perubahan. Keduanya berapresiasi terhadap perubahan sosial secara linear sekaligus siklus.
Misalnya, masyarakat komunis yang didambakan Marx hasil dari pemikiran konflik yang dikonstruknya adalah siklus perjalanan
bertahap dari masyarakat sebelumnya, yaitu feodalisme dan kapitalisme. Pemikiran linear dari Marx dilihat dari pandangannya
bahwa perkembangan pesat kapitalisme mengakibatkan konflik antara kaum buruh dan kaum borjuis yang dimenangkan oleh kaum buruh
dilanjutkan kemudian membentuk masyarakat komunis masyarakat yang tidak mengenal pembagian kerja tetapi diganti dengan kerja
sama. Menurut Marx, bahwa Negara-negara jajahan Barat akan mengalami Proses yang sama yang dialami oleh masyarakat Barat.
Senada dengan Marx, Weber melihat perkembangan linear dari masyarakat searah meningkatnya rasionalitas masyarakat. Di lain
pihak, Weber menyebut tiga wewenang yang ada dalam masyarakat yang akan selalu beralih siklus. Pada saat tertentu masyarakat
memiliki wewenang kharismatik dan mengalami rutinisasi sehingga beralih menjadi wewenang tradisional, hingga wewenang rasional
kemudian menjadi wewenang kharismatik lagi dan begitu seterusnya.
28
C. Agama dan Perubahan Sosial
1. Peranan Agama dalam Perubahan Sosial
2
6
Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut- penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas pada umumnya.
29
Setiap agama, paling tidak memiliki terdiri atas lima dimensi: ritual, mistikal, ideologikal, intelektual, dan sosial. Dimensi ritual berkenaan dengan
upacara-upacara keagamaan, ritus-ritus religius, seperti shalat, misa atau kebaktian. Dimensi mistikal menunjukkan pengalaman yang meliputi paling
sedikit tiga aspek: concern, cognition, trust dan fear. Keinginan untuk mencari makna hidup, kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa, tawakal dan
takwa adalah dimensi mistikal. Dimensi ideologikal mengacu kepada serangkaian yang menjelaskan eksistensi manusia vis-a-vis Tuhan dan
makhluk Tuhan yang lain. Dimensi intelektual menunjukkan tingkat pemahaman orang terhadap doktrin-doktrin agamanya. Kedalaman tentang
ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Dimensi sosial disebut Glock dan Stark sebagai consequential dimensisons adalah manifestasi ajaran agama dalam
kehidupan bermasyarakat. Ini meliputi seluruh perilaku yang didefinisikan agama.
30
Pembahasan mengenai peran agama dalam mengubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat dibahas oleh Max Weber yang terkenal dalam bukunya
The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism , di mana prinsif agama dalam
+ 2
30
Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, 9
th
ed. Bandung: Mizan, 1998, h. 37-38.
hal ini Calvinis sangat kondusif bagi pertumbuhan ekonomi kapitalisme. Weber mencoba menganalisa doktrin teologis dari beberapa aliransekte
Protestanisme, terutama Calvinisme, yang dianggapnya aliran yang paling banyak menyumbang bagi perkembangan semangat kapitalisme. Ajaran
Calvin tentang takdir dan nasib manusia di hari nanti, menurut Weber adalah merupakan kunci utama dalam hal menentukan sikap hidup dari para
penganutnya. Takdir telah ditentukan; keselamatan diberikan Tuhan kepada orang terpilih dan berusaha untuk memerangi segala keraguan dan godaan
setan, sebab ketiadaan kepercayaan, berarti kurangnya rahmat. Untuk memupuk kepercayaan pada diri itu maka manusia haruslah bekerja keras.
Sebab, hanya kerja keras saja satu-satunya yang bisa menghilangkan keraguan religius dan memberikan kepestian akan rahmat.
31
Menurut perspektif Weberian, dalam konteks yang berbeda-beda, agama dapat menjadi sumber perubahan dan tantangan sosial. Adakalanya
juga sebagai sumber keteraturan sosial dan legitimasi status quo. Namun, Weber juga meyakini bahwa agama secara gradual akan kehilangan
signifikansi sosial sebagai konsekuensi dari rasionalisasi organisasi sosial dan ekonomi modern.
