkan
bertambahnya pemecahan baru mengenai berbagai masalah yang dihadapi.
3 Timbulnya keinginan-keinginan baru yang dikobarkan sebagai
cita-cita nasional dan harus diperjuangkan pencapaiannya akan membuka hati bangsa sehingga mengadakan perubahan-perubahan
guna memuaskan keinginan tersebut. 4
Bertambahnya penduduk merupakan tantangan berat yang perlu dijawab dengan perubahan sosial.
5 Penemuan-penemuan baru di sektor-sektor sosio-budaya tertentu.
6 Kemajuan negara-negara lain juga merupakan faktor peluang bagi
Negara-negara terbelakang.
24
3. Pola-pola Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah istilah yang taksa ambiguous. Kadang kala istilah ini digunakan dalam pengertian yang sempit, yang mengacu pada
perubahan-perubahan struktur sosial keseimbangan di antara berbagai kelas sosial, misalnya. Tetapi juga, kadang-kadang digunakan dalam pengertian
yang sangat luas yang mencakup organisasi politik, perekonomian dan kebudayaan.
Perubahan di sini penekanannya lebih kepada pengertian yang lebih luas. Perubahan sosial dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe atau pola
utama, yaitu: a.
Pola linear Ide statisme atau yang dikenal dengan pola perubahan sosial
linear Etzioni, 1973: 3-8, Kamanto Sunarto, 2000: 213, meyakini bahwa kehidupan ini pasti, baku, tetap dan tiada toleransi untuk
perubahan. Dua tokoh pemikiran yang bisa dijadikan acuan terdapat dalam karyanya August Comte dan Herbert Spencer, sebagaimana yang
dikutip oleh Rusmin Tumanggor. Menurut Comte, bahwa peradaban manusia senantiasa mengikuti suatu arah perubahan yang pasti, alami,
sama dan tidak terelakkan. Sementara Spencer menambahkan bahwa struktur sosial berjalan secara evolusioner kearah ukuran yang lebih
3. 32
besar, kemajemukan, keterpaduan, dan kepastian. Sehingga suatu masyarakat menjadi suatu bangsa yang beradab.
Spencer adalah label yang diberikan pada model yang menekankan pada evolusi sosial, dengan kata lain perubahan sosial
yang berlangsung secara pelan-pelan dan kumulatif evolusi bukan revolusi dan perubahan sosial itu ditentukan dari dalam endogen
bukannya eksogen.
25
Namun ada pula pandangan unilinear bahwa masyarakat berkembang ke arah kemunduran, dinamakan primitivisme, suatu
pandangan yang dikemukakan oleh Wilbert Moore.
b. Pola siklus
Menurut pola yang kedua, yaitu pola siklus, di mana mereka menolak apapun yang bersifat tetap, stabil, dan baku. Menurut mereka,
masyarakat berkembang seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Pandangan perubahan sosial pola siklus ini dapat dilihat pada
karyanya Oswald Spengler dan Vilfredo Pareto. Bagi Spengler, kebudayaan tumbuh, berkembang, dan pudar laksana perjalanan
gelombang. Ia mencontohkan kebudayaan-kebudayaan besar seperti kebudayaan Yunani, Romawi, dan Mesir. Menurutnya, kebudayaan
Barat akan mengalami hal yang sama tumbuh dan pudar. Sementara bagi Pareto, setiap masyarakat memiliki dua lapisan, yaitu: lapisan atas
elite dan lapisan bawah non elite, yang berkuasa dan yang tidak
,
- 2
berkuasa. Aristokrasi berjalan hanya dalam jangka waktu tertentu saja dan akan selalu berganti dengan aristokrasi baru yang berasal dari
lapisan bawah.
Aristokrat yang
berupaya mempertahankan
kekuasaannya akan digulingkan oleh lapisan bawah dengan kekerasan atau revolusi.
26
Tokoh lain yang menggagas pola siklus ini adalah Ibnu Khaldun, ia menyatakan bahwa sejarah tidak akan berakhir, sejarah akan
senantiasa bergulir. Karena pada hakikatnya, sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia. Sejarah itu sendiri identik dengan
peradaban dunia; tentang perubahan yang terjadi pada watak perubahan itu, seperti keliaran, keramahtamahan, dan solidaritas golongan
ashabiyah; tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-
kerajaan dan Negara-negara dengan berbagai macam tingkatannya; tentang kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai
penghidupannya, maupun dalam ilmu pengetahuan dan pertukangan; dan pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi dalam
peradaban karena watak peradaban itu sendiri.
27
c. Pola campuran
Dalam melihat perubahan yang terjadi pada masyarakat. Max Weber dan Karl Marx merupakan dua tokoh klasik yang menyinggung
3
6 4
;
-
0 8
, 1
;
perubahan. Keduanya berapresiasi terhadap perubahan sosial secara linear sekaligus siklus.
Misalnya, masyarakat komunis yang didambakan Marx hasil dari pemikiran konflik yang dikonstruknya adalah siklus perjalanan
bertahap dari masyarakat sebelumnya, yaitu feodalisme dan kapitalisme. Pemikiran linear dari Marx dilihat dari pandangannya
bahwa perkembangan pesat kapitalisme mengakibatkan konflik antara kaum buruh dan kaum borjuis yang dimenangkan oleh kaum buruh
dilanjutkan kemudian membentuk masyarakat komunis masyarakat yang tidak mengenal pembagian kerja tetapi diganti dengan kerja
sama. Menurut Marx, bahwa Negara-negara jajahan Barat akan mengalami Proses yang sama yang dialami oleh masyarakat Barat.
Senada dengan Marx, Weber melihat perkembangan linear dari masyarakat searah meningkatnya rasionalitas masyarakat. Di lain
pihak, Weber menyebut tiga wewenang yang ada dalam masyarakat yang akan selalu beralih siklus. Pada saat tertentu masyarakat
memiliki wewenang kharismatik dan mengalami rutinisasi sehingga beralih menjadi wewenang tradisional, hingga wewenang rasional
kemudian menjadi wewenang kharismatik lagi dan begitu seterusnya.
28
C. Agama dan Perubahan Sosial