5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PPRI Nomor 41 Tahun 1999, adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,
danatau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut maka dibuat ketentuan-ketentuan pelaksanaannya seperti baku mutu
udara ambien dan baku mutu udara emisi. Berdasarkan PPRI Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu udara ambein
didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar zat, energi, atau komponen yang ada dan unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Selain
itu pemerintah juga mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus diuji dan berapa nilainya untuk menentukan kedua baku mutu udara tersebut Achmad,
2004. Pb merupakan unsur yang tidak esensial bagi tanaman, kandungannya
berkisar antara 0.1 – 10 μgg dan kandungan Pb dalam tanaman untuk berbagai
jenis tanaman secara normal berkisar 0.5 – 3.0 μgg. Untuk tanaman tertentu
tingkat keracunan terhadap Pb sangat tinggi. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang sangat membahayakan, karena tanaman mungkin tidak menunjukkan gejala
keracunan dan kelihatan sehat tetapi berbahaya jika di konsumsi manusia Siregar, 2005.
6
Gambar 1.
Jalan Daan Mogot 3 Menurut Soedomo 1999 sumber pencemaran udara ada yang disebabkan
oleh alam, ada juga dari aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara yang alami misalnya akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik,
debu. Pencemaran udara akibat akitivitas manusia diantaranya akitivitas transportasi, industri, dan rumah tangga. Adapun jenis pencemaran udara dilihat
dari bahan pencemar dapat berupa: • Partikel debu, aerosol, Pb
• Gas CO, NO
x
, SO
x
, H
2
S, hidrokarbon • Energi suhu dan kebisingan
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel debu, aerosol, Pb dan gas CO, NO
x
, SO
x
, H
2
S, Hidrokarbon. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan
pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit Soedomo, 1999.
7 Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas
buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air. Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung
cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan ada pula yang berlangsung dengan lambat Tugaswati, 2007.
Senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru, bahan
pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh.
Senyawa-senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada dalam mukosa bronikal juga dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk ketenggorokan dan diabsorbsi
masuk ke saluran pencernaan. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang
paling penting adalah karbon monoksida dan Pb Tugaswati, 2007. Menurut Tugaswati 2007, berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di
lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung didalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut:
a. Bahan-bahan pencemar yang utama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida
nitrogen, ozon dan oksida lainnya. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik,
seperti hidrokarbon monoksida dan Pb. b. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan kanker seperti hidrokarbon.
c. Kondisi yang mengganggu kenyaman seperti kebisingan, debu jalanan,dll.
8
2.2 Pohon Angsana