32
2. Agama dalam Proses Modernisasi
-
, -
;2 2
6
Modernisasi merupakan gejala universal. Modernisasi sering diidentikan dengan kemajuan atau evolusi.
Satu fenomena yang menandai abad 20 dan terutama setelah perang dunia kedua adalah pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dalam watak dan perkembangannya menganggap dirinya otonom dan bebas dari segala ikatan, baik agama, maupun sosial. Akibatnya,
tidak jarang penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi bertabrakan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu agama. Hal ini
disebabkan karena ilmu pengetahuan yang kini meliputi seantero segi hidup dan kehidupan umat manusia lahir dan dikembangkan di dunia Barat.
33
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih telah menggeser nilai-nilai agama yang telah ada. Ilmu pengetahuan seolah diyakini
bagaikan “agama baru” yang mampu menjawab kehidupan umat manusia. Aspek metafisika yang sakral karenanya hilang dan segala sesuatu
dipandang hanya secara materi belaka. Di sinilah inti modernisme yang ditolak oleh kaum tradisional, yaitu suatu pandangan yang hanya
mempercayai materi. Segala sesuatu diukur sebatas benda yang bisa dilihat secara indrawi saja. Berbeda dengan masyarakat yang tradisional, yang
memandang bahwa segala sesuatu memiliki hakikat. Hakikat itulah yang sebenarnya adalah realitas.
34
- + :
? 6 , : 2;
3 A
+
7 4
22
Pada dunia modern, yang profan menempati posisi dan pengaruh yang sangat penting dan menggeser pengaruh yang sakral. Fenomena ini biasa
dikenal dengan sekulerisasi. Sekulerisasi muncul pertama kali di Barat pada abad pertengahan, di
mana dominasi agama terhadap lembaga-lembaga sosial lain menurun. Gereja pada pada waktu itu yang sangat berkuasa, datang membawa pemikiran dan
ajaran khurafat menentang akal dan rasio, mempertahankan kebekuannya melawan ilmu dan kebebasan, tampil dengan kekolotannya menghadapi
kemajuan. Bersama para raja menghadapi rakyat dan bersama-sama dengan kaum feodal memusuhi kaum buruh dan mereka yang tertindas di bumi.
Gereja memusuhi orang-orang yang menyampaikan teori ilmu yang bertentangan dengan ajarannya, seperti berpendapat bahwa bumi itu bulat
dianggap suatu kekafiran dan keluar dari agama. Inilah faktor yang membidani lahirnya gerakan sekulerisme di Barat.
35
Di dunia yang semakin modern ini, pengaruh agama diyakini Durkheim akan semakin menurun. Pengaruh agama akan diambil alih oleh
penjelasan ilmiah dan kegiatan upacara keagamaan akan menempati sebagian kecil saja ruang dan waktu kehidupan seseorang. “Tuhan yang dulu telah
mati” kata Durkheim sebagaimana yang dikutip oleh Amin Nurdin dan Ahmad Abrori.
Pada masyarakat modern, bentuk alternatif agama dikenal dengan nama “civil religion” atau agama sipil yang diutarakan Durkheim. Civil
+ B
: .
;
religion didefinisikan sebagai sekumpulan kepercayaan dan ritual keagamaan
di luar institusi keagamaan yang sudah ada. Pandangan Durkheim tersebut tercermin pula dalam teori Robert N Bellah mengenai civil religion
sebagaimana yang dikutip oleh Dadang Kahdi. Dalam pengamatan Bellah, di Amerika ada gejala yang disebutnya civil religion, suatu konsep Rossseu
seperti tampak dalam dokumen-dokumen berdirinya Amerika Serikat, upacara-upacara dalam penerimaan jabatan-jabatan kenegaraan dan hari-hari
pesta yang memperingati peristiwa-peristiwa penting di Amerika. Di situlah tumbuh Americans Nation Self Under Standing. Menurut Bellah, civil religion
adalah subordinasi bangsa pada prinsif-prinsif etis yang mengatasi bangsa itu sendiri. Bellah menolak anggapan bahwa yang dimaksud dengan civil religion
adalah ideologi yang memberi legitimasi cara hidup bangsa Amerika, bukan pula suatu pemujaan diri suatu bangsa.
36
3
+ 6
, 6
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